Sektor ganda campuran juga tak kalah seru. Bila diturunkan, Leo Rolly/Indah Cahya akan kembali bertemu Feng Yan Zhen/Lin Fang Ling. Ini akan menjadi ulangan final Kejuaraan Asia Junior 2019 yang dimenangi Leo/Indah.
Yang jelas, kita tentu berharap tim junior Indonesia bisa jadi juara dunia untuk kali pertama. Ya, sejak kejuaraan yang juga dikenal dengan nama Suhandinata Cup ini digelar pada tahun 2000, Indonesia tak pernah juara.
Indonesia sebenarnya pernah tiga kali sangat dekat dengan gelar juara dunia. Sayangnya, meski tiga kali beruntun masuk final di tahun 2013, 2014, dan 2015, Indonesia hanya mampu menjadi runner-up.
Di tahun 2013 di Thailand, tim Indonesia yang diperkuat Kevin Sanjaya dan Jonatan Christie, kalah tipis 2-3 dari Korea Selatan. Padahal, Indonesia sempat unggul dua kali. Lalu di tahun 2014 di Malaysia, Indonesia kalah telak 0-3 dari Tiongkok di final.
Cerita serupa berulang di Peru pada tahun 2015. Indonesia yang diperkuat Gregoria Mariska, Firman Abdul Kholik, dan Rinov Rivaldy, kembali kalah 0-3 dari Tiongkok yang diperkuat Chen Yufei, Zheng Siwei, Chen Qingchen, Jia Yifan, Du Yue, serta Han Chengkai dan Zhou Haodong.
Di tahun itu, Tiongkok memang mendominasi. Selain juara di nomor tim, Tiongkok juga meraih tiga medali emas di nomor individu. Yakni lewat Zheng Siwei/He Jiting di ganda putra, Chen Qingchen/Jia Yifan di ganda putri dan Siwei/Qingchen di ganda campuran.
Nah, tahun ini seharusnya menjadi tahun terbaik bagi tim Indonesia untuk juara. Sebab, secara komposisi pemain, rasanya kita lebih siap dari final empat tahun lalu.Â
Dengan mengandalkan tiga nomor ganda dan juga berharap kejutan di sektor tunggal, bukan tidak mungkin tim junior Indonesia bisa jadi juara dunia untuk kali pertama. Ah, saya merindukan kabar itu. Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H