Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar "Ilmu Branding" dari Gabriel Jesus

7 Februari 2017   13:18 Diperbarui: 8 Februari 2017   09:22 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gabriel Jesus (kiri) bersama Neymar ketika meraih emas sepak bola Olimpiade/Daily Mail

Problem keseimbangan tim utamanya dalam menghadapi perubahan mendadak dari situasi menyerang ke bertahan inilah yang acapkali menjadi kelemahan City. Itupula yang menjadi penyebab hancur lebur nya City kala menghadapi Everton yang piawai mengandalkan serangan balik. Dan Pep menyadari itu. Karenanya, dia merasa menemukan “sambungan rantai yang hilang” kala melihat Gabriel Jesus bermain.

Jadi, lebih bagus mana, Gabriel Jesus atau Sergio Aguero?

Perihal pengalaman dan kualitas, tidak ada yang meragukan Aguero yang pernah jadi top skor Premier League 2014/15 dan membawa City juara Premie League dua kali. Dalam hal ini, Gabriel Jesus memang kalah dari seniornya itu.

Namun, bukankah pengalaman bisa dikejar seiring berjalannya waktu. Bukankah kualitas bisa raih dengan terus belajar mengoptimalkan potensi dan belajar dari kesalahan. Yang terpenting sejatinya adalah adanya semangat besar untuk mau bekerja keras. Semangat untuk mau belajar. Juga attitude yang benar. Dan semangat mau belajar juga perilaku yang bagus itulah yang ditunjukkan Gabriel Jesus. 

Bagaimana jadinya bila Gabriel Jesus yang punya potensi bagus itu ternyata tidak punya perilaku bagus atau sekadar jadi ‘pemain salon’ di lapangan yang malas berlari dan enggan membantu tim kala bertahan? Rasanya akan sulit membuatnya untuk sekadar main sebagai starter.

Gabriel Jesus (kiri) bersama Neymar ketika meraih emas sepak bola Olimpiade/Daily Mail
Gabriel Jesus (kiri) bersama Neymar ketika meraih emas sepak bola Olimpiade/Daily Mail
Gabriel Jesus mampu mem-branding dirinya sendiri sebagai anak muda yang mau belajar, mau bekerja keras demi menutupi minimnya pengalaman. Branding diri sebagai anak muda yang tidak hanya mengandalkan bakat besar tapi juga mau berlatih dan bekerja keras, serta belajar dari senior nya. Dia mengaku belajar banyak dari senior senegara nya di Manchester City, Fernandinho.  Branding seperti itupula yang dia perlihatkan di Timnas Brasil. Di usianya yang masih 19 tahun, dia sudah masuk Timnas senior. Bahkan, dia sudah bikin empat gol dari enam laga. Dia juga menjadi bagian dari sukses Brasil meraih emas Olimpiade tahun lalu. 

Branding diri itulah yang dilihat oleh banyak orang. Karena memang, orang lain akan punya penilaian terhadap diri kita dari branding diri yang kita tampilkan. Ya, kita bisa belajar dari cara Gabriel Jesus membranding dirinya. Bahwa, kalah pengalaman bukanlah akhir cerita menuju sukses. Karena, kualitas dan pengalaman bisa dikejar, tetapi kebiasaan mau bekerja keras itu yang tidak dimiliki setiap orang. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun