Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Lebaran Monyet" dan Peluang Wakil Afrika di Piala Dunia 2018

21 Juni 2018   07:21 Diperbarui: 21 Juni 2018   07:56 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain-pemain Senegal, membawa nama Afrika di Piala Dunia 2018/Foto: fourfourtwo.com.au

Sadio Mane, kapten Senegal yang bermain di Liverpool/Foto: Twitter Mercado_Ingles
Sadio Mane, kapten Senegal yang bermain di Liverpool/Foto: Twitter Mercado_Ingles
Selain kapten tim Sadio Mane yang bermain di Liverpool, Idrissa Gueye yang mengawali gol pertama kemenangan Senegal atas Polandia, bermain di Everton. Sang pencetak gol kedua, Mbaye Niang juga main di Serie A Italia bersama Torino setelah cukup lama bermain di AC Milan. Lalu center back, Kalidou Koulibaly, bermain di klub runner-up Liga Italia musim 2017/18, Napoli. Kiper Senegal, Khadim Ndiaye juga bermain di Liga Swedia.

Dengan banyaknya pemain yang terbiasa bermain di liga top Eropa, Senegal punya keunggulan dalam hal mental tanding. Sadio Mane dan kawan-kawan sudah terbiasa menghadapi pemain-pemain top sehingga tidak tampil kikuk. Wajar saja bila bomber Polandia, Robert Lewandowski tak berkutik ketika menghadapi Senegal karena pergerakannya terus diawasi oleh Koulibaly yang terbiasa menghadapi penyerang-penyerang top. 

Tidak sekadar kejutan, tetapi konsistensi

Namun, ini adalah Piala Dunia. Bila ingin melangkah jauh, apalagi bisa menjadi juara dunia, membuat kejutan di satu pertandingan saja tidaklah cukup. Sepanjang sejarah Piala Dunia, ada banyak tim yang berhasil membuat kejutan di awal-awal turnamen, tetapi kemudian terhenti. Mengapa? Karena mereka hanya 'meledak' di satu laga.

Aliou Cisse pastinya memahami itu. Bahwa yang terpenting di Piala Dunia bukan hanya kejutan yang berlangsung sekali. Namun, kejutan yang berkali-kali. Pendek kata, kalaulah kemenangan Senegal dianggap sebuah kejutan, mereka wajib konsisten untuk terus membuat kejutan.

Pelatih Senegal, Aliou Cisse, ingin menang di pertandingan berikutnya/Foto: RealSport
Pelatih Senegal, Aliou Cisse, ingin menang di pertandingan berikutnya/Foto: RealSport
Karenanya, setelah mengalahkan Polandia, Senegal harus kembali tampil oke saat menghadapi Jepang di laga kedua Grup H, Minggu (24/6). Dengan sama-sama menang di laga pertama, pemenang laga ini akan lolos ke babak 16 besar. Artinya, pertandingan ini bakal seru dan sayang dilewatkan. Jadi, jangan lupa siapkan camilan terbaik untuk teman nonton. Ya, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

"Memenangi pertandingan pertama berarti kami mengawali turnamen dengan benar. Namun, pertandingan kedua dan ketiga juga penting," ujar Cisse.

Ya, bila ingin mengulang "cerita dongeng" seperti di Piala Dunia 2002 atau bahkan lebih hebat lagi, konsistensi adalah syarat utama bagi Senegal. Sebab, di Piala Dunia yang setiap pertandingannya sarat makna, bila sekali saja mengalami bad day alias tampil buruk, hukuman bisa datang tanpa diduga.

Tanpa konsistensi untuk terus bermain rapi, kalem (tidak gampang emosional), spirit tinggi dan bermain mematikan demi meraih kemenangan, rasanya mimpi Senegal dan tim-tim Afrika untuk meraih trofi Piala Dunia, dari zamannya Roger Milla hingga Sadio Mane, rasanya hanya menjadi seperti ungkapan 'ntar lebaran monyet' yang tidak pernah kesampaian. Salam   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun