Dengan bertemu dengan Presiden serta ketua umum Golkar, banyak pesan yang sejatinya disampaikan oleh SP. Yang pertama tentunya menunjukkan kepada publik bahwa hubungannya dengan Presiden adalah baik baik saja. Ini tentunya untuk meredam isu liar terutama tentang reshuffle kabinet. Â Untuk saat ini nampaknya SP dan Nasdem boleh berlega hati karena hari Rabu Pon, hari dimana Presiden sering mangambil keputusan penting, termasuk dalam hal ini pergantian kabinet, Â sudah lewat.
Pesan berikutnya adalah terkait koalisi yang di bangun dengan Demokrat dan PKS. SP ingin mengatakan cepat selesaikan dan sepakati, kalau memang pada akhirnya buntu. Ya Nasdem bisa balik kanan lagi. Kalau Nasdem balik kanan lagi jelas PKS dan Demokrat yang dirugikan karena mereka bisa – bisa tidak akan ikut dalam bursa pemilihan Presiden. Dalam hal ini Demokrat dan PKSlah yang paling butuh Nasdem. Karena mencari partai yang sealiran dengan mereka berdua tidak gampang. Terlebih partai partai lain sudah juga menjajaki koalisi. Tidak mungkin juga yang belakangan bergabung malah lebih mendominasi.
Hal ini tidak berlaku untuk Nasdem, karena bagaimanapun SP dan Nasdem hubungannya jauh lebih lama dan dalam dengan partai koalisi pemerintah. Apalagi dengan Golkar. SP sebelum mendirikan Nasdem adalah mantan kader Golkar. Maka tidak heran partai besar yang dikunjungi adalah Golkar. SP tau bahwa ada Luhut dibelakang Golkar. Jadi seperi yang SP katakan, semua pilihan masih terbuka. Termasuk juga bergabung dengan KIB ( Koalisi Indonesia Bersatu) yang digawangi oleh Golkar, PPP dan PAN.
Sekarang bola sebenarnya bukan berada di Presiden maupun SP tapi ada di Partai Demokrat dan PKS. Kedua partai ini harus bisa menyakinkan SP bahwa bergabung dengan mereka adalah pilihan terbaik untuk kedepannya. Dua partai ini pun saat ini tidak bisa memaksakan kehendak lagi terkait siapa yang akan menjadi cawapres.
Disinilah letak kehebatan SP sebenarnya. Walaupun Nasdem bukan parta besar, namun kehadirannya sangat dibutuhkan oleh dua partai itu. Apalagi dengan yang pertama mendeklarasikan Anies, tapa kehadiran dua partai tersebut. Nasdem selangkah lebih maju dari dua partai calon kaolisinya.
Pertemuan dengan Luhut bisa juga sebagai awal mula Nasdem untuk balik kanan. Akan menjadi lebih seru kalau pada akhirnya Nasdem bertemu dengan PDI P. hal ini tentunya membuat peta politik di Indonesia akan semakin menarik.
Segala hal diatas sepertinya menegaskan ucapan politisi Partai Gelora, Fahri Hamzah bahwa tiket palsu Pilpres 2024, sebelum masa pendaftaran capres pada 7 September 2023 benar adanya.
salam poliTIKUS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H