Mungkin, ketika kita berangkat dari rumah, kita akan bersabar di jalan. Namun, ketika tiba-tiba mendapati kelakuan orang lain yang nyeleneh, kita mendadak kehilangan ketenangan, Â marah dan mengumpat orang lain.
Bayangkan bila ketika berkendara di jalan, mendadak ada orang merokok dan asapnya berhamburan ke muka kita. Bayangkan bila ketika mendadak ada orang yang meludah dan ludahnya "nyangkut" di kendaraan kita. Belum lagi bila ada pengendara di depan kita yang berhenti mendadak ataupun mendadak belok, atau juga pasang lampu sein kiri tetapi belok kanan.
Belum lagi bila tengah mengisi bensin di SPBU. Bayangkan bila sampean tengah mengantre dan akan mendapat giliran, mendadak ada orang yang menyerobot antrean karena alasan terburu-buru. Atau ketika petugas SPBU nya memberikan uang kertas kembalian yang sudah kusam dan lepek, bahkan ada tambalan lakbannya karena sobek.
Semua kejadian yang sangat mungkin terjadi di jalan itu, sungguh tidak mudah dihadapi. Terkadang bikin emosi. Bila mengalami hal seperti itu, kita mendadak kehilangan sabar, menjadi marah dan mengumpat orang lain.
Lalu harus bagaimana agar kita tidak mudah marah di jalan?Â
Ketika kita berangkat dari rumah dengan tenang, seharusnya itu membuat kita bisa tenang menghadapi apapun yang bisa terjadi di jalan. Selain itu, berangkat menuju tempat kerja lebih pagi, akan membuat kita lebih kalem. Sebaliknya, bila berangkat terburu-buru, kita cenderung menjadi pemarah bila mendapati kejadian "aneh" di jalan.
Media Sosial juga menjadi ujian sabar
Selain jalanan, media sosial juga menjadi ujian agar kita tidak lekas marah ataupun berseteru dengan orang lainÂ
Memang, di media sosial, kita tidak akan menemukan kejadian "aneh bin ajaib" seperti di jalan. Di media sosial, kita hanya akan menemukan tulisan, Â tautan berita, video ataupun desain grafis. Namun, semua hal yang kelihatannya sepele itu, bisa berpotensi membuat kita marah dan gegeran dengan orang lain.
Semisal ketika membaca status tulisan orang lain di media sosial, kita bisa baper (bawa perasaan) lantas membalas tulisan itu dengan respons ketus. Lantas, terjadilah "perang" di media sosial.Â
Atau ketika ada orang menyebarkan tautan berita yang ngawur, itu juga bisa menjadi awal perseteruan di media sosial. Bila kita ingin mengingatkan orang tersebut, bukan tidak mungkin membuat perseteruan makin panjang.