Penikmat lagu-lagu Didi Kempot pastinya akrab dengan kata ambyar. Frasa kata Jawa itu cukup sering diucapkan Didi Kempot. Baik dalam lirik lagu-lagu Jawa yang dilantunkannya. Maupun ketika mengobrol dengan penonton konser musiknya.
Ambyar bahkan sempat jadi kata fenomenal karena ramai jadi bahasan khalayak. Di media sosial Twitter, tagar ambyar atau #ambyar sempat masuk dalam daftar terpopuler alias masuk jadi trending topic.
Lalu, apa sebenarnya makna ambyar?
Ambyar ternyata bisa ditemukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ambyar dimaknai bercerai-berai, berpisah-pisah ataupun tidak berkonsentrasi lagi. Bagi sebagian masyarakat yang paham bahasa Jawa, ambyar juga dikonotasikan dengan hancur, remuk.Â
Naiknya popularitas kata ambyar tidak lepas dari lagu-lagu Didi Prasetyo alias Didi Kempot yang memang banyak berkisah perihal patah hati, kasih tak sampai, dan berharap tapi dikhianati. Pendek kata, ambyar itu tentang hati yang remuk karena dikecewakan.
Seperti pada lagu Suket Teki, Pamer Bojo, Ambyar, Cidro, ataupun Banyu Langit. Karenanya, tidak mengherankan bila penyanyi kelahiran Surakarta berusia 52 tahun ini dijuluki "God Father of Broken Heart". Sang dewanya patah hati.
Tapi, meskipun berkisah tentang patah hati, lagu-lagu Didi Kempot itu enak didengarkan. Bahkan, meskipun lagu-lagu Didi Kempot dicover penyanyi lain yang berparas cantik, masih banyak yang lebih senang mendengarkan versi orisinilnya.
Bahkan, penikmat lagu-lagu Didi Kempot itu universal. Semua kalangan. Tidak hanya mereka yang paham bahasa Jawa. Di channel Youtube, mudah menemukan komentar dari mereka yang tidak paham bahasa Jawa, tapi menyukai lagu-lagu Didi Kempot.Â
Kata mereka, selain karena musiknya yang selow, lirik lagu-lagunya juga sarat makna. Mereka menganggap mendengarkan lagu-lagu Didi Kempot itu menyenangkan dan menenangkan karena bisa melarutkan kesedihan.
Lalu, apa kaitannya lagu-lagu Didi Kempot dengan Timnas Indonesia?
Usai membaca ratusan bahkan ribuan komentar suporter Timnas Indonesia yang patah hati usai melihat Timnas kalah beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, saya tertarik dengan beberapa komentar netizen di media sosial. Banyak yang menyebut Timnas ambyar. Hingga komentar: "mending nonton Didi Kempot daripada Timnas".
Warganet yang berkomentar tersebut mungkin sedang bercanda demi menutupi kekecewaannya pada hasil buruk Timnas. Namun, bila dimaknai sebenarnya, komentar warganet tersebut ada benarnya.
Bahwa, dalam konteks sama-sama merasakan kekecewaan, masih lebih baik menonton konser Didi Kempot sembari mendengarkan "lagu-lagu ambyarnya" daripada hati ambyar gara-gara kecewa menonton penampilan Timnas.
Bila mendengarkan lagu-lagu Didi Kempot, rasa pedih kita bisa terwakili oleh lirik-lirik nelangsa di lagunya. Kita bisa ikut bernyanyi. Senang. Hingga sejenak lupa kepedihan hati yang dirasa. Namun, bila melihat penampilan buruk Timnas di Kualifikasi Piala Dunia 2022, yang ada hanya rasa kuciwo (kecewa). Ambyar.Â
Betapa tidak kecewa. Penampilan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia memang sangat mengecewakan. Bayangkan, dari empat kali bertanding, Timnas yang berada di Grup G selalu kalah.
Padahal, Grup G ini sejatinya bukan grup neraka. Sebab, Grup G diisi negara-negara Asia Tenggara yang tentu saja di atas kertas kekuatannya nyaris setara dengan Indonesia. Seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Plus, satu negara Timur Tengah, Uni Emirat Arab. Artinya, peluang menang seharusnya ada karena sudah sering berjumpa mereka dan saling mengalahkan.
Namun, yang terjadi, Timnas Indonesia bak menjadi lumbung poin bagi empat negara di Grup G. Nyataya, tim-tim di Grup G semuanya bisa mengalahkan Indonesia.
Penampilan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 ambyar
Terbaru, tadi malam, Selasa (15/10), Timnas yang tampil di rumah sendiri, kalah dari tamunya, Vietnam di pertandingan keempat kualifikasi. Timnas yang berharap bisa move on dari tiga kekalahan sebelumnya, malah kembali kalah 1-3 di Gianyar, Bali.
Kekalahan yang sungguh buruk. Sebab, ini merupakan kekalahan pertama Timnas dari Vietnam ketika tampil di kandang sendiri. Sebelumnya, dalam 8 (delapan) kali pertemuan di Indonesia, Vietnam tak pernah menang. Indonesia mendominasi dengan 4 kemenangan dan 4 kali imbang. Namun, catatan apik itu kini tinggal kenangan.
Tetapi memang, harus diakui, secara permainan, Vietnam layak menang. Pertandingan tadi malam menunjukkan, Vietnam jauh lebih siap. Mereka bermain rapi, tenang, dan mematikan ketika mendapatkan peluang.
Sebaliknya, Timnas Indonesia seperti orang yang kebingungan di rumahnya sendiri. Bingung ketika menyerang. Juga kebingungan ketika mendadak diserang. Singkat kata, Timnas seolah tampil seadanya di ajang penting sekelas Kualifikasi Piala Dunia.
Ini bukan kali pertama, Timnas kalah di rumah sendiri. Sebelumnya, Tim Garuda juga kalah 0-3 dari Thailand (10/9) dan kalah 2-3 dari Malaysia di pertandingan pertama (5/10). Lalu, babak belur dikalahkan Uni Emirat Arab 5-0 di Dubai di pertandingan ketiga pada 10 Oktober.
Kalah beruntun dalam empat pertandingan membuat Indonesia berada di posisi terbawah Grup G. Jangan lagi bicara peluang Indonesia tertutup lolos ke Piala Dunia. Itu hanya mimpi ketinggian. Lha wong Indonesia belum meraih poin alias masih 0 poin. Dan yang memprihatinkan, gawang Indonesia sudah jebol 14 kali.
Dari delapan grup, Indonesia menjadi negara kedua yang paling buruk setelah Sri Lanka yang juga belum mendapatkan poin dan kemasukan 14 gol. Bedanya, Sri Lanka satu grup dengan lawan-lawan tangguh seperti Korea Selatan, Korea utara, Lebanon maupun Turkmenistan.
Rapor Timnas Indonesia di kualifikasi ini bahkan lebih buruk dari Kamboja yang berada di Grup C bersama Irak, Iran, Bahrain dan Hong Kong. Memang, pekan lalu, Kamboja kalah 14-0 dari Iran yang merupakan salah satu negara Asia langganan tampil di Piala Dunia. Toh, Kamboja sudah mendapatkan 1 poin. Mereka bahkan hanya kalah tipis 0-1 dari Bahrain.
Padahal, Kualifikasi Piala Dunia 2022 merupakan ajang penting. Lha wong ini tangga awal bila ingin mewujudkan harapan tampil di Piala Dunia 2022. Semua negara di Asia, sekecil apapun peluangnya di atas kertas, pastinya ingin melakukan yang terbaik. Siapa tahu semesta mendukung mereka. Â
Namun, merujuk penampilan Timnas dalam empat pertandingan kualifikasi, Indonesia layak malu. Negara besar ini terpuruk di ajang penting ini. Seolah kita memang tidak boleh bermimpi melihat Timnas tampil di Piala Dunia. Meminjam tulisan pengamat sepak bola kondang, Bung Towel di akun Instagramnya: "Timnas harga diri bangsa yang dibiarkan terpuruk"
Siapa harus bertanggung jawab?
Tentu saja, pelatih Simon McMenemy menjadi sosok yang paling disorot. Pemain di lapangan tentunya menuruti arahan pelatih. Ibarat masakan, dialah juru masaknya. Masakan yang dihidangkan sedap atau tidak, itu bergantung racikannya. Dalam empat laga kualifikasi, kita bisa merasakan seperti apa rasanya 'masakannya' Simon.
Sebagai suporter, kita bisa melihat bagaimana cara bermain Timnas di era kepelatihan Simon. Kita bisa merasakan nyaman atau tidaknya para pemain bermain di lapangan. Bahkan, seusai kekalahan dari Vietnam tadi malam, beberapa warganet mengabarkan bila Beto dan Stefano Lilipaly sempat menangis di bangku cadangan.
Dan, bila menyebut Simon, tentunya tidak lepas dari siapa yang menunjuk pelatih asal Skotlandia itu untuk menangani Timnas. Siapa? Ah, sampean pasti tahu lha.
Nasib Timnas Indonesia seperti lirik lagu Didi Kempot
Yang jelas, publik sepak bola Indonesia kini sudah hilang kesabaran. Tagar #SimonOut menggema di media sosial. Kita tinggal menunggu bagaimana reaksi PSSI. Semoga tidak seperti kutipan kalimatnya Bung Towel di akun Instagramnya. Kalimatnya begini: "PSSI juga terkesan tutup mata dengan kegagalan Simon. Tidakkah PSSI harusnya segera memutus tren negatif Timnas dengan mengganti Simon. Ini kok malah dibiarkan....".
Ah, kembali ke Didi Kempot. Bila melihat penampilan buruk Timnas di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, rasanya lirik pedih dalam lagu-lagu Didi Kempot itu menemukan pembenaran.
Seperti lirik lagu Suket Teki yang di channel Youtube sudah ditonton lebih dari 3,5 juta view. Liriknya dalam bahasa Jawa begini:
Wong salah ora gelem ngaku salah
Suwe-suwe sopo wonge sek betah
Mripatku uwis ngerti sak nyatane
Kowe selak golek menangmu dewe
Tak tandur pari jebul tukule suket teki
Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maknanya begini: Â
Orang salah tidak mau mengaku salah
Lama-lama siapa orang masih tahan
Mataku sudah mengerti yang sebenarnya
Kamu salah mencari menangmu sendiri
Ku tanam padi ternyata tumbuhnya rumput teki
Seperti analogi menanam pagi malah tumbuh rumput teki itu, bukankah di awal penunjukan Simon, kita sempat berharap Timnas bisa berprestasi bagus. Terlebih ketika hasil drawing Kualifikasi Piala Dunia 2022 menempatkan Indonesia satu grup dengan Malaysia, Thailand, Vietnam dan Uni Emirat Arab. Kita sempat diliputi optimisme.
Kita optimistis, karena saling kenal dan saling mengalahkan, Timnas punya peluang untuk meraih hasil bagus di kualifikasi. Singkat kata, grup ini jauh lebih bagus dibanding ketika Kualifikasi Piala Dunia 2014 silam ketika Indonesia satu grup dengan Iran, Qatar, dan Bahrain. Kala itu, Indonesia selalu kalah dalam enam pertandingan dan kemasukan 26 gol.
Eh yang terjadi, harapan-harapan bagus di awal itu, sama sekali tidak kesampain. Harapan yang hanya berbalas kekecewaan. Persis seperti harapan menanam padi yang diharapkan tumbuh menjadi padi dan beras. Ternyata hanya tumbuh rumput teki.
Dan, ketika kita tahu Timnas kalah beruntun dalam empat pertandingan di kualifikasi, situasinya persis dengan penggalan lirik lagu Ambyar. Bedanya, bila di lagu Ambyar, berkisah tentang kepedihan seseorang yang dikecewakan pasangan, untuk Timnas konteksnya tentu suporter yang patah hati.
Liriknya begini:
Wis kebacut ambyar, ambyar koyo ngene
Manise janjimu jebule mung ono lambe
Wis kebacut ambyar, ambyar koyo ngene
Ning opo kowe tego nyekso aku koyo ngene
Sopo sing ra gelo, Yen digawe kuciwo, Ambyar.
Maknanya begini:
Sudah terlanjur hancur, hancur seperti ini
Manisnya janjimu ternyata cuma di bibir saja
Sudah terlanjur hancur, hancur seperti ini
Kenapa kamu tega menyiksa aku seperti ini
Siapa yang tak kecewa, Kalau dibuat kecewa, Ambyar.
Ya, suporter Timnas yang sedari awal berharap Tim Garuda bisa terbang tinggi di bawah kepelatihan Simon, harapannya kini pasti sudah ambyar. Hancur. Empat kekalahan beruntun tentu saja membuat kecewa. Tinggal melihat bagaimana Timnas menghabiskan empat laga sisa kualifikasi dengan away ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Serta menjamu Uni Emirat Arab.Â
Bila di kandang sendiri saja, kita seperti jadi bulan-bulanan, rasanya sulit berharap Timnas akan bisa tampil bagus di kandang lawan. Karenanya, saran saya, tak perlu terlalu berharap. Tak perlu sampai menyiksa perasaan.Â
Ya, kita tak perlu baper (bawa perasaan) dengan serial kekalahan Timnas ini. Bila kecewa karena cinta, kita hanya perlu berusaha move on. Bila kecewa karena Timnas, mari kita tunggu bagaimana respon mereka 'di atas sana'. Bila responnya tak sesuai harapan, ya mari melarutkan kepedihan dengan lagu-lagunya Didi Kempot saja. Salam Ambyar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H