Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Manuver Surya Paloh, antara Koalisi Perubahan dan Tiket Palsu 2024

4 Februari 2023   00:53 Diperbarui: 4 Februari 2023   01:04 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dengan bertemu dengan Presiden serta ketua umum Golkar, banyak pesan yang sejatinya disampaikan oleh SP. Yang pertama tentunya menunjukkan kepada publik bahwa hubungannya dengan Presiden adalah baik baik saja. Ini tentunya untuk meredam isu liar terutama tentang reshuffle kabinet.  Untuk saat ini nampaknya SP dan Nasdem boleh berlega hati karena hari Rabu Pon, hari dimana Presiden sering mangambil keputusan penting, termasuk dalam hal ini pergantian kabinet,  sudah lewat.

Pesan berikutnya adalah terkait koalisi yang di bangun dengan Demokrat dan PKS. SP ingin mengatakan cepat selesaikan dan sepakati, kalau memang pada akhirnya buntu. Ya Nasdem bisa balik kanan lagi. Kalau Nasdem balik kanan lagi jelas PKS dan Demokrat yang dirugikan karena mereka bisa – bisa tidak akan ikut dalam bursa pemilihan Presiden. Dalam hal ini Demokrat dan PKSlah yang paling butuh Nasdem. Karena mencari partai yang sealiran dengan mereka berdua tidak gampang. Terlebih partai partai lain sudah juga menjajaki koalisi. Tidak mungkin juga yang belakangan bergabung malah lebih mendominasi.

Hal ini tidak berlaku untuk Nasdem, karena bagaimanapun SP dan Nasdem hubungannya jauh lebih lama dan dalam dengan partai koalisi pemerintah. Apalagi dengan Golkar. SP sebelum mendirikan Nasdem adalah mantan kader Golkar. Maka tidak heran partai besar yang dikunjungi adalah Golkar. SP tau bahwa ada Luhut dibelakang Golkar. Jadi seperi yang SP katakan, semua pilihan masih terbuka. Termasuk juga bergabung dengan KIB ( Koalisi Indonesia Bersatu) yang digawangi oleh Golkar, PPP dan PAN.

Sekarang bola sebenarnya bukan berada di Presiden maupun SP tapi ada di Partai Demokrat dan PKS. Kedua partai ini harus bisa menyakinkan SP bahwa bergabung dengan mereka adalah pilihan terbaik untuk kedepannya. Dua partai ini pun saat ini tidak bisa memaksakan kehendak lagi terkait siapa yang akan menjadi cawapres.

Disinilah letak kehebatan SP sebenarnya. Walaupun Nasdem bukan parta besar, namun kehadirannya sangat dibutuhkan oleh dua partai itu. Apalagi dengan yang pertama mendeklarasikan Anies, tapa kehadiran dua partai tersebut. Nasdem selangkah lebih maju dari dua partai calon kaolisinya.

Pertemuan dengan Luhut bisa juga sebagai awal mula Nasdem untuk balik kanan. Akan menjadi lebih seru kalau pada akhirnya Nasdem bertemu dengan PDI P. hal ini tentunya membuat peta politik di Indonesia akan semakin menarik.

Segala hal diatas sepertinya menegaskan ucapan politisi Partai Gelora, Fahri Hamzah bahwa tiket palsu Pilpres 2024, sebelum masa pendaftaran capres pada 7 September 2023 benar adanya.

salam poliTIKUS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun