Mohon tunggu...
Haditya Endrakusuma
Haditya Endrakusuma Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Equilibrium

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik atas Artikel "Sejarah Keganasan Wahabi"

22 Juni 2013   06:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:37 1873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"..Setelah menarik nafas berat, Guru Sufi berkata menjelaskan, 'Semenjak Wahabi-Sa’ud memproklamasikan jihad terhadap siapa pun yang berbeda pemahaman tauhid dengan mereka pada tahun 1746 Masehi, tindak kekerasan berupa penggerebegan, razia, penyiksaan, penjarahan, bahkan pembunuhan terhadap kaum muslimin yang mereka nilai telah musyrik dan kafir'..."

Tuduhan itu menjadi janggal bila kita merujuk fakta-fakta peristiwa-peristiwa diera Ibn Abdul Wahab dengan Syarief Mekkah pada saat itu (yang terekam dalam buku-buku ensiklopedia sejarah Arab). Apalagi kalau kita membaca korespodensi antara Ibn Abdul Wahhab dengan Syarif Mekkah dan para ulamanya, yang dalam beberapa kali Ibn Abdul Wahhab mengeluhkan banyaknya "teror" baik fisik maupun fitnah yang menerpa dakwahnya. Misal dalam sebuah surat yang terekam dalam Risalah Ila Ahl al-Maghrib-al-Risalah al-Sabi'ah, beliau menyatakan:

".. hadza huwa al-ladzi awjaba al-khilaf bainana wa baina al-nas, hatta aala bihim al-amr ila an kaffaruna wa qaataluna was tahallu dima' ana wa amwalana, hatta nasharana-llah 'alaihim wa zhafarna bihim"

(Itulah sebab yang mendesak kami terlibat perselisihan hebat dengan banyak pihak, hingga pada gilirannya mereka mengkafirkan kami, memerangi kami, dan menghalalkan darah dan harta kami, namun Allah menolong kami sehingga berhasil mengalahkan mereka).

Tuduhan "pengkafiran" terhadap kelompok yang tidak sependapat dengan Ibn Abdul Wahhab ini jelas merupakan tuduhan tanpa dasar. Dalam Majmu`at Mu'allafat al-Syaikh, disebutkan bahwa Ibn Abdul Wahhab mengkonfirmasi "berita miring" itu dengan surat/korespodensi yang ditujukan kepada Syarief Mekkah dan ulama-ulama lainnya, Ibn Abdul Wahhab menyatakan dengan tegas, "Saya tidak memvonis kafir seorang muslim yang melakukan dosa apa pun dan tidak pula menganggapnya keluar dari lingkaran Islam atau murtad (walaa ukaffir ahadan min al-muslimin bi dzanbin wa laa ukhrijuh min dakhairat al-Islam).

Poin Ketiga.

Dalam artikelnya, pak Agus Sunyoto berusaha untuk memberikan gambaran bahwa gerakan Wahhabi itu bersifat "ekspansif" dan "haus darah", dengan mencontohkan kejadian "pertempuran" di-Karbala di era Muhammad Sa'ud bin Abdul Aziz bin Sa'ud. Beliau (pak Agus Sunyoto) menulis:

“...Bulan Dzulqa’dah tahun 1216 Hijriyyah atau 1802 Masehi, Sa’ud ibnu Sa’ud putera sulung Malik Abdul Aziz membawa 12.000 orang pasukan menyerang Karbala. Dengan ganas mereka merusak dan menjarah makam Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, membantai siapa pun penduduk yang berada di sekitar makam dan membasmi siapa pun yang berusaha menghalangi. Sekitar 5000 orang penduduk Karbala tewas dibantai. Hartanya dijarah sebagai pampasan. Sewaktu kabar ini sampai ke negeri-negeri muslim lain, Khalifah Turki, Mahmud II, dikecam banyak pihak karena gagal menjaga makam Imam Husein dari keganasan kaum Wahabi. Jadi yang diucapkan Mbah Kasyful Majdzub tidak asal mengigau, tapi ada fakta sejarahnya...”

Peristiwa "pertempuran" di Karbala itu secara faktual historis memang terjadi. Namun, alangkah tidak "fair" bila melihat kejadian itu tanpa melihat rangkaian peristiwa lain sebelumnya yang sebetulnya mempunyai kaitan erat dan menjadi sebab terjadinya "penyerangan" itu. Tanpa melihat rangkaian peristiwa tersebut jelas akan membawa kesalahan persepsi yang fatal.

Ada baiknya kita mengkomparasikan tulisan pak Agus Sunyoto itu dengan ensiklopedia sejarah semenanjung Arab yakni Ensiklopedi "Mausu’ah Muqotil Min Ash-Shohro" (www.moqatel.com), untuk memberikan gambaran secara utuh atas rangkaian peristiwa yang melatari "penyerangan" karbala di tahun 1802 M. Ensiklopedi tersebut cukup "netral", disusun tanpa memberikan penilaian yang berat sebelah terhadap para pelaku sejarahnya.

Dalam ensikopedi tersebut, menjelaskan bahwa dalam perkembangan "dakwah" Ibn Abdul Wahhab yang didukung oleh penguasa Dir'iyyah ternyata banyak mendapat sambutan positif dari banyak kabilah-kabilah yang ada saat itu, antara lain kabilah Ahsaa. Para Kabilah-kabilah itu kemudian menyatakan afiliasi-nya kepada penguasa Dir'iyyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun