Lalu, mengapa kejahatan perbankan ini perlu diwaspadai selama Ramadan? Jawabannya mungkin tidak beda jauh dengan modus tindak kejahatan konvensional.Â
Sebagai orang awam, analisis yang bisa kita munculkan adalah, selain adanya kesempatan, pelaku juga mungkin merasa terdorong kebutuhan untuk melakukan aksinya. Kebutuhan untuk memiliki materi berlebih jelang hari raya. Ironis. Tetapi boleh jadi seperti itu adanya.
Nah, dalam kaitan dengan kejahatan perbankan ini, dalam versi lain, saya pernah beberapa kali mendapatkan pesan short message service (SMS) yang menginformasikan saya mendapatkan hadiah uang sekian puluh juta dalam sebuah program berhadiah. Mudah untuk mengetahui bahwa itu penipuan.
Pernah juga mendapatkan pesan dari WhatsApp maupun media sosial yang ingin meminjam duit dengan modus minta segera ditransfer nominal sekian juta karena ada kebutuhan mendesak. Bahkan, pelaku penipuan tersebut memakai akun seorang kawan dekat. Karena curiga, pesan itu saya tindaklanjuti dengan chat. Pada akhirnya, pelaku merasa modusnya ketahuan.
Saya terkadang heran, di era ketika banyak orang sudah paham modus penipuan seperti ini, tetapi mengapa masih marak dilakukan. Mungkin saja pelakunya berpikir "iseng-iseng berhadiah". Siapa tahu, dari 10 orang yang jadi target korban, ada satu yang bisa terperdaya.
Pernah punya pengalaman buruk di bilik ATM
Nah, dari sekian modus yang pernah saya temui, saya pernah punya pengalaman buruk dengan bilik ATM yang hingga kini masih menjadi 'misteri'. Kejadiannya sudah berlalu sekira dua dekade lalu. Saya kurang paham apakah saya kala itu menjadi korban dari tiga modus fraud rate yang kini tengah jadi perbincangan di masyarakat.
Seingat saya, modus awal yang dipakai sangat umum. Yakni menelpon ke ponsel saya sembari mengabarkan bahwa saya mendapatkan hadiah uang dengan keharusan men-transfer sejumlah uang. Awalnya saya tidak menanggapi. Saya cukup paham bila itu merupakan penipuan.
Namun, si pelaku ini rupanya mengeksploitasi sisi psikologis. Karena ditelpon berulang kali dan merasa aktivitas terganggu, saya jadi tidak enak dan akhirnya mulai kehilangan kekaleman. Saya lantas mencari ATM terdekat. Sempat terpikir untuk mengerjai, tetapi malah melakukan transfer melalui ATM. Jumlahnya tidak banyak. Saya hanya men-trasfer 100 ribu saja.
Saya waktu itu masih dalam kondisi sadar. Sadar bahwa saldo uang saya di ATM berkurang 100 ribu. Saya lantas diberi pesan si pelaku untuk meninggalkan bilik ATM dan tidak lagi melakukan aktivitas penarikan.
Meski saldo berkurang 100 Waktu itu, saya santai saja. Malah sempat berpikiran "nggak apa-apa, hitung-hitung amal 100 ribu" untuk menghibur diri. Saya sempat terpikir untuk mengambil semua uang di ATM, tetapi lantas saya batalkan.Â