Bukan hanya kiper terbaik. Tapi terbaik dari semua pemain yang tampil di Liga Spanyol selama Januari.
Sebelum datang ke Madrid, Courtois sejatinya sudah jadi kiper hebat. Dia sering jadi kiper terbaik. Lha wong dia jadi kiper terbaik di Piala Dunia 2018.Â
Dia mendapatkan penghargaan FIFA World Cup Golden Glove 2018. Courtois melakukan 27 saves, lebih banyak dari kiper lainnya.
Dia juga pernah menjadi kiper terbaik Liga Inggris musim 2016/17 kala membela Chelsea. Termasuk kiper terbaik Liga Spanyol musim 2012/13 kala berkostum Atletico Madrid.
Semua gelar individu hebat itu, terlebih predikat kiper terbaik dunia, seharusnya membuat Courtois tidak menemui kendala kala kembali bermain di Liga Spanyol. Toh, itu bukan liga asing baginya. Meski, secara tekanan, bermain di Real Madrid berbeda dari Atletico Madrid.
Namun, kenyataannya, Courtois pada musim perdananya malah tampil buruk. Bahkan sangat buruk. Diharapkan bisa menggantikan Keylor Navas sebagai kiper utama karena nama besarnya yang dianggap selaras dengan nama besar Madrid, Courtois malah jeblok.
Bayangkan, tampil 35 kali di seluruh kompetisi, gawang yang dijaga Courtois kebobolan 48 gol. Courtois kemasukan hampir satu gol lebih per pertandingan. Bahkan dia cuma mencatatkan 10 clean sheet.
Tidak sedikit yang menyebut penampilan Courtois itu karena imbas "doa buruk" dari pendukung Chelsea. Maklum, dia memang pergi dari Chelsea dengan tidak baik-baik.Â
Begitu tahu dirinya diminati Madrid sementara Chelsea tidak berniat melepasnya, Courtois "bermain drama" dengan tidak ikut berlatih. Dia ingin keluar.
Dan memang, bagi pesepak bola, salah satu cara mudah bila ingin dimusuhi fans adalah ketika dia meninggalkan klub dan pindah ke klub baru dengan cara tidak keren. Lewat "cara putus" yang tidak baik-baik.
Penampilan amburadul Courtois juga tidak lepas dari buruknya situasi internal yang terjadi di Real Madrid. Kita tahu, di musim 2018/19, Madrid juga bermasalah. Bayangkan, dalam satu musim mereka sampai harus mempekerjakan tiga pelatih.