Terakhir, pada 2005 silam, lagi-lagi Liverpool merana di turnamen ini. Di final yang digelar di Yokohama, The Reds takluk 0-1 dari klub Brasil, Sao Paulo. Padahal, Liverpool sempat tampil garang di semifinal menang 3-0 atas klub Kosta Rika, Deportivo Saprissa.
Bisa dibayangkan bagaimana bahagianya 'keluarga besar' Liverpool yang ada di mana saja. Termasuk di Indonesia. Mengutip ucapan kapten tim Liverpool, Jordan Henderson, "world champions sound's nice".
Akhirnya bisa mengalahkan klub Brasil karena orang Brasil
Menariknya, keberhasilan Liverpool mengalahkan klub Amerika Latin di FIFA Club World Cup tahun ini, tidak lepas dari keberadaan pemain asal Amerika Latin. Utamanya Brasil.
Ya, pemain-pemain asal Brasil inilah yang ternyata membuat Liverpool bisa jadi juara dunia. Sebelumnya, ketika Liverpool tiga kali gagal, mereka memang tak punya pemain asal Amerika Latin. Kali ini, Liverpool punya tiga pemain Brasil.
Selain Firmino, ada kiper Alisson Becker. Juga gelandang pekerja, Fabinho. Tapi, hanya Firmino dan Alisson yang tampil melawan Flamengo dini hari tadi. Sementara Fabinho masih menjalani pemulihan cedera.
Selain Firmino, Alisson juga tampil brilian. Seperti di menit ke-52, Alisson memperlihatkan kemampuan reflek cepatnya. Dia memblok sepakan keras penyerang Flamengo, Gabriel Barbosa. Dia juga dengan dingin mengantisipasi sepakan salto Gabriel di menit ke-68.
Dan memang, Alisson seperti ditakdirkan tampil oke di pertandingan besar. Ketika Liverpool menghadapi Tottenham di final Liga Champions 2019, Alisson juga tampil keren. Dia beberapa kali mementahkan peluang pemain-pemain Tottenham.
"Menjadi juara dunia tentu sangat luar biasa. Ini perasaan yang tidak setiap waktu bisa dirasakan," ujar Firmino kepada FIFA.com.
Dari keberhasilan Firmino dan Liverpool di Kejuaraan Dunia Klub 2019, kita bisa berkaca bahwa sukses itu tidak selalu datang pada kesempatan pertama. Boleh jadi ia baru datang setelah berulang kali gagal. Â