Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Benang Kusut Anarkisme Suporter di Indonesia

27 September 2018   15:48 Diperbarui: 1 Oktober 2018   13:31 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke masalah supporter yang sebagian masi belia tersebut, yang bsia dikatakan akan berani kalau rame -- rame. Kalau sendiri pasti ciut nyali. 1 orang panakut digabung 1 orang penakut maka menjadi 2 orang penakut, tetai kalau 10 orang penakut digabung 10 orang penakut hasilnya adalah 20 orang berani.

Teori yang sangat simple, dan sudah terbukti, apalagi saat nonton kemarin bukan 20 orang, tetapi ribuan orang yang berseragam sama, tentunya menumbuhkan rasa keberanian, ketika keberanian tersebut bersinergi dengan kebencian maka lahirlah anarkis.

Lebih jauh kita lihat lagi ke pembentukan karakter para generasi muda kita, yakin lah bahwa siapapun pelakunya mayoritas mereka bersekolah atau pernah menyenyam bangku pendidikan dan mereka masih berusia muda dan produktif, boleh di bilang inilah hasil paling sahih model pendidikan saat ini. Pendidikan yang menekankan pada kepintaran bukan pada pendidikan karakter.

Boleh menyangkal hal ini, tetapi kalau pendidikan kita, terutama pendidikan dasar, masih berkutat pada nilai raport, rangking berapa, tingkat lulus UN, maka percayalah bangsa ini akan kehilangan jati diri sebagai bangsa yang beraklak dan berartabat.

Pun, sekali tiga uang dengan nilai -- nilai  agama yang ditanamkan, kalau agama masih saja di perdebatkan dalam kisaran simbol dan tampak luar saja. Ditambah dengan ekslusivisme tanpa adanya nilai toleransi bahwa negara kita adalah negara majemuk.

Maka pemikiran bahwa yang lain pasti salah dan harus ditiadakan akan semakin subur berkembang, fanatisme buta akan merajalela. Dan ini akan masuk ke semua sendi termasuk didalamnya Sepakbola. Sehingga jelas faktor dunia pendidikan baik sekolah formal dan agama juga berperan dalam pembentukna karakter para supporter sepakbola kita.

Pemerintah dalam hal ini juga punya peranan yang besar, tidak juga bisa lepas tangan menjatuhkan sanksi, banyak hal yang belum maksimal yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah. Contoh kecil, nama Persija memang besar, tapi sampai saat ini apakah Persija sudah memiliki stadion sendiri?

Bahkan Persijatim sudah bertahun -- tahun ganti baju, sekarang memakai baju Sriwijaya FC. Boleh dibilang pemerintah belum mampu menghadirkan sarana oleharaga yang baik. Para supporter Persija bisa dibilang di PHP-in setiap ada pemilihan gubernur, dengan janji manis segera dibuatkan stadion, namun kenyataannya Persija sampai harus sampai ke Bantul untuk sewa lapangan. Karena stadion di seputaran Jakarta tidak ada yang bisa disewa.

Dan yang paling disorot tentunya adalah apparat keamanan, memang tidak mudah mengamankan ribuan supporter yang datang. Karena setiap supporter juga niatnya ke stadion berbeda, kalau niatnya memang mau menonton pertandingan pastinya kejadian seperti ini tidak akan terjadi.

Tetapi kalau sudah niatnya dari rumah, mau sok gagah gagahan, mau nyari supporter musuh, agak report memang. Yang paling penting adalah jumlah apparat harus disebar ke berbagi sudut, memang menjadi mahal dan besar biaya yang harus dikeluarkan, tetapi untuk antispasi mau tidak mau harus dilaksanakan.

Pengamanan bukan hanya disekitar stadion namun juga bisa dimulai dari kantong -- kantong supporter. Segera stop dan berhentikan mreka yang tidak patuh dijalan, ugal-ugalan dan membawa senjata tajam dan tumpul. Bila perlu langsung diamankan, nanti dilepas beberapa jam setelah pertandingan selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun