Motif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah : 1 pola; corak: ; 2 salah satu dari antara gagasan yang dominan di dalam karya sastra, yang dapat berupa peran, citra yang berulang, atau pola pemakaian kata; 3. alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu. Berangkat dari pengertian dasar tersebut diatas motif yang akan kita bahas disini berkaitan dengan pengertian motif pada nomor 3.
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai perlu tidaknya motif ketika seseorang melakukan kejahatan, mari kita lihat suatu frame cerita berikut, frame cerita ini diambil dari film Batman, yang berjudul The Dark Knight.
Pada saat itu terjadi diskusi kecil antara Alfred (pelayan setia Bruce Wayne) dan sang tuan. Mereka berdiskusi mengenai apa sebenarnya yang diinginkan oleh seorang The Joker dalam melakukan kejahatan. Alfred tidak menjawab secara gamblang, tetapi dia kemudian bercerita mengenai pengalamannya pada saat dia muda.
Dia bercerita pada saat masih menjadi tentara di Vietnam bahwa ada segerombolan penjahat yang kejam yang merampok perhiasan yang berupa batu permata yang sangat besar. Intinya mereka merampok dengan sadis dan tanpa ampun.
Tetapi, si Alfred kemudian melanjutkan, beberapa tahun kemudian disebuah desa yang sederhana dia menemukan berlian yang sangat mahal yang telah dirampok oleh gerombolan beberapa tahun lalu. Malah menjadi mainan seorang anak kecil yang sebenarnya tidak ngerti dan tidak tahu betapa mahalnya benda tersebut. Alkisah bahwa benda tersebut diberikan kepadanya secara cuma–cuma kepada anak ecil tersebut.
Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, buat apa perampok tersebut susah susah merampok, mungkin saja pada saat itu dia bisa kehilangan anak buah, bahkan nyawanya sendiri pada saat merampok, toh pada akhirnya dia juga tidak mengambil apa–apa dari persitiwa tersebut.
Mungkin frame film itu memang ingin menggambarkan sosok The Joker yang digambarkan sangat terobsesi untuk menghabisi Batman, tetapi di satu sisi dia juga "sayang" kepada Batman. Dia tidak ingin identitas Batman dibuka ke publik oleh orang lain (bahkan dia mengancam membunuh orang yang membuka kedok Batman).
Memang membingungkan. Satu sisi Batman musuh, tetapi juga dianggap sebagai mainan. Bertempur boleh, meninggal (boleh kalau ditangganya), kalau bukan oleh dia tidak boleh. Tetapi intinya adalah Batman disini tidak lebih adalah mainan untuk Joker bersenang – senang.
Cerita di atas memang diambil dari sebuah frame di dalam film. Tetapi kadang menelusuri jalan pikir/pola pikir seorang pembunuh adalah hal yang sangat rumit. Apalagi kalau kita adalah orang yang berpikir normal, untuk menghabisi nyawa orang lain adalah hal yang sangat–sangat mustahil dilakukan. Apalagi kalau pembunuhan tersebut dikarenakan alasan yang tidak jelas bahkan bisa dibilang tidak ada alasan untuk membunuh.
Kasus meninggalnya Wayan Mirna Salihin dalam 2 bulan terakhir sedikit banyak menarik perhatian kita. Dari “perang” di media antara ayahnya Mirna dengan pengacara Jessica sampai dengan kehebohan saksi yang dihadirkan dalam persidangan. Belum lagi tayangan live yang disiarkan oleh beberapa stasiun TV swasta. Seakan–akan bahwa persidangan tersebut menyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia.
Dua hal yang sampai detik ini belum terjawab untuk menentukan bahwa Jessica bersalah atau tidak adalah: Yang pertama, tidak adanya bukti/orang yang melihat bahwa Jessica lah yang menaruh racun sianida dalam gelas kopi yang diminum Mirna.