Di ganda putra, tiga pasangan Indonesia malah berada di 10 besar. Peringkat 1-2 masih dikuasai pasangan Indonesia. Yakni Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Lalu, pasangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto ada di ranking 6.
Sementara di ganda campuran, gelar All England 2020 membawa Praveen Jordan dan Melati Daeva kini ada di peringkat 4. Mereka menggeser pasangan Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino. Lalu pasangan Hafiz Faizal dan Gloria Widjaja ada di ranking 8.
Hanya di sektor tunggal putri, Indonesia tidak memiliki wakil yang berada di 10 besar. Selain karena persaingan di tunggal putri memang sangat ketat, performa tunggal putri Indonesia saat ini juga masih kesulitan bila menghadapi pemain-pemain top dunia.
Â
Tunggal putri terbaik Indonesia saat ini, Gregoria Mariska Tunjung, masih berada di rangking 21. Sementara Fitriani ada di ranking 33 dan Ruselli Hartawan di rangking 35.
Namun, dengan perolehan poin yang ketat dengan pemain-pemain di ranking atasnya, Gregoria masih bisa memperbaiki peringkatnya bila meraih hasil bagus di beberapa turnamen mendatang. Bila bulutangkis sudah terbangun dari 'mati suri' akibat wabah virus ini.
Dari beberapa referensi yang saya baca, keputusan BWF membekukan ranking pemain tersebut dinilai bijak. Termasuk oleh PBSI. Hanya saja, muncul pekerjaan rumah perihal 'kesepakatan kontrak' atlet dengan sponsor yang mereka kontrak.
Umumnya, kesepakatan kontrak tersebut berbunyi semisal pemain harus mengikuti berapa turnamen dalam setahun, target berapa gelar juara yang bisa diraih, termasuk kesepakatan atlet harus berada di posisi ranking BWF.
Nah, perubahan jadwal turnamen tentunya membuat pemain kesulitan memenuhi poin-poin dalam kesepakatan kontrak itu. Kabar bagusnya, PBSI melalui pak Sekjen Achmad Budiharto, siap membantu para atlet untuk mencari win-win solution ke pihak sponsor.
Â
Ah ya, meski ranking dibekukan dan turnamen sementara ditiadakan, aktivitas Pelatnas PBSI tetap berjalan. Pemain-pemain tetap mengikuti kegiatan latihan, meski berjalan dengan ketentuan khusus dan mengacu pada protokol kesehatan dari pemerintah.
Pada akhirnya, seperti bunyi tagline imbauan berada di rumah yang sering kita baca di postingan media sosial, biarlah pemain-pemain yang tetap berlatih di Pelatnas. Sementara kita para badminton lovers, menunggu di rumah. Menunggu kapan bulutangkis terbangun dari mati surinya.Â
Semoga memang Juli nanti, wabah ini sudah menghilang. Sehingga, kita bisa kembali menyaksikan hiburan dan merasakan kebanggaan dari lapangan bulutangkis. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H