Di tahun 2009, Debby meraih gelar pertamanya di level senior saat bermain di Vietnam International Challenge bersama Pia Zebadiah. Itu satu-satunya gelar di nomor ganda putri di level senior. Sebab, di tahun berikutnya, dia dimainkan di ganda campuran.
Pasangan pertama Debby adalah Muhammad Rijal. Bersama pebulu tangkis yang juga asal klub PB Djarum tersebut, Debby tampil lima kali di final turnamen BWF Grand Prix dengan satu raihan gelar di Taiwan Open 2013.Â
Mereka juga meraih medali perunggu SEA Games 2011 dan dua tahun kemudian meraih medali emas SEA Games 2013 di Myanmar. Medali emas SEA Games 2013 itu sekaligus menjadi 'hadiah' terakhir bagi pasangan ini. Rijal kemudian memutuskan mundur dari Pelatnas PBSI.
Di tahun 2014, Debby yang kala itu berusia 25 tahun, lantas dipasangkan dengan pemain muda, Praveen Jordan yang baru berusia 20 tahun. Bersama Praveen-lah, Debby dikenal sebagai salah satu ganda campuran top dunia. Indonesia punya dua pasangan ganda campuran kelas dunia selain Tontowi/Liliyana yang lebih dulu menjadi juara dunia 2013.
Pasangan Debby/Praveen langsung melejit. Mereka meraih medali perunggu Asian Games 2014 setelah kalah di semifinal dari ganda top Tiongkok, Zhan Nang/Zhao Yunlei yang merupakan juara dunia 2011, 2014 dan peraih medali emas Olimpiade 2012. Setahun berikutnya, mereka meraih medali emas di SEA Games 2015 dengan mengalahkan ganda top Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
Sepanjang tampil di turnamen BWF, mereka mampu enam kali tampil di final BWF Grand Prix dengan satu gelar di Syed Modi International pada 2016. Juga lima kali tampil di final BWF Superseries (level tertinggi). Gelar Korea Open 2017 lewat kemenangan atas ganda papan atas Tiongkok, Wang Yilyu/Huang Dongping.
Namun, gelar paling prestisius yang bisa mereka raih adalah All England 2016. Di final turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu, Praveen/Debby mengalahkan ganda Denmark, Joacim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
Ah, mengulas pencapaian masa lalu Debby malah memunculkan penasaran. Ya, kita pastinya penasaran, kapan lagi Indonesia memiliki pebulu tangkis putri berkelas seperti Debby.
Apalagi, setelah Debby, salah satu ikon bulu tangkis Indonesia, Liliyana Natsir juga akan memutuskan gantung raket. Turnamen Indonesia Masters 2019 akan menjadi kejuaraan terakhir bagi pebulu tangkis putri Indonesia yang paling kaya gelar juara ini bermain bersama Tontowi Ahmad.
Ditinggal Debby dan Liliyana, PBSI tentunya pekerjaan rumah yang tidak mudah. Mereka harus segera menemukan bibit baru dan memoles pasangan yang sudah ada. Terlebih, Tiongkok kini tengah mendominasi lewat dua pasangan top, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang Yilyu/Huang Dongping.
Melihat dua ganda campuran top Tiongkok tersebut, kita seolah dibawa kembali ke masa lalu. Ke masa ketika di awal 2010-an dulu, Tiongkok juga punya dua pasangan ganda campuran top, Zhang Nan/Zhao Yunlei dan Xu Chen/Ma Jin. Bedanya, kala itu kita punya Tontowi/Liliyana dan Praveen/Debby yang bisa mengimbangi bahkan mengalahkan mereka.