Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Stunting, "PR Besar" Jokowi dalam Visi Indonesia

17 Juli 2019   06:37 Diperbarui: 17 Juli 2019   21:37 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penting mengenali penyebab dan dampak stunting agar tidak sampai terjadi pada anak/Foto: Lifestyle - Bisnis.com

Lalu, bagaimana untuk mencegah terjadinya stunting pada anak?

Langkah pencegahan stunting harus dimulai sejak dini di lingkup keluarga. Bahkan, sejak anak di dalam kandungan. Ketika masa kehamilan, orang tua harus (mau) melakukan kontrol kandungan secara teratur dan menjaga kesehatan melalui pemenuhan nutrisi optimal.

Lalu, di masa bayi dan anak usia dini, orang tua harus segera memberikan ASI setelah lahir, menyusui ASI secara eksklusif dengan cara benar, pemberian makanan pendamping ASI, memberikan imunisasi sejak usia dini sesuai jadwal. Serta, mendokumentasikan tumbuh kembang anak secara rutin dan reguler. Semisal punya catatan khusus tumbuh kembang anak seperti KMS (Kartu Menuju Sehat) dan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).

Selain itu, penting bagi orang tua mempraktekkan stimulasi dini yang optimal dalam pengasuhan anak sehari-hari. Caranya bisa dengan pola asuh yang melekat ke anak, membina pembentukan kemampuan anak sealami mungkin, serta menciptakan lingkungan sekitar anak yang kaya rangsang (lihat, dengar, sentuh dan raba). 

Tidak kalah penting, anak harus dihindarkan dari stress berlebihan dan tidak membiasakan unsur paksaan ke anak dalam interaksi sehari-hari. Sebaliknya, penting untuk mengasuh, berinteraksi, dan memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi.

Dari informasi yang saya dapat, meski angka stunting di Indonesia pada 2018 masih berkisar 30,2 persen dan masih lebih tinggi dari yang direkomendasikan WHO, ternyata angka stunting di Indonesia sejatinya mengalami penurunan. Sebab, dulu, di tahun 2013, angka stunting di Indonesia berkisar 37% dari jumlah balita di Indonesia.

Nah, harus diakui, penurunan ini tidak lepas dari berbagai langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah baik berupa penanganan langsung maupun sosialisasi yang telah berhasil dipahami oleh masyarakat. 

Dikutip dari Liputan6.com, sejak pertengahan tahun 2018 lalu, Presiden Jokowi memandang perlunya penanganan stunting secara sistematis dalam bentuk gerakan nasional yang melibatkan seluruh komponen bangsa. Dalam Rapat Terbatas pada 5 April 2018, presiden telah memutuskan untuk memimpin langsung gerakan ini, diikuti dengan program-program di tingkat kementerian, dengan langkah-langkah yang terfokus dan terintegrasi.

Sepanjang tahun 2018 lalu, pemerintah memfokuskan pencegahan stunting pada 1000 desa di 100 kabupaten/kota. Lalu pada 2019 ini fokud di 600 desa di 60 kabupaten/kota. Ada tiga kelompok program intervensi pencegahan stunting yakni Pola Makan (Isi Piring itu Penting), Pola Asuh (Beri ASI itu Penting) dan Sanitasi (Bebas Cacing itu Penting).

Pada akhirnya, pencegahan stunting menjadi pekerjaan rumah yang sangat penting bagi pemerintah. Sebuah' PR besar' yang harus didukung untuk diselesaikan. Bahkan, sebagai masyarakat, kita tidak hanya bisa mendukung dengan doa.

Kita bisa mendukung langsung 'kampanye' agar stunting terus menurun dan bahkan tidak ada lagi. Diantaranya dengan menanamkan kesadaran pada keluarga, tetangga dan kerabat, perihal pentingnya memperhatikan janin sejak dalam kandungan serta memastikan tumbuh kembang bayi secara benar. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun