Virus corona itu pastinya tidak tahu-menahu perihal asal-usulnya. Bila tahu ia berasal dari Wuhan, China seperti yang dikabarkan oleh banyak media, virus yang bentuknya digambarkan seperti mahkota ini pastinya tidak tega menyakiti bulutangkis.Â
Lha wong China merupakan salah satu negara di dunia yang masyarakatnya 'gila' bulutangkis. Ada banyak anak kecil di sana yang punya mimpi menjadi pebulutangkis. Seperti halnya yang terjadi di negara-negara 'tradisional bulutangkis. Termasuk Indonesia.
Namun, apa mau dikata, Corona telah mewabah. Menjadi pandemi. Bahkan, mencatatkan sejarah sebagai satu-satunya virus yang mampu 'mematikan' bulutangkis. Mematikan dalam artian semua turnamen bulutangkis yang sudah disusun jadwalnya, tidak jadi digelar. Setidaknya hingga bulan Juli nanti.
Ya, pencinta bulutangkis di belahan dunia manapun, termasuk yang berada di Indonesia, untuk sementara waktu tidak akan bisa bertemu dengan yang dicintainya.
Selama (minimal) tiga bulan ke depan, badminton lovers hanya bisa menahan rindu menyaksikan idola mereka berpeluh keringat bersama raket dan shuttlecock di lapangan bulutangkis.
Itu setelah pada tengah pekan kemarin, Federasi yang menaungi olahraga ini, Badminton World Federation (BWF), kembali mengumumkan penundaan turnamen-turnamen bulutangkis di bulan Mei hingga Juli 2020.
Sebanyak empat turnamen Grade 2 diputuskan ditunda hingga waktu yang belum ditentukan kapan akan bisa digelar. Diantaranya Australia Open Super 300 dan Thailand Open Super 500. Serta sembilan turnamen Grade 3, termasuk turnamen junior dan para badminton.
Sebelumnya, belasan turnamen yang seharusnya digelar selama Maret dan April ini, juga telah ditunda akibat wabah Covid-19 yang masih menjadi ancaman global dan terjadi di banyak negara di dunia.
Indonesia Open 2020 juga ditunda
Nah, salah satu turnamen grade 2 yang tidak bisa digelar sesuai jadwal alias ditunda adalah Blibli Indonesia Open 2020 (BIO). Seharusnya, turnamen BWF Super 1000 ini digelar pada 16-21 Juni di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta.
Namun, dengan situasi di Indonesia, terutama di Jakarta yang masih 'berjuang' melawan wabah Corona, memang tidak memungkinkan bila menggelar Indonesia Open 2020 sesuai jadwal semula.
Sebelumnya Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selaku induk olahraga bulutangkis di Indonesia, telah mengajukan penundaan BIO 2020 kepada BWF menjadi bulan September 2020.
Padahal, turnamen ini sudah ditunggu-tunggu badminton lovers di Indonesia. Kapan lagi mereka bisa menyaksikan langsung permainan pebulutangkis-pebulutangkis top dunia. Malah, bila beruntung, bisa foto bareng.
Apalagi, sejak Indonesia Masters 2020 yang digelar pada Januari lalu, tidak ada lagi turnamen bulutangkis yang diikuti pemain-pemain top dunia, digelar di tanah air.
Lalu, bagaimana respons PBSI perihal penundaan Indonesia Open 2020 tersebut?
Dikutip dari badmintonindonesia.org, Sekjen PP PBSI, Achmad Budiarto mengaku memahami kondisi yang terjadi sehingga tidak mungkin Indonesia Open diselenggarakan sesuai jadwal awal. Karenanya, PBSI mendukung langkah yang diambil BWF.
Meski begitu, Budiharto menegaskan bahwa PBSI dan BWF telah memutuskan bahwa penyelenggaraan Blibli Indonesia Open 2020 yang merupakan turnamen level Super 1000 ini akan tetap dilangsungkan di tahun ini.
"PBSI masih menunggu pengaturan jadwal lebih lanjut, kami terus berkoordinasi dengan BWF dan sudah membicarakan beberapa alternatif waktu yang paling tepat untuk penyelenggaraan BIO," ujar Achmad Budiarto seperti dikutip dari badmintonindonesia.org.
Sebelumnya, BWF membekukan ranking pemain
Sebelumnya, sejak pekan lalu BWF juga telah mengumumkan adanya pembekuan ranking pemain yang merupakan hasil akumulasi poin dari tampil di turnamen-turnamen BWF. Termasuk yang ikut dibekukan adalah ranking pemain di kelas junior (U-19).
Dalam pengumuman di website resminya perihal ranking pemain, BWF menuliskan kalimat begini: "NOTE: BWF has frozen the World Rankings from 17 March until further notice due to the COVID-19 situation. The backdated rankings will come into play from 31 March 2020 until the freeze ends".
Ya, ranking pemain tersebut dibekukan hingga waktu yang belum ditentukan. Rangking dunia yang berlaku adalah rangking hingga tanggal 17 Maret 2020.
Rangking inilah yang akan menjadi acuan untuk pendaftaran dan penentuan daftar unggulan di turnamen berikutnya, yang juga masih belum ditentukan kapan.
Nah, dalam posisi ranking terakhir yang dibekukan tersebut, beberapa pebulutangkis andalan Indonesia masih dalam peringkat yang sangat bagus. Bagus dalam artian tidak hanya untuk penentuan daftar unggulan di turnamen mendatang. Tetapi juga bagus sebagai modal menuju Olimpiade 2020 yang ditunda tahun depan.
Merujuk pada ranking di https://bwfbadminton.com/rankings/, di sektor tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie berada di ranking 6-7. Lalu di sektor ganda putri, pasangan Greysia Polii/Apriani Rahayu ada di peringkat 8.
Di ganda putra, tiga pasangan Indonesia malah berada di 10 besar. Peringkat 1-2 masih dikuasai pasangan Indonesia. Yakni Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Lalu, pasangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto ada di ranking 6.
Sementara di ganda campuran, gelar All England 2020 membawa Praveen Jordan dan Melati Daeva kini ada di peringkat 4. Mereka menggeser pasangan Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino. Lalu pasangan Hafiz Faizal dan Gloria Widjaja ada di ranking 8.
Hanya di sektor tunggal putri, Indonesia tidak memiliki wakil yang berada di 10 besar. Selain karena persaingan di tunggal putri memang sangat ketat, performa tunggal putri Indonesia saat ini juga masih kesulitan bila menghadapi pemain-pemain top dunia.
Â
Tunggal putri terbaik Indonesia saat ini, Gregoria Mariska Tunjung, masih berada di rangking 21. Sementara Fitriani ada di ranking 33 dan Ruselli Hartawan di rangking 35.
Namun, dengan perolehan poin yang ketat dengan pemain-pemain di ranking atasnya, Gregoria masih bisa memperbaiki peringkatnya bila meraih hasil bagus di beberapa turnamen mendatang. Bila bulutangkis sudah terbangun dari 'mati suri' akibat wabah virus ini.
Dari beberapa referensi yang saya baca, keputusan BWF membekukan ranking pemain tersebut dinilai bijak. Termasuk oleh PBSI. Hanya saja, muncul pekerjaan rumah perihal 'kesepakatan kontrak' atlet dengan sponsor yang mereka kontrak.
Umumnya, kesepakatan kontrak tersebut berbunyi semisal pemain harus mengikuti berapa turnamen dalam setahun, target berapa gelar juara yang bisa diraih, termasuk kesepakatan atlet harus berada di posisi ranking BWF.
Nah, perubahan jadwal turnamen tentunya membuat pemain kesulitan memenuhi poin-poin dalam kesepakatan kontrak itu. Kabar bagusnya, PBSI melalui pak Sekjen Achmad Budiharto, siap membantu para atlet untuk mencari win-win solution ke pihak sponsor.
Â
Ah ya, meski ranking dibekukan dan turnamen sementara ditiadakan, aktivitas Pelatnas PBSI tetap berjalan. Pemain-pemain tetap mengikuti kegiatan latihan, meski berjalan dengan ketentuan khusus dan mengacu pada protokol kesehatan dari pemerintah.
Pada akhirnya, seperti bunyi tagline imbauan berada di rumah yang sering kita baca di postingan media sosial, biarlah pemain-pemain yang tetap berlatih di Pelatnas. Sementara kita para badminton lovers, menunggu di rumah. Menunggu kapan bulutangkis terbangun dari mati surinya.Â
Semoga memang Juli nanti, wabah ini sudah menghilang. Sehingga, kita bisa kembali menyaksikan hiburan dan merasakan kebanggaan dari lapangan bulutangkis. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H