Membangun manusia untuk menjadi generasi unggul itulah yang saya lihat telah dilakukan dengan baik di Surabaya. Di Surabaya, pemerintah kota nya tak hanya membangun taman-taman kota ataupun jalan-jalan dan pedestrian baru. Sejak dua tahun lalu, menghadapi era masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Pemerintah Kota Surabaya memberikan banyak akses agar warga usia produktif, “siap tarung” di era MEA. Agar warga Surabaya bisa menjadi tuan dan nyonya di kotanya. Bukan menjadi babu.
Akses tersebut dirupakan dalam bentuk membangun Rumah Bahasa yang memberikan kemudahan bagi warga untuk belajar bahasa asing secara gratis. Pemkot bekerja sama dengan pihak swasta juga membangun Broadband Learning Center di beberapa taman kota dan taman baca. Tujuannya, aak-anak muda dan ibu-ibu muda bisa melek internet. Selain dimanfaatkan anak-anak untuk mencari bahan tugas sekolah, ibu-ibu juga memaksimalkan keberadaan fasilitas tersebut untuk berjualan produk Usaha Kecil Menengah (UKM) secara online.
Pemerintah kota juga mendukung terselenggaranya acara untuk anak muda. Tahun 2014 lalu, ada event Surabaya Youth Carnival (SYC). Event kepemudaan independen ini mengusung tema industri kreatif dengan membawa lima elemen industri kreatif, yakni musik, kuliner, crafting, design dan film. Melalui SYC 2014, ada banyak anak muda diharapkan terinspirasi untuk menjadi penggiat industri kreatif.
Tahun 2015 lalu, Pemkot Surabaya juga memberikan kemudahan anak-anak muda untuk berkembang melalui program Start Surabaya. Ada banyak pakar berpengalaman di bidang industri kreatif yang didatangkan untuk “menjadi guru” bagi anak-anak muda di Surabaya. Harapannya, anak-anak muda itu tidak hanya berorietasi untuk mencari pekerjaan dengan gaji tinggi. Tetapi bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan dengan skill yang mereka miliki. Anak muda Surabaya diajak berpikir tidak hanya kreatif, tetapi sekaligus memberi manfaat bagi sesama.
Semoga bonus demografi bener-benar akan menjadi berkah. Ketika penduduk usia produktif menjadi generasi unggul yang memiliki kualitas dan kompetensi serta menjadi manusia seutuhnya. Tentunya itu hanya akan terjadi dengan keterlibatan dari semua pihak. Mulai dari keluarga, pihak pendidik dan juga pemerintah. Seperti kisah Sniff dan Scurry di Who Moved My Cheese?. Salam.
Twitter: https://twitter.com/HadiSantoso08
Facebook: https://www.facebook.com/hadi.santoso8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H