Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Awal Bagus Pemain Indonesia dan Kejutan Dashyat Pemain Singapura di Kejuaraan Dunia 2019

21 Agustus 2019   08:53 Diperbarui: 22 Agustus 2019   05:11 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gregoria Mariska (kiri) dan Fitriani (tengah), diharapkan bisa melangkah jauh di Kejuaraan Dunia 2019 di Swiss/Foto: Warta Kota-Tribunnews

Kota Basel di Swiss masih cukup ramah bagi pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia. Hingaa Hari kedua Kejuaraan dunia bulutangkis alias BWF World Championship 2019, pemain-pemain andalan Indonesia belum menemui hambatan serius.

Kemarin, empat pemain tunggal putra/putri Pelatnas, Gregoria Mariska, Fitriani, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, berhasil melangkah ke putaran ketiga setelah meraih kemenangan meyakinkan di putaran kedua, Selasa (20/8).

Fitriani yang tampil lebih dulu, menang straight game atas pemain Jerman, Yvonne Li, 21-14, 21-12 hanya dalam waktu 34 menit. 

Sementara Gregoria Mariska yang menjadi unggulan 14, juga menang dua game langsung atas salah satu pemain terbaik Thailand, Busanan Ongbamrungphan 21-14, 21-10 hanya dalam waktu 30 menit.

Di tunggal putra, Jonatan Christie yang menjadi unggulan 4, mengakhiri perlawanan ngeyel pemain Korea, Heo Kwang-hee, dengan skor 21-14, 21-17 dalam waktu 4 menit. Sementara Ginting yang bermain di 'jam terakhir', hanya butuh waktu 38 menit untuk mengalahkan pemain Inggris, Toby Penty, 21-11, 21-19.

Total ada enam pemain Indonesia yang berhasil meraih kemenangan di hari kedua kemarin. Dua pemain lainnya yakni pasangan ganda putra, Berry Angriawan/Hardianto dan pasangan ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja.

Berry/Hardianto yang baru turun bermain, harus bersusah payah mengalahkan ganda Inggris, Ben Lane/Sean Vendy. Satu-satunya ganda putra yang tidak masuk daftar unggulan di Kejuaraan Dunia 2019 ini dipaksa bermain rubber game selama 56 menit. 

Kalah tipis dalam adu setting point 20-22 di gama pertama, Berry/Hardy 'mengamuk' di dua game berikutnya. Mereka menang 21-13, 21-15.

Sementara Hafiz/Gloria yang mendapat bye sehingga langsung tampil di di putaran kedua, melakukan 'pemanasan' ketika menang mudah atas ganda campuran asal Ukraina, Valeriy Atrashchenkov/Yelyzaveta Zharka. Hafiz/Gloria yang menjadi unggulan 10, menang 21-9, 21-15 hanya dalam waktu 28 menit.

Namun, hari kedua Kejuaraan Dunia 2019 kemarin, tidak melulu berisi kabar bagus. Beberapa pemain Indonesia juga mulai bertumbangan. Di tunggal putra, pemain senior Tommy Sugiarto mengakhiri lebih cepat petualangannya di Swiss.  Tommy dikalahkan pemain Denmark, Jan O Jorgensen.  

Sementara di sektor ganda campuran, Indonesia sudah harus kehilangan dua pasangan. Ronald Alexander/Annisa Saufika, tak mampu berbuat banyak saat menghadapi ganda campuran terbaik Belanda, Robin Tabeling/Selena Piek. Ronald/Annisa kalah straight game dengan skor cukup jauh 14-21, 13-21 di putaran pertama.

Kekalahan juga dialami pasangan Rinov Rivaldy/Pitha Mentari. Bedanya, pasangan muda yang pernah jadi juara dunia junior 2017 ini memberikan perlawanan sengit kala menghadapi lawan yang jauh lebih berpengalaman, yakni ganda campuran Jepang yang menjadi unggulan 3, Yuta Watanabe/Arisa Higashino. Rinov/Pitha kalah rubber game 13-21, 21-19, 16-21 selama satu jam empat menit dari pasangan ganda campuran juara All England 2018 tersebut.

Kejutan pemain Singapura, efek kehadiran pelatih Indonesia ?

Hari kedua BWF World Championship 2019 kemarin juga diwarnai kejutan dashyat. Tunggal putri Singapura, Yeo Jia Min, di luar dugaan mampu mengalahkan pemain Jepang yang menjadi unggulan 1, Akane Yamaguchi. Yeo bahkan mampu menang dua game langsung, 21-14, 21-18.

Kekalahan ini membuat Akane yang sejak Juli lalu menjadi tunggal putri rangking 1 dunia, masih harus menunggu tahun depan bila ingin meraih gelar juara dunia seperti rekan senegaranya, Nozomi Okuhara (juara dunia 2017).

Informasi yang beredar, Akane (22 tahun) memang tidak tampil dalam kondisi 100 persen bugar di Kejuaraan Dunia ini. Dia masih belum pulih dari cedera pinggang yang dideritanya kala tampil di Japan Open 2019 lalu.

Namun, terlepas dari itu, kemenangan Yeo Jia Min atas Akane ini menjadi kabar mengejutkan. Bagaimana tidak mengejutkan, pemain non unggulan mampu mengalahkan pemain unggulan 1.

Sebelumnya, hasil bagus juga diraih tunggal putra Singapura, Loh Kean Yew yang tampil di hari pertama (19/8). Loh yang bukan pemain unggulan, berhasil mengalahkan pemain India, Sameer Verma yang menjadi unggulan ke-10. Loh menang rubber game yang menjadi cerminan semangat besarnya untuk memenangi pertandingan.

Sempat kalah 15-21 di game pertama, Loh lantas bangkit di game kedua dan unggul dengan skor sama. Di game penentuan, pemain berusia 22 tahun ini menang dengan skor meyakinkan, 21-10.

Merujuk pada pencapaian bagus tunggal putra dan putri Singapura di Kejuaraan Dunia 2019, kita lantas dengan mudah menyebut bahwa penampilan apik Loh dan Yeo ini merupakan dampak dari hadirnya pelatih asal Indonesia, Mulyo Handoyo.

Ya, Mulyo yang merupakan sosok dibalik sukses Taufik Hidayat kala menjadi juara Olimpiade 2004 dan Asian Games 2006, kini memang memoles sektor tunggal Singapura.

Sebelumnya, Mulyo melatih nomor tunggal India. Hasilnya, sektor tunggal India sempat mengalami kemajuan pesat. Tunggal putra India, Srikanth Kidambi bahkan pernah meraih empat gelar BWF Super Series pada tahun 2017 lalu. Kini, sejak ditinggal Mulyo, Srikanth bak 'terjun bebas'. Sepanjang tahun 2018 hingga pertengahan 2019, pemain 25 tahun ini tak mampu meraih gelar.  

Andai Yeo dan Loh mampu terus melaju di Kejuaraan Dunia 2019, kita harus mengakui bahwa Mulyo memang punya sentuhan ajaib yang membuat anak asuhnya mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Bagaimana respons Ye Jia Min?

Dikutip dari Instagram Badmintalk_com, pemain tunggal putri berusia 20 tahun ini menyebut, sebelum kehadiran Mulyo, dirinya sempat dilatih pelatih asal Tiongkok.

"Setelah Mulyo datang, dia memberikan sedikit perbedaan di struktur latihan saya. saya kira itu yang membantu konsisten latihan pemain. Saya belajar dari semua pelatih. saya pikir secara umum dia yang terbaik," ujar Yeo Jia Min.

Perihal targetnya di Kejuaraan Dunia kali ini, Yeo menyebut ingin memang melawan pemain unggulan. Menurutnya, setelah melewati putaran pertama, dia tahu akan menghadapi pemain unggulan. Karenanya, dia berusaha untuk menang. "Saya senang bisa menang, tapi saya masih ingin konsentrasi di setiap pertandingan," sambung dia.

Pemain Indonesia bisa menapaki kejutan ala Yeo Jia Min

Kejutan memang akan selalu ada dalam setiap turnamen. Termasuk di turnamen level tertinggi seperti BWF World Championship. Setelah Yeo Jia Min, bukan tidak mungkin ada kejutan-kejutan lainnya.
 
Saya tentu berharap kejutan itu bisa dibuat pemain-pemain Indonesia. Kebetulan di putaran III, pemain-pemain Indonesia akan menghadapi lawan kelas berat. Termasuk dua tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska dan Fitriani.

Ya, hari ini, Rabu (21/8), Fitriani dijadwalkan akan menghadapi ratu bulutangkis dunia, Tai Tzu-ying (TTY) untuk berebut tiket ke perempat final. Ini kesempatan Fitriani untuk membuat dirinya menjadi headline.

Meski, tidak akan mudah mengalahkan TTY yang tentunya ingin kembali menjadi nomor satu dunia. Setelah 'mahkota'nya direbut Akane pada Juli lalu, Kejuaraan Dunia akan menjadi kesempatan bagus bagi TTY untuk kembali menjadi nomor satu dunia. Apalagi setelah Akane tereliminasi.  

Sementara Gregoria Mariska akan menghadapi pemain terbaik Thailand, Ratchanok Intanon yang menjadi unggulan 7. 

Intanon yang merupakan juara dunia 2013, selama ini menjadi lawan yang masih 'unbeatable' bagi Gregoria. Dia kalah 0-5 dari Intanon. Pertemuan terakhir terjadi di Indonesia Open pada Juli lalu. Gregoria kalah rubber game.

Dikutip dari badmintonindonesia.org, Gregoria berharap kali ini bisa bermain lebih maksimal. Menurutnya, dari beberapa pertemuan melawan Intanon, evaluasinya hampir sama. Dia menyebut masalahnya ada pada kondisi fisik yang terkuras karena bermain rubber game.

"Jadi pasti harus lebih siap fisiknya. Lawan Ratchanok pasti nggak mudah, jadi saya harus siap semuanya, fisik, mental terus juga cara main, harus lebih kerja keras dan mengimbangi dia terus," jelas Gregoria yang menargetkan lolos ke delapan besar seperti dikutip dari Badminton Indonesia.

Jadwal berat juga menunggu ganda campuran Indonesia, Hafiz/Gloria. Mereka akan menghadapi unggulan 1 asal Tiongkok, Zheng Siwei/Huang Yaqiong di putaran ketiga.

Kita tentu berharap, penampilan apik Hafiz/Gloria di Japan Open 2019 pada 26 Juli lalu saat berhasil mengalahkan Siwei/Yaqiong di babak perempat final, bisa terulang di Basel.

Bila pemain Singapura bisa 'mengguncang' Kejuaraan Dunia 2019 dengan kemenangan atas unggulan 1, pemain-pemain Indonesa sejatinya juga punya peluang untuk membuat kejutan serupa. Karena di bulutangkis, status superior dan inferior sejatinya tidak ada. Yang ada hanyalah, siapa yang paling siap fisik dan mental juga siap capek di lapangan, dia yang akan menang. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun