Sampai akhirnya, saya memutuskan menjadi "manusia merdeka" sejak akhir tahun lalu sehingga kini bisa leluasa mengatur waktu untuk mengantar anak ke sekolah.
Lalu, apa hal romantis dalam mengantar anak ke sekolah? Bagi saya, ada dua hal paling romantis yang terjadi antara seorang ayah dan anaknya kala mengantar mereka ke sekolah.
Pertama, seperti kata grup band Padi di salah satu lagu terkenalnya, bahwa "cinta itu tak hanya diam". Begitupula kami.
Selama perjalanan menuju sekolahnya, ada saja obrolan berkualitas di antara kami. Kadang saya bertanya, tapi lebih sering diwawancara.
Seperti kapan hari dia mewawancara tentang masa kecil saya, hingga rasa penasarannya soal UFO.
Lain hari dia nanya perihal kisah sahabat-sahabat Rasulullah yang diakhiri permintaan untuk membeli buku-bukunya.
Dan tadi pagi dia sibuk bertanya, "Dulu pas kakak kecil, kenapa ayah selalu pulang malam?", merujuk pengalaman semasa bekerja di "pabrik koran" yang memang saban hari pulang larut malam sehingga sangat jarang memiliki waktu malam bersamanya.
Di lain waktu, dia sibuk dengan hafalan-hafalan surat pendeknya. Melafalkan hafalannya di atas motor yang melaju. Terkadang kami duet. Terkadang saya menjadi pendengar sekaligus 'juri' nya. Hingga tak terasa motor kami sudah sampai di sekolahnya.
Dan hal romantis kedua, setiba di sekolahnya, saya tidak langsung berangkat menuju kantor meski sudah ditunggu jam masuk kerja.
Selepas memarkir kendaraan, saya turun mengantarnya hingga ke depan pintu pagar sekolah. Setelah bersayangan, dia melambaikan tangan dan melangkah ke halaman sekolah. Selesai? Belum.
Saya terbiasa tidak segera beranjak, tetapi mematung melihatnya memasuki halaman sekolahnya. Dan, dua tiga langkah kemudian, dia menoleh sembari melambaikan tangan seraya berucap, "Kakak sayang ayah, hati-hati di jalan ya".