Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tiga Alasan Belum Semua Masyarakat Memakai Masker Bila ke Luar Rumah

6 April 2020   13:53 Diperbarui: 6 April 2020   13:55 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menunjukkan masker kain 3 lapis yang direkomendasikan agar digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona.Foto: Youtube BNPB/Kompas.com

Sejak Minggu (5/4/2020) kemarin, pemerintah mewajibkan masyarakat yang beraktivitas  di luar rumah, agar memakai masker. 

Anjuran pemerintah ini didasari pada kondisi angka penyebaran coronavirus disease (Covid-19) di Indonesia yang semakin meningkat. Jumlah pasien positif corona terus bertambah dan korban meninggal dunia akibat virus ini juga semakin banyak.

Bila sebelumnya, pemerintah tidak merekomendasikan orang sehat memakai masker sebagaimana standar World Health Organization (WHO) bahwa masker hanya diperuntukkan bagi orang yang sakit, kini situasi dan kondisinya sudah berubah.

Seruan terbaru pemerintah, masker harus digunakan oleh setiap orang yang sedang berada di luar rumah. Baik mereka yang sakit ataupun mereka yang sehat. Semuanya harus memakai masker.

Kok seruannya berubah dari sebelumnya?

Perubahan itu bukan tanpa dasar. Seruan terbaru dari pemerintah itu juga merujuk pada rekomendasi terbaru WHO yang menyatakan bahwa penggunaan masker kini tidak hanya untuk orang sakit. Masyarakat yang sehat juga harus mengenakan masker.

Mengapa harus mengenakan masker bila di luar rumah?

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto dalam jumpa pers Minggu (5/4) kemarin seperti dikutip dari Kompas.com menyampaikan, penting bagi seluruh masyarakat untuk menggunakan masker karena ketika seseorang berada di luar rumah akan ada banyak sekali ancaman penularan virus.

"Mulai hari ini, sesuai dengan rekomendasi dari WHO kita jalankan masker untuk semua. Semua harus menggunakan masker," ujar Achmad Yurianto seperti dikutip dari https://nasional.kompas.com/read/2020/04/06/05491111/masker-yang-kini-diwajibkan-untuk-cegah-penularan-corona?page=1.

Masker dianggap bisa menjadi perlindungan utama dalam mencegah penularan virus corona. Pasalnya, virus menyebar melalui droplet atau percikan air ludah dari orang yang sakit ke orang sehat. Nah, penggunaan masker dinilai dapat menangkal perpindahan droplet tersebut.

Dalam memakai masker ini, masyarakat diimbau bahwa yang paling penting adalah memastikan bagian masker menutupi hidung dan dagu sehingga tidak longgar.

Seruan pemerintah tersebut tidak hanya perihal kewajiban memakai masker ketika berada di dalam rumah. Pemerintah juga menekankan agar masker yang dipakai berbahan kain.

Merujuk pada penjelasan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, masker berbahan dasar kain dengan lapis tiga, bisa digunakan oleh masyarakat umum yang sehat ketika berada di tempat umum atau keramaian. Menurut Wiku, masker yang dibuat dengan tiga lapisan, bisa berfungsi lebih baik dalam menangkal virus.

"Tiga lapisan dalam masker akan meningkatkan efektivitas masker dalam menangkal virus," kata Wiku.

Terpenting masyarakat juga perlu diedukasi bahwa masker kain yang dipakai tersebut, harus secara rutin dicuci. Masker harus diganti setiap kali basah atau kotor. Jadi, jangan masker yang baru dipakai dari luar rumah, lantas digantung di tempat gantungan baju, esoknya dipakai lagi.

Prinsipnya, sekali dipakai dari luar rumah, masker harus langsung dicuci dan bila kering dipakai lagi. Tentunya akan lebih baik bila kita memiliki beberapa masker kain untuk dipakai bergantian bila memang masih beraktivitas di luar rumah.

Sementara untuk masker bedah dan masker N95, digunakan untuk tenaga medis atau masyarakat yang sedang sakit. Sedangkan untuk masker N95 diperuntukkan bagi tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 dengan tingkat infeksi tinggi.

Belum semua masyarakat memakai masker ketika di luar rumah

Meski begitu, belum semua masyarakat memakai masker ketika beraktivitas di luar rumah. Setidaknya, pantauan saya dalam perjalanan menuju kantor BPJS Kesehatan cabang Sidoarjo demi keperluan penting mengurus kartu BPJSnya ibu, masih ada beberapa warga yang tidak memakai masker.

Ada tukang parkir yang masih belum memakai masker. Beberapa warga yang kebetulan juga ada keperluan di kantor BPJS tersebut, juga belum semuanya memakai masker. Termasuk masih ada yang memakai masker bedah. Padahal, wilayah di kota Sidoarjo tersebut masuk dalam 'kawasan merah'.

Selama menunggu, saya dengan memakai masker kain yang dibelikan istri, mencoba berbincang dengan beberapa dari mereka. Dari hasil bincang-bincang tersebut, saya mendapatkan sedikitnya tiga alasan mengapa mereka tidak memakai masker di luar rumah.

Ada yang mengaku belum mengetahui informasi perihal anjuran pemerintah yang mewajibkan memakai masker bagi masyarakat yang berada diluar rumah. Kata mereka, jarang melihat televisi ataupun membaca koran.

Namun, mayoritas dari mereka mengaku kini kesulitan mendapatkan masker, meski mereka paham pentingnya memakai masker untuk mencegah penularan virus corona. Sebab, benda ini memang kini cukup langka di pasaran selain hand sanitizer.

"Memang ada beberapa toko di pinggir jalan yang kini menjual masker. Tapi harganya lumayan mahal. Apalagi bila harus membeli lebih dari satu," ujar seorang warga.

Bahkan, ada warga yang sampai mengakali masker dengan memakai kain slayer yang diikat di bagian belakang kepala. Kain tersebut memang menutupi hidung dan dagunya. Dan, jadilah penampilannya mirip ninja. Kata dia, yang penting aman.

Namun, apapun yang dipakai untuk melindungi diri, itu masih bagus. Artinya, dia masih sadar dengan kesehatan dan keselamatan dirinya, juga orang lain. Karenanya, dia memakai pengaman diri.

Nah, yang repot adalah mereka yang tidak memakai masker karena merasa 'kebal virus'. Bukan rahasia bila masih ada masyarakat yang bebal dan menganggap remeh virus ini. Mereka merasa sehat-sehat saja dan tidak paham betapa bahaya dan mudahnya penyebaran virus ini.

Kurangnya edukasi dan minimnya informasi benar yang mereka terima, menjadi penyebab utama mereka seolah santuy saja menghadapi situasi ini. Padahal, sikap santuy dalam situasi seperti ini, semisal tidak memakai masker, jelas membahayakan diri, keluarga, dan orang lain.

Solidaritas bersatu melawan corona lewat aksi nyata


Karenanya, penting untuk saling mengingatkan. Minimal memberikan informasi baik secara langsung maupun melalui tulisan, perihal mengapa kita harus memakai masker bila beraktivitas di luar rumah.

Bahkan, tidak hanya mengingatkan, dalam situasi seperti sekarang, butuh gerakan nyata. Semisal melakukan bakti sosial mendonasikan alat pengaman diri semisal masker ataupun hand sanitizer kepada masyarakat yang membutuhkan.

Sudah seharusnya, gerakan-gerakan untuk mengumpulkan donasi yang lantas diwujudkan dalam wujud masker yang dibagikan kepada masyarakat, mulai dimunculkan. Setahu saya, gerakan mulia ini sudah dilakukan oleh banyak elemen.

Seperti para gitaris handal negeri ini seperti Dewa Budjana, Eros Candra, Baim, Tohpati dan Baron  yang tergabung dalam Sixstrings, mereka tergerak untuk ikut mendukung 'kampanye' membagikan alat perlindungan diri untuk tenaga kesehatan melawan Covid-19.

Ada juga program lelang dari paa manajemen dan manajemen Persija Jakarta yang 100 persen hasil lelang disumbangkan untuk kampanye "Satu hati Lawan Corona". 

Salah satunya penyerang Persija asal Kroasia, Marko Simic yang melelang medali juara Liga 1 2018. Juga kiper Sahar Ginanjar yang melelang jersey, jaket dan sarung tangan kiper.

Begitu juga dukungan dari kalangan akademisi. Beberapa akademisi dari Universitas Muhammadiyah di berbagai kota di Indonesia, berkolaborasi menulis buku "Krisis Komunikasi dalam Pandemi Covid-19" di mana hasil penjualan buku tersebut, akan didonasikan untuk membantu melawan penyebaran Covid-19.

Termasuk juga kepedulian para politisi di banyak tempat lewat 'bendera' partai politiknya masing-masing. Dalam situasi seperti ini, terpenting bisa membantu masyarakat. Daripada sekadar beretorika.

Nah, ketika banyak pihak bersatu melawan badai virus itu, utamanya menyediakan APD untuk masyarakat, tentunya menjadi kabar menggembirakan.

Karena memang, di luar sana ada banyak masyarakat yang sehari-hari bekerja di sektor informal seperti tukang becak, kuli bangunan, buruh pasar hingga petugas sapu jalan yang sehari-hari harus menjalankan rutinitas di luar rumah, tetapi belum memiliki masker.  

Tidak cukup hanya pakai masker

Benar. Memakai masker sejatinya untuk mengamankan. Masker memang dapat menjadi pelindung utama penularan Covid-19. Namun, sesuai hasil penelitian, masker kain hanya mampu menangkal virus sebesar 70 persen.

Karenanya, bagi masyarakat yang sudah memakai masker, masih ada serangkaian pencegahan lain yang harus dilakukan. Utamanya rutin mencuci tangan dengan sabun.

Pasalnya, droplet orang yang terinfeksi virus, bukan tidak mungkin tertinggal pada benda mati, semisal menempel di masker. Lantas, secara tidak sengaja tersentuh oleh orang yang sehat. Bila tidak mencuci tangan dengan sabun, bukan tidak mungkin droplet tersebut akan berpindah tangan, mulut, ataupun mata.

Selain itu, meski sudah memakai masker, tetap penting untuk menjaga jarak dengan orang lain sesuai anjuran pemerintah, minimal 1 hingga 2 meter.

Dan juga tidak kalah penting, masyarakat harus memahami imbauan untuk tidak keluar rumah bila memang tidak ada keperluan mendesak.

Pada akhirnya, semoga kita senantiasa sehat. Semoga kita juga mau membagikan informasi mencerahkan. Apalagi bila melakukan aksi peduli. Minimal, tergerak memberi tahu kepada orang lain yang belum sadar perihal pentingnya menjaga diri dari ancaman virus ini. Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun