Jawaban itu seperti menjadi “tamparan” bagi kita--para ayah--yang karena terlalu sibuk bekerja, acapkali melupakan perhatian pada anak. Jangankan mau mengantar anak ke sekolah, mengajak ngobrol anak ketika malam selepas kerja pun amat jarang. Padahal, kesibukan Pak Pichung jelas lebih padat dari orang tua kebanyakan. Selain menjadi direktur rumah sakit, dia juga presiden direktur sebuah brand otomotif ternama. Karenanya, setiap ayah bisa “bercermin” kepadanya perihal kemauan untuk mengantar anak ke sekolah, juga kedekatannya dengan dua anaknya.
Mungkin teramat susah untuk bisa seperti Pak Pichung yang rutin mengantar anaknya ke sekolah. Tetapi, minimal kita ada kemauan mengantar anak ke sekolah ketika memang punya kesempatan melakukannya. Memotivasi para orang tua agar punya kemauan menemani anak nya ke sekolah, itu yang tengah didorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui gerakan mengantar anak di hari pertama sekolah.
==
Pekan lalu, gerakan mengantar anak di hari pertama sekolah itu jadi fenomena luar biasa. Jadi perbincangan di mana-mana. Di dunia nyata, juga dunia maya. Hastagh #HariPertamaSekolah bahkan jadi trending topic nasional. Ada banyak orang tua yang antusias untuk ikut menjadi bagian dari gerakan mulia ini. Anda mungkin salah satunya.
Dan, gerakan mengantar anak di hari pertama sekolah, sudah berlalu pekan lalu. Pertanyaannya, apakah gerakan itu hanya sekadar lalu dan tinggal kenangannya saja? Bahwa kita berbangga pernah berpartisipasi dalam sebuah gerakan hebat: mengantar anak di hari pertama sekolah---yang boleh jadi itu untuk kali pertama selama menjadi ayah/orang tua. Ataukah ada pesan penting yang telah kita rasakan ketika mengantar anak di hari pertama sekolah dan masih membekas hingga sekarang.
Pesan Tersirat Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah
Sejatinya, yang terpenting bukanlah euforianya. Hal terpenting adalah tentang menangkap pesan penting yang tersirat dari gerakan ini. Sebab, bila kita tidak mampu menangkap pesan penting itu, kita hanya akan menganggap gerakan tersebut tidak ada maknanya. Sekadar seremoni belaka.
Saya juga pernah membaca tulisan yang menyoroti gerakan mengantar anak di hari pertama sekolah ini dari angle kemandirian anak. Tulisan itu menyoal anak era dulu yang disebut lebih mandiri karena berangkat sekolah sendiri, tanpa diantar orang tuanya.
Bagi saya, gerakan ini bukan hanya tentang kemandirian anak. Karena, kemandirian anak tak hanya terbentuk dari berangkat ke sekolah sendiri atau diantar. Tapi, ada urusan lebih penting daripada sekadar mengomparasi kemandirian anak dari sudut pandang itu.