"Saya sudah coba tapi feeling nya tidak pas di lapangan. Permainan tidak berjalan seperti rencana saya. Kondisi lapangan dan shuttlecock juga beda dengan pertemuan kami terakhir di Indonesia Masters 2018," lanjut Ginting.
Apapun itu, itulah dinamika pertandingan. Bahwa, siapa yang paling siap tampil di lapangan, siapa yang paling siap menghadapi kemungkinan apapun semisal shuttlecok yang rada berat ataupun melawan 'angin' yang nakal menyusup ke lapangan selama pertandingan, dialah yang menang. Dan kali ini, Wangcharoen-lah yang lebih siap.
Terpenting, Ginting harus mengambil pelajaran dari kegagalannya di Denmark dan Prancis untuk tampil lebih baik di turnamen berikutnya. Jadwal berikutnya, dia akan tampil di Fuzhou CHina Open 2018. Turnamen BWF level Super 750 ini akan digelar pada 6-11 November mendatang. Â
Ya, bila memang di tur Eropa kali ini, Ginting tengah berada di titik terbawah 'lintasan rollercoster' yang dinaikinya, dia wajib bertekad untuk kembali bangkit. Saatnya menggerakkan rollercoaster kembali naik berada di titik atas. Karena, bukan rollercoster namanya bila terus-terusan di bawah. Itu namanya rollercoster macet ataupun rusak. Ayo bangkit Ginting !
Seperti halnya Ronan Keating yang berdendang:
"Life is Rollercoaster just gotta ride it
I need you, so stop hiding"
Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H