Mohon tunggu...
Hari Dermanto
Hari Dermanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Pecinta Buku, penabuh ide, pejalan kaki, penyuka bela diri, pembaca puisi, menikmati hujan

memiliki cita-cita menjadi pengacara rakyat, punya kantor yang dapat memberi akses bantuan hukum secara cuma-cuma

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjebak

21 Desember 2021   15:05 Diperbarui: 21 Desember 2021   15:17 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"alhamdulillah, barang itu laku"jawab Derma, "barang tidak laku, masalah yang datang", "gimana bisa?"

"orang yang menawarkan barang itu, ngomong ke aku, begini.. begini..., hmm yang menawarkan barang itu ke orang lain namanya Sigit, dan Sigit sudah menawarkan motor keren itu ke Radit, setelah Radit melihat barang dan setuju, dia akan transfer uang ke Sigit, Setelah itu Sigit akan transfer ke aku, lalu barang kuserahkan ke Radit" terang Wahyudin

"kamu dengan Sigit sudah saling kenal, kenapa tidak langsung saja Radit bayar ke kamu?"tanya Derma yang masih penasaran, sudah ada dugaan permasalahan di kepalanya, tapi biar Wahyu menjelaskan.

"Aku belum pernah ketemu dengan Sigit Bung, kenal via telepon, karena iklan yang kupasang itu pang, nah Radit bayar ke Sigit, karena Sigit beujar, kalo Radit tidak bisa bayar tunai seharga yang aku jual, dia bayar ke Sigit, nanti Sigit bayar seluruh harga barang, sisanya Radit akan membayar secara angsur ke Sigit", "Sigit dan Radit saling kenal gak?", "tidak bung, saat Radit mau bayar, dia sempat nanya aku ini siapanya Sigit, jadi karena Sigit meminta bilang aku saudaranya, jadi aku jawab, aku ini keluarganya"

 "Jiahhhhhhhhh mati belanda" respon Derma dengan logat kebanjar-banjaran, logat banjar yang berusaha dengan keras dia samarkan dengan bahasa formal, meledak juga karena cerita Wahyudin, pun dengan Wahyudin, upaya dia terkesan pinter terpelajar karena pergaulan dengan para Advokat kada bisa ditutupinya, banjar tetap banjir ding ay. Respon Derma membuat Wahyudin makin panik, meski dia berusaha keras menutupi dengan senyum. 

"Setelah Radit transfer ke Sigit, setelah melihat motor dan suka dengan motor itu, kutunggu kabar dari sgiti tapi tak juga ada, ku wa kontaknya tidak juga dibalas, cuma centang satu, setelah beberapa lama, baru aku sadar, aku sudah kena tipu, jadi aku ajaklah Radit ke polisi buat laporan", "Kapan?, "Sore kemaren" "Sudah adalah Laporan Polisinya", "Belum di proses, polisi minta rekening koran, jadi ditunda sampai lengkap dulu, sempat bekesah sama polisi, aku ditanya, apakah mengenal Sigit atau tidak, kujawab tidak, kata polisi aku salah, belum pernah kenal Sigit kemudian ngaku saudara, pulang dari kantor polisi, menggigil badanku, kuajaklah Radit bekesah, kuajak Damai, dengan uang yang aku punya, tapi katanya gak mau dengan angka penawaranku itu, dia mau fikir-fikir dulu" Raut wajah Wahyudin tertunduk, dengan senyum getir, terpapar ketakutan di wajahnya, yang coba dia pertahankan dengan senyum. 

Derma terdiam sejenak, fikirannya mengembara, matanya tajam menatap lurus, dalam fikirannya cerita-cerita itu seperti kepengan-kepingan yang coba disusun. Sesekali dia nampak manggut-manggut sendiri "aku punya gambaran, tentang apa yang kamu hadapi, tapi sepertinya Uman  harus kita hadirkan, biar kita dapat pandangan yang objektif, aku khwatir melibatkan emosional keberpihakan pada kamu, yang ujungnya kesimpulan yang kamu sukai, malah akan membuatmu terjebak dalam masalah hukum" ujar Darma, Wahyu tidak bisa membantah, karena diposisinya yang dibayang-bayangi ketakutan sulit baginya mengelak dari saran mereka yang mau membantunya. 

---------

"Asalammualaikum, gila lu bro, urusan begini jangan saat ada masalah" U-Man, menghambur dalam kantor, Derma memberitahu kejadian yang dihadapi Wahyudin, tanpa fikir panjang, dia bergegas bergabung dengan Derma dan Wahyudin, sembari meletakan jaket gembel adalannya itu pada punggung kursi meja kerja-meeting. "takut merepotkan, makanya aku ngobrol sama Derma dulu, kan kalo dia yang hubungi rencana malam minggupun bisa kamu batalkan" jawab wahyu, sembari mengambil posisi duduk berhadapan U-Man dan Derma, mereka mengitari meja kerja-meeting kantor. 

sebagaimana kebiasaan dua Advokat kantor Hukum D&M, U-Man langsung menyibukkan diri membuka laptop dan menyiapkan bahan gelar, sedangkan Derma, berdiri mencari spidol untuk langsung mengeksplor persoalan Wahyu. Pola diskusi mind mapping dalam gelar perkara di kantor D&M sering dilakukan untuk menemukan permasalahan hukum klien, tidak jarang mereka melibatkan klien dalam diskusi perkara di kantor mereka, hal tersebut karena mereka berpegang pada prinsip "Libatkan Klien dalam Perjuangan Hukumnya" tujuanya, agar klien juga memahami permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam semua pilihan hukum yang ditempuh, termasuk menyadari biaya yang harus dikeluarkan, keterbukaan hubungan klien dan advokat dan memahami pentingnya peran advokat dalam memperjuangkan kepentingan hukumnya. 

"ini prinsip penting Yu, semua yang kamu sampaikan sudah benar, atau masih ada yang kamu tutupi dari kami, meski kamu belum jadi klien, apapun itu akan kami jaga kerahasiaanya" tegas U-Man kepada Wahyu, "dalam banyak kasus, klien menyimpan rahasia dari advokatnya, justru terbuka disidang saat dicecar pihak lain, sehingga pembela tidak sempat merumuskan kerangka pembelaan yang tepat" kembali U-Man menegaskan dan menjelaskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun