Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Beda Tipis Nasib Abraham Samad dan La Nyalla Mattalitti

19 Maret 2016   00:12 Diperbarui: 14 April 2016   07:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kriminalisasi, satu kata yang bakal terlintas apabila kita membicarakan tentang status tersangka yang disematkan kepada mantan ketua KPK periode lalu Abraham Samad (AS) dan sekarang hal itu juga kepada La Nyalla Mattaliiti (LNM) ketua umum PSSI. Sebenarnya kalau mau dicermati lebih dalam ada benang merah terkait dengan nasib mereka berdua, walapun nantinya ada perbedaan tipis yang membedakannya. Mari kita bahas benang merah tersebut :

1.   Ketua Organisasi Yang (Sebenarnya) Sangat Berpengaruh di Indonesia.

KPK yang sebagaimana secara umumm kita ketahui bersama adalah benteng terakhir yang masih dipercaya oleh masyarakat dalam memberantas korupsi di negeri ini. Sehingga pengaruh KPK ini sangat besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secuil isu / berita tetang sepak terjang KPK pasti mendapat perhatian luas dari masyarakat. 

Pendek kata KPK mempunyai pendukung fanantik hampir seluruh rakyat Indonesia. Begitu juga PSSI, dalam kondisi ideal menjadi ketua umum PSSI dapat disebut presidennya olahraga di Indonesia ( Menpora mah lewat). Kalau saja PSSI berprestasi maka percayalah kepopulerannya bahkan bisa mengalahkan Presiden. Bayangkan kegiatan apa yang paling banyak menyedot animo seluruh  masyarakat diseluruh Indonesia? Tanpa melihat umur, tanpa melihat gender, tanpa melihat suka agama mana. Semua pasti bersatu padu andaikan Timnas kita bertanding. Bahkan keseruannya itu bisa melebihi pemilu Presiden. 

Kalau dalam pemilu masih ada perbedaan pendapat antar masyarakat. Nah kalau nonton Timnas dipastikan 95% lebih pasti mendukung Timnas. Jadi keduanya baik AS dan LNM secara posisi sebenarnya sangat berpengaruh di Indonesia.

2.  Menjadi Tersangka Untuk Kasus Bukan Pada Masa Menjabat.

AS menjadi tersangka untuk kasus yang terjadi jauh sebelum dia menjabat sebagai ketua KPK. Dan juga kasus tersebut tidak ada hubungannya dengan jabatannya selaku ketua KPK, tidak ada sama sekali. Begitu pun dengen LNM kasus yang ditersangkakan juga waktunya sebelum dia menjabat sebagai ketua PSSI bahkan untuk kasus tersebut LNM pernah menang di praperadilan. Kasus LNM juga tidak ada hubungan sama sekali dengan sepakbola. Bukankah ini kalau boleh dibilang sepertinya membuka borok lama, dicari – cari kesalahan orang untuk kepentingan tertentu? Mengapa tidak dulu dulu sebelum mereka menjabat hal ini dituntaskan?

3.  Mendapat Dukungan Dari Simpatisannya.

Pada saat AS dijadikan tersangka maka kita tau bersama para anak buahnya bersatu padu berusaha melawan hal tersebut, bahkan ada yang berniat untuk mundur segala, hal itu meunjukkan sangking cintanya mereka kepada pimpinanya. Begitu juga dengan LNM, para pendukung setianya bersedia pasang badan membela junjunganya bahkan di Surabaya terjadi demo ke kantor kejaksaan oleh sekumpulan massa dari organisasi kepemudaan meminta kejaksaan mencabut status terdakwa LNM. Hal ini menunjukkan kedua orang ini mempunyai lini massa yang fannatik.

Kalau benang merahnya sudah sama, sekarang apa yang membedakan? Seperti judul diatas beda tipisnya dimana? Antara AS dan LNM. Kita coba berprasangka karena baik AS mauppun LNM sampai detik ini belum menjadi terpidana sehingga statusnya dimata hukum belum bersalah. Beda tipis yang ingin penulis soroti adalah respon dari masyrakat / penduduk Indonesia.

Kita ingat pada saat AS dijadikan tersangka memang benar para anggota / karyawan KPK protes keras kepada kepolisian dan juga sampai kepada Presiden.Bahkan sampai ada istilah cicak vs buaya. Tetapi inilah yang membedakan. Selain mereka – mereka yang melakukan protes ternyata protes mereka di dukung oleh rakyat Indonesia secara umum, bahkan tidak tanggung tanggung yang memberikan dukungan kepada KPK dan AS dari segala lini, para akademisi, para tokoh masyarakat yang notabene sudah teruji kapabilitas dan integritasnya. AS mendapatkan dukungan moral yang sangat – sangat besar, terlepas dia salah atau tidak dalam kasus ini. Dengan berjalannya waktu bebrapa waktu lalu Jaksa mengeluarkan keputusan bahwa kasusnya “dikesampingkan”. Berarti kasus AS ditutup, masyarakat bersorak, semua happy, kecuali para koruptor.

Bagaimana dengan respon masyarakat luas terhadap kasus LNM, ini yang menarik, selama ini LNM memposisikan diri sebagai ketua umum PSSI yang dipilih secara demikratis dengan suara yang hampir 100 persen oleh seluruh pemegang kepentingan sepakbola di Indonesia, berarti dari sabang – sampai merauke semua mendukung LNM, coba  bayangkan kalau dikumpulkan, anggota yang mempunyai suara di kongres saja sampai ratusan, belum lagi ditambah para pemain, pengurus klub, bahkan supporter. 

Kalaulah memang LNM adalah orang yang dipilih (baca : dicintai) oleh anggotanya, maka seharusnya dari seluruh Indonesia saat ini mengutuk apa yang dilakukan oleh Kejakasaa di Jawa Timur itu beramai – ramai membuat demo, beramai – ramai membuat sanggahan di medsos, dll. Tetapi faktanya sekarang adalah yang membela LNM  hanya aggota PSSI yang duduk di pengurusan dan itu pun tidak solid semua, serta sekelompok orang yang menamakan diri organisasi kepemudaaan yang dulunya adalah anak buah LNM plus simpatisan PSSI yang jumlahnya tidak seberapa. Sesuatu yang wajar LNM mendapat dukungan dari mereka.

Nah disinilah terlihat sebenarnya perbedaan itu, dimana sebenarnya yang mempunyai legitimasi di masyarakat, boleh berbicara atas nama hukum, atas nama peraturan, atas nama statute, atas nama aturan ini itu, tetapi faktanya bahwa masyarakat tidak dibelakang LNM, bahkan para anggota PSSI di daerah – daerah terkesan diam, menunggu komando untuk mengadakan KLB.

Sudah dapat dipastikan bahwa yang selama ini di dengung – dengungkan bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin yang dipilih secara jujur, yang dipilih karena memang layak memimpin, tidak lebih dan tidak kurang adalah pemimpin yang dipilih karena adanya permainan kekuasaan. Sehingga pada saat kongres kemaren para klub seolah – olah tidak berdaya untuk tidak mengikuti permainan dari mereka yang mempunyai kekuasaan. Kasarnya ikut kami atau kalian ditendang.

Fakta sudah demikian adanya, status tersangka juga sudah disematkan, tinggal menunggu kebesaran hati seorang LNM, dan juga keberanian para anggota untuk segera mengambil tindakan guna menyelamatkan sepakbola nasional. Atau LNM berharap nasibnya seperti AS yang mendapat "keringanan" dari pemerintah? hehehe berdoa aja barangkali ada yang khilaf memberikan keringanan.

Terus Kemenpora ngapain?.....lagi ngurus hambalang sama Presiden plus nyusun surat balasan ke FIFA…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun