Kiranya tepat bila menyebut Ramadan sebagai bulan waspada. Kita yang berpuasa, diingatkan untuk waspada agar jangan hanya berpuasa menahan lapar dan haus, tetapi juga mampu menekan amarah dan sifat buruk lainnya. Termasuk waspada agar tidak ketinggalan dalam mendapatkan kemuliaan dan keberkahan Ramadan. Jangan sampai, ketika Ramadan akan berakhir, kita baru sadar telah mengabaikannya. Â
Ramadan juga tepat dikatakan sebagai bulan waspada karena berdasarkan kejadian di tahun-tahun sebelumnya, pelaku kejahatan seperti mendapatkan kesempatan untuk melakukan aksinya.
Sebagai masyarakat, kita diingatkan untuk waspada ketika di jalan, saat sedang berbelanja, bahkan ketika berada di rumah. Sebab, pelaku kejahatan mungkin saja tengah mengintai kita.
Tindak kejahatan yang jamak terjadi ketika Ramadan adalah pencurian kendaraan bermotor yang terjadi saat salat tarawih hingga menjelang sahur. Sampean (Anda) yang berencana mudik juga patut mewaspadai modus pembiusan, yang menjadi salah satu kejahatan paling marak pada saat mudik lebaran.
Selain kejahatan model konvensional tersebut, kini muncul model kejahatan 'keluaran terbaru'. Namanya kejahatan perbankan. Sesuai dengan namanya, ranah kejahatan ini mengincar kita selaku nasabah.
Dikutip dari Bisnis.com, Bank Indonesia telah meminta agar perlindungan konsumen atau nasabah mendapatkan perhatian dari penyelenggara sistem pembayaran. selain itu, masyarakat juga diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaannya dalam bertransaksi non-tunai.
Mengikuti sejumlah tip-tip bertransaksi menggunakan kartu atau non tunai yang aman, menjadi cara ampuh untuk meningkatkan kewaspadaan saat bertransaksi non tunai. Pendek kata, kita diimbau untuk berhati-hati dalam pada berbagai bentuk aksi kejahatan yang bisa dilakukan dalam sistem pembayaran tersebut.
Ragam Modus Kejahatan Perbankan
Modus kejahatan perbankan ini ternyata bermacam-macam. Menurut Bank Indonesia, modus fraud rate yang biasa terjadi yakni berupa skimming, phishing, dan malware. Agar tidak sampai menjadi korban, kita tentunya perlu untuk mengenalinya satu persatu.
Skimming merupakan tindak pencurian data nasabah dengan menggunakan alat perekam data. Biasanya kejahatan ini terjadi di mesin anjungan tunai mandiri.
Sedangkan phishing ialah upaya pencurian informasi nasabah berupa user id, kata sandi (password), ataupun kartu kredit. Adapun malware merupakan perangkat lunak atau kode yang dipakai pelaku untuk melancarkan aksi kejahatan perbankan.
Lalu, mengapa kejahatan perbankan ini perlu diwaspadai selama Ramadan? Jawabannya mungkin tidak beda jauh dengan modus tindak kejahatan konvensional.Â
Sebagai orang awam, analisis yang bisa kita munculkan adalah, selain adanya kesempatan, pelaku juga mungkin merasa terdorong kebutuhan untuk melakukan aksinya. Kebutuhan untuk memiliki materi berlebih jelang hari raya. Ironis. Tetapi boleh jadi seperti itu adanya.
Nah, dalam kaitan dengan kejahatan perbankan ini, dalam versi lain, saya pernah beberapa kali mendapatkan pesan short message service (SMS) yang menginformasikan saya mendapatkan hadiah uang sekian puluh juta dalam sebuah program berhadiah. Mudah untuk mengetahui bahwa itu penipuan.
Pernah juga mendapatkan pesan dari WhatsApp maupun media sosial yang ingin meminjam duit dengan modus minta segera ditransfer nominal sekian juta karena ada kebutuhan mendesak. Bahkan, pelaku penipuan tersebut memakai akun seorang kawan dekat. Karena curiga, pesan itu saya tindaklanjuti dengan chat. Pada akhirnya, pelaku merasa modusnya ketahuan.
Saya terkadang heran, di era ketika banyak orang sudah paham modus penipuan seperti ini, tetapi mengapa masih marak dilakukan. Mungkin saja pelakunya berpikir "iseng-iseng berhadiah". Siapa tahu, dari 10 orang yang jadi target korban, ada satu yang bisa terperdaya.
Pernah punya pengalaman buruk di bilik ATM
Nah, dari sekian modus yang pernah saya temui, saya pernah punya pengalaman buruk dengan bilik ATM yang hingga kini masih menjadi 'misteri'. Kejadiannya sudah berlalu sekira dua dekade lalu. Saya kurang paham apakah saya kala itu menjadi korban dari tiga modus fraud rate yang kini tengah jadi perbincangan di masyarakat.
Seingat saya, modus awal yang dipakai sangat umum. Yakni menelpon ke ponsel saya sembari mengabarkan bahwa saya mendapatkan hadiah uang dengan keharusan men-transfer sejumlah uang. Awalnya saya tidak menanggapi. Saya cukup paham bila itu merupakan penipuan.
Namun, si pelaku ini rupanya mengeksploitasi sisi psikologis. Karena ditelpon berulang kali dan merasa aktivitas terganggu, saya jadi tidak enak dan akhirnya mulai kehilangan kekaleman. Saya lantas mencari ATM terdekat. Sempat terpikir untuk mengerjai, tetapi malah melakukan transfer melalui ATM. Jumlahnya tidak banyak. Saya hanya men-trasfer 100 ribu saja.
Saya waktu itu masih dalam kondisi sadar. Sadar bahwa saldo uang saya di ATM berkurang 100 ribu. Saya lantas diberi pesan si pelaku untuk meninggalkan bilik ATM dan tidak lagi melakukan aktivitas penarikan.
Meski saldo berkurang 100 Waktu itu, saya santai saja. Malah sempat berpikiran "nggak apa-apa, hitung-hitung amal 100 ribu" untuk menghibur diri. Saya sempat terpikir untuk mengambil semua uang di ATM, tetapi lantas saya batalkan.Â
Nah, selesai dari ATM, saya kembali beraktivitas. Namun, karena masih terpikir kejadian di ATM sebelumnya, sekira satu jam kemudian, saya lantas kembali ke ATM. Dan, betapa terkejutnya saya ketika mengecek saldo, hanya tersisa 250 rupiah saja. Seingat saya, sekitar 2 atau 4 juta lenyap.
Saya langsung terkejut luar biasa. Meski juga tidak habis pikir. Entah bagaimana caranya saldo bisa terkuras habis. Padahal saya awalnya hanya men-transfer 100 ribu. Pun, ketika keluar dari ATM di kejadian pertama, saya melihat tidak ada orang lain di luar bilik ATM. Tetapi yang jelas, urusan seperti ini tidak bisa dibuat main-main. Mungkin niatnya sepele, tetapi imbasnya bisa tidak terduga.
Saya kurang paham, apakah tindak kejahatan yang terjadi pada saya beberapa tahun lalu tersebut masuk dalam fraud rate jenis skimming, pishing ataupun malware atau malah tidak termasuk. Yang jelas, saya pernah memiliki pengalaman buruk di bilik ATM. Dan itu membuat saya menjadi lebih waspada ketika berurusan dengan transaksi non tunai. Jadi, waspadalah mulai sekarang. Jangan sampai menjadi korban baru. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H