Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Seperti Thibaut Courtois, Kita Semua Bisa Bangkit dari "Episode Buruk" dalam Hidup

13 Februari 2020   09:16 Diperbarui: 16 Februari 2020   19:51 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika ditanya wartawan perihal Courtois yang dicadangkan, Sid Lowe mengilustrasikan Zidane hanya berujar "He had....things". Zidane seolah tak mampu lagi menemukan penjelasan yang lebih baik.

Sebelumnya, usai laga melawan Brugge, Zidane memang sempat berucap "perkataan terlarang" yang seharusnya tidak diucapkan pelatih. Dia menyalahkan Courtois.

"In the first half we can blame Courtois," Zidane said afterward. "But it is all of us, me above all".

Courtois bangkit setelah mendapat "hukuman"
Dan memang, dalam ranah pekerjaan, punishment alias hukuman itu bagus untuk menyadarkan seseorang. Seorang karyawan yang tidak bekerja dengan baik, perlu mendapatkan teguran peringatan.

Tujuannya, agar yang bersangkutan bisa melakukan introspeksi. Agar dia sadar bahwa posisinya tidaklah tidak tergantikan. Atasan dan perusahaan tempatnya bekerja, bisa dengan mudah menggantikannya dengan orang lain yang mau bekerja lebih baik.

Nah, di sepak bola, teguran itu macam-macam bentuknya. Bisa potong gaji. Bisa diganti ketika pertandingan berlangsung. Namun, teguran paling keras adalah ketika seorang pemain yang biasanya jadi pemain inti, lantas dicadangkan. Situasi itulah yang dialami Courtois.

Zidane seperti ingin memberikan ruang perenungan kepada Courtois. Dia seolah ingin berkata begini: "Thibaut, kamu itu kiper bagus, mengapa kamu tidak bisa tampil dengan standar terbaikmu. Apa yang salah denganmu?"

Sepekan kemudian, Zidane memberi maaf Courtois. Dia kembali memainkannya saat melawan tuan rumah Real Mallorca (20/10). Yang terjadi, Madrid kalah 0-1.

Toh, itu jadi kekalahan terakhir Madrid di tahun 2019. Setelah itu, Madrid langsung melesat. Seiring lini pertahanan yang membaik yang memberi proteksi lebih pada gawang Madrid, Courtois semakin percaya diri. Dia ikut membawa Madrid tak terkalahkan dalam 12 pertandingan.

Kini, hingga pekan ke-23, Real Madrid memuncaki klasemen Liga Spanyol keunggulan tiga poin atas Barcelona. Courtois punya peranan penting.

Sebab, lini belakang jadi salah satu kunci sukses Madrid. Mereka cuma kebobolan 11 gol dari 20 laga terakhir liga. Courtois bahkan mencatatkan 11 clean sheet di liga, lebih banyak ketimbang perolehannya musim lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun