Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Benang Kusut Anarkisme Suporter di Indonesia

27 September 2018   15:48 Diperbarui: 1 Oktober 2018   13:31 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk solusi sampai saat ini memang belum ada formula yang pas untuk menanggulangi anarkisme supporter, karena siapa yang bisa tau isi hati dan otak dari ribuan orang yang datang. Yang bisa dilakukan adalah meminimalisir dan mempersempit ruang gerak mereka berbuat anarki.

Penghentian liga selama dua pekan oleh pemerintah, mungkin baik untuk sekedar menurunkan tensi panas yang terjadi, tetapi jelas tidak menyelesaikan apa -- apa, termasuk juga wawancara dan talk show bertubi -- tubi di televise, serta berbagai tulisam ( termasuk mungkin tulisan ini) juga tidak ada gunanya.

Pembubaran liga jelas bukan solusi yang baik, karena bagaimanapun sepakbola di Indonesia sudah mulai bergerak menjadi sebuah Industri yang menaungi bukan saja ribuan tapi mungkinjutaan orang. Sepakbola ini sebenarnya hiburan rakyat di saat harus berjuang dengan beratnya beban hidup.

3 Hal yang mungkin bisa menjadi pertimbangan dalam meminimalisir serta juga mempersempit ruang gerak supporter "abal -- abal" yang bisa dilakukan para pemangku kepentingan.

  1. Adakan acara kumpul bareng antar para pemain yang akan berhdapan sehari atau pagi sebelum sore mereka bertanding. Diwajibkan untuk semua pemain termasuk perwakilan pentolan supporter untuk datang, bersama. Buat acara santai dan kebersamaan, tunjukkan bahwa mereka bisa saja keras di lapangan tetapi diluar mereka adalah saudara.
  2. Baik juga kalau dihadiri oleh para petinggi pemerintah (kepala daerah) dan jajaran apparat keamanan. Buat malam kebersamaan menjadi suasana menjadi cair dan akrab. Kemudian sebar melalui akun media sosial bahwa tidak ada permusuhan diantara mereka.
  3. Penanganan tiket harus maksimal, intinya adalah tidak ada yang bisa masuk ke dalam stadion tanpa membeli tiket, termasuk para pedagang juga tidak boleh masuk dalam stadion. Perlakukan tiket terusan. Dan yang paling penting adalah tiket tidak dijual pada hari H. sehingga aparat kepolisian bisa melakukan razia pada hari H. kalau ternyata tidak ada tiket maka berhak memulangkan dan kalu perlu dilakukan penahanan sementara. Hal ini untuk mencegah mereka yang datang dengna modal nekat ke stadion.
  4. Perbaikan kualitas wasit. Wasit menjadi actor penting dalam setiap sepakbola. Mereka harus tegas terhdap segala provokasi. Bila perlu khusus untuk pertandingan krusial, bisa didatangkan wasit luar yang mempunyai kaulitas baik. Sehingga adil dan memberikan standar berbeda terhadap permainan sepakbola. Selain pendidikan kepada para pemain, juga pendidikan terhadap para supporter. Sehingga tidak perlu kita lihat provokasi dan pelanggaran yang menjurus kasar yang lepas dari hukuman.

Solusi terbaik pastinya sedang dipikirkan oleh mereka yang menamakan diri para ahli olahraga, namun saya cuma mengingatkan bahwa hampir semua pengambil keputusan tertinggi tentang olahraga di Indonesiaini  adalah bukanlah orang yang berkecimpung dalam bidang olahraga, mereka mencintai olahraga memang betul, tetapi mereka bukan dari para mantan atlet atau pelatih yang pernah merasakan kondisi di atas lapangan dan berjuang apalagi berjuang demi merah putih di atas lapangan. Olahraga mau dari Kemenpora-nya, Ketua PSSI-nya, Ketua Liga-nya, Sekjen PSSI-nya, maaupun Gubernur-nya Jadi jangan terlalu berharap banyak kalau keputusan bisa menjadi jalan keluar terbaik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun