Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Romantisme Ayah dan Anak Menuju Sekolah

28 Agustus 2018   09:02 Diperbarui: 12 November 2018   14:26 6556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah sampeyan (Anda) seorang ayah yang rutin mengantar anak berangkat ke sekolah? Bila iya, saya harus mengucapkan selamat.

Selamat karena sampean telah merasakan salah satu momen paling romantis dalam hidup.

Sejak pertengahan tahun 2017 lalu, ketika anak saya menjadi murid sekolah dasar, saya mulai menambahkan agenda mengantar anak ke sekolah di daftar aktivitas harian. Menyenangkan. Meski juga terkadang mendebarkan.

Waktu itu, saya masih merupakan karyawan kantoran yang sebelum pukul 07.30 WIB sudah harus tiba atau absen kehadiran di kantor.

Dengan jarak tempuh Sidoarjo-Surabaya yang butuh waktu sekitar 1 jam-an, dengan jalanan yang di pagi hari penuh sesak oleh pengguna jalan, yang mungkin juga memiliki kewajiban seperti saya dan dengan bocah yang tidak setiap hari bisa tertib berangkat jam 06.00 WIB.

Agenda rutin itu memang terkadang sukses membuat saya berdebar. Sebab, aturan di kantor dulu, bila absen telat 1 menit saja, konsekuensinya adalah potong gaji.

Apalagi bila telatnya di atas 15 menit, besaran potong gajinya akan lebih besar. Apalagi bila terlambatnya setiap hari.

Dengan asumsi tiba di sekolah sekitar pukul 06.30 WIB atau lebih, cerita berikutnya adalah berjuang di jalan menuju ke kantor. Meski, saya lebih sering tidak terlambat. Kalau pun terlambat, ya sudah.

Toh, urusan potong gaji itu hanyalah urusan angka, yang bisa digantikan dengan angka-angka dari sumber lainnya.

Ada yang jauh lebih penting dari itu: Bagaimana memastikan si buah hati sampai di sekolahnya dengan senang dan siap menghadapi harinya.

Jangan mengorbankan romantisme mengantar anak ke sekolah hanya karena kekhawatiran potong gaji itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun