Otokol merupakan angkutan umum berupa truk yang belakangnya di tutupi terpal agar penumpang tidak kehujanan maupun kepanasan. Biasanya otokol bisa memuat orang, belanjaan dari kota, babi, ayam maupun hasil pertanian.
Perjalanan darat sampai desa katundu kurang lebih 4 sampai 5 jam dengan sepeda motor dan jika menggunakan otokol bisa 10 sampai 12 jam. Kemudian, sepeda motor kami dititipkan di rumah kepada desa Katundu.
Biaya untuk satu kali trip dari desa katundu ke pulau Salura, kami harus membayar sewa 250 ribu sampai 300 ribu. Ganasnya ombak samudera Hindia membuat saya takut, karena pertama kali mengarungi samudera paling selatan wilayah Indonesia.      Â
Tepat pukul 17.00 WIT kami tiba di pulau Salura. Pulau paling ujung selatan Indonesia ini sangatlah damai meski penduduknya heterogen.
Terdapat beberapa suku di pulau Salura yaitu suku Jawa, Bajo, Sumba, Lombok, Bugis dan lainnya. Di pulau ini terdapat 2 masjid. Tidak ada sinyal maupun jaringan internet, sehingga komunikasi di pulau ini terbilang sangat sulit. Jika ingi komunikasi kita harus ke bibir pantai dan itupun sifatnya GSM (Geser sedikit mati).
Namun, dengan keterbatasan tersebut, para siswa SD maupun SMP sangatlah antusias dan semangat dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa siswi di pulau Salura sangat baik dalam menerima pelajaran dan sopan santun maupun tenggang rasa masih terjaga terhadap guru.
Namun, kendala siswa disini adalah kurangnya peduli dan perhatian dari orang tua mereka. Terkadang di jumpai siswa yang tidak masuk kerja karena harus bantu orang tua mencari cumi -- cumi. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk mayoritas pulau Salura berprofesi sebagai nelayan.Â