Ya, ulasan Sanderson di Forbes itu menjadi kenyataan. Coutinho yang dimainkan penuh oleh pelatih Niko Kovac, seperti orang yang pulang kampung. Dia gembira luar biasa.Â
Coutinho membuat lini depan Bayern yang sejatinya "stok lawas", kini seperti di-upgrade dengan kemampuan lebih dashyat. Lewandowski semakin garang. Sementara Gnabry yang tak dikenal semasa membela Arsenal, kini menjadi penyerang sayap menyeramkan.
Gawang Bayern sejatinya jebol lebih dulu. Tottenham unggul di menit ke-12 lewat gol Son Heung-Min. Namun, tiga menit kemudian Bayern menyamakan skor 1-1 lewat gol Joshua Kimmich. Lantas, Lewandowski menutup babak I dengan keunggulan Bayern, 1-2.
Di babak kedua, Bayern tampil menggila. Hanya dalam dua menit, Gnabry mencetak dua gol di menit ke-53 dan 55. Skor jadi 1-4 untuk Bayern. Di menit ke-61, Tottenham memperkecil skor 2-4 lewat penalti Harry Kane.
Namun, di 10 menit akhir Bayern menambah tiga gol hanya dalam lima menit. Gnabry mencetak hat-trick menit ke-83. Disusul gol Lewandowski menit ke-87 yang merupakan assist dari Coutinho.Â
Gnabry menutup pesta gol di menit ke-88. Dikutip dari laman twitter Champions League, Gnabry mencetak sejarah sebagai satu-satunya pemain yang bisa mencetak empat gol di babak kedua di Liga Champions.
Pujian untuk Coutinho
Tentu saja, bukan Coutinho seorang yang tampil apik di pertandingan tersebut. Dua pemain Bayern asal Prancis, Benjamin Pavard dan Corentin Tolisso juga bermain bagus. Keduanya mencetak tiga assist.Â
Namun, bukankah di Liga Champions musim lalu, Bayern tak pernah bermain seganas ini? Nah, bila harus menyebut pembeda, Coutinho-lah orangnya.
Media-media Inggris bahkan menyebut Coutinho bak tampil seperti ketika masih membela Liverpool. Kala itu, Coutinho dijuluki sebagai The Little Magician. Penyihir kecil. Itu merujuk posturnya yang memang cukup mungil untuk ukuran pemain di Eropa. Kebetulan, warna jersey Bayern, nyaris sama dengan Liverpool. Sama-sama merah.
Pelatih Bayern, Niko Kovac pun tak segan memuji penampilan Coutinho bersama timnya. Menurutnya, Coutinho bisa beradaptasi dengan baik. Dia juga menyebut mantan pemain Liverpool itu bisa menyatu dengan rekan-rekan barunya. Karenanya, dia bermain lebih happy di lapangan.
"Anda tahu, ketika pemain Amerika Latin dengan kualitas seperti Philippe bermain dengan gembira, Anda akan bisa melihat betapa hebatnya dia," ujar Niko Kovac.