Lalu, baper apa lagi yang bisa terjadi di Kompasiana?Â
Masih ada beberapa yang bisa disebutkan. Bisa karena baper dengan komentar orang lain di kolom komentar tulisan kita. Semisal bila menulis tentang tokoh figur yang kita idolakan, ternyata ada yang berkomentar sinis terhadap figur yang kita tulis tersebut. Karena 'cinta mati' dengan tokoh tersebut, jadinya langsung baper dengan komentar itu.
Padahal, ketika tulisan ditayangkan di Kompasiana dan siapa saja bisa membaca, seharusnya kita paham bahwa siapapun bisa berkomentar. Dan, tentu saja, komentar yang dituliskan itu pun bisa apapun. Bisa bagus. Bisa sebaliknya. Karena memang kita tidak bisa mengatur orang untuk mengomentari tulisan kita sesuai yang kita mau.
Atau, bisa juga lho baper dengan admin. Semisal karena kita merasa tulisan kita bagus dan kekinian. Tapi kok malah tidak dipungut admin sebagai Artikel Utama (AU). Khusus yang ini, hanya mas mbak admin yang bisa menjawabnya.Â
Kalau saya manut saja. Terpenting menulis. Â Toh, ketika di Kompasianival 2019 lalu mendapat apresiasi sebagai "The Headliners", saya tidak pernah mendesak admin agar menjadikan tulisan saya jadi AU.Â
Terpenting, bagaimana kita terus menghasilkan tulisan terbaik yang bisa kita ciptakan. Selebihnya, setelah ditayangkan, biarkan tulisan itu menjemput takdirnya sendiri.
Ah ya, bila sampean (Anda) mungkin menemukan jenis-jenis kebaperan lainnya yang bisa terjadi di rumah ini, silahkan ditambahkan. Karena saya harus segera berkemas untuk menyusuri jalanan, saya mencukupkan tulisan ini sampai di sini.
Selamat berhari Senin. Seperti semangat menulis di Kompasiana demi bergembira dan bersuka ria dengan tulisan, semoga awal pekan sampean juga menyenangkan. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H