Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Stunting, "PR Besar" Jokowi dalam Visi Indonesia

17 Juli 2019   06:37 Diperbarui: 17 Juli 2019   21:37 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penting mengenali penyebab dan dampak stunting agar tidak sampai terjadi pada anak/Foto: Lifestyle - Bisnis.com

Bahwa, jika berat badan cukup, anak dianggap sudah sehat. Padahal, tinggi badan juga penting untuk diperhatikan. Sebab, tinggi badan bisa menjadi salah satu ciri anak mengalami stunting.

Menurutnya, definisi stunting menurut WHO adalah kondisi di mana anak mempunyai Tinggi Badan terhadap Usia yang berada di bawah 2 SD (< -2SD) pada kurva pertumbuhan standar WHO. Para ahli lalu menajamkan definisi tersebut, bahwa anak dikatakan stunting bila penyebab TB <-2SD tersebut adalah kondisi malnutrisi kronis atau disebabkan penyakit infeksi kronis.

Dengan bahasa yang lebih mudah, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah dua tahun yang disebabkan kurang gizi kronis dan terjadi sejak ibu mulai mengandung sampai dengan anak usia 2 tahun. Akibat stunting, otak dan fisik anak sulit berkembang, serta mempengaruhi kognitif, produktivitas, dan tingkat kesehatan lebih rendah.

Bila tidak disebabkan karena dua kondisi itu (malnutrisi kronis atau disebabkan penyakit infeksi kronis), anak dikatakan berperawakan pendek. Sehingga dapat dikatakan, anak stunting itu pasti termasuk perawakan pendek. Tetapi sebaliknya, anak perawakan pendek belum tentu mengalami stunting.

Mengapa Anak Bisa Terkena Stunting?

Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting bersifat multi-faktorial alias banyak faktor. Faktor utamanya adalah pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat secara kronis sejak usia dini, dan ketidakmampuan memberikan ASI sejak lahir. Serta, terjadinya malnutrisi sejak dalam kandungan karena berbagai faktor dari ibu. Bisa juga karena terjadinya infeksi yang berlangsung kronis.

"Faktor gizi buruk bukan hanya mempengaruhi stunting, tetapi penyebab utama stunting. Selain itu pengaruh adanya kekurangan stimulasi, pola asuh yang salah dan tidak melekat pada anak saat usia dini, dan rendahnya sanitasi lingkungan," ujar pak dokter yang juga konsultan tumbuh kembang ini.

Dia menegaskan bila stunting tidak boleh dianggap remeh. Sebab, dampak jangka pendeknya, anak yang mengalami stunting berisiko terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi. 

Selain itu, stunting juga dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Seperti keterlambatan perkembangan motoric, bahasa, kognitif dan perilaku yang bisa berdampak pada ekonomi keluarga.

Sementara dalam jangka panjang, stunting bisa berdampak pada berbagai gangguan kesehatan saat dewasa, terutama penyakit metabolic seperti obesitas dan penyakit kardio-vaskular.

Dalam ranah perkembangan anak, stunting bahkan bisa memicu buruknya prestasi sekolah, rendahnya kapasitas belajar dan munculnya tenaga kerja tidak produktif. Pada akhirnya, semua efek buruk tersebut tentunya akan bisa mempengaruhi kualitas generasi sebuah bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun