Mohon tunggu...
Gwyneth Mandala
Gwyneth Mandala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

luscus cultricem.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik Local Pride: Sepatu Ventela Dituduh Mirip Sepatu Vans

23 Maret 2021   18:54 Diperbarui: 23 Maret 2021   19:07 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Wah produk luar negeri ya ? Keren banget !

Kok Mirip ? KW ya ? Hah produk lokal ? Ga Banget deh !

Begitulah kurang lebih ujaran dari mulut manis kaum milenial para pencipta style kekinian, yang selalu menjunjung tinggi dan membandingkan produk luar dan dalam negeri. 

Perihal keren dan kualitas yang didapatkan, yang tentunya mampu membuat mereka menjadi pusat perhatian segala umat. Hal inilah yang menjadikan suatu kebiasaan atau budaya populer dikalangannya, namun sebelum lebih lanjut mari kita mengenal apa itu budaya populer dan istilah subkultur.

1.      Apa itu Budaya Populer ?

Menurut Burton (2008 dalam Chaniago, 2011, h. 93), budaya populer didominasi dan konsumsi barang-barang material dan bukan oleh seni-seni sejati, manakala penciptaanya didorong oleh motif laba. 

Budaya populer yang disokong industri budaya telah mengkonstruksi masyarakat yang tidak sekadar berlandaskan konsumsi, tetapi juga menjadikan artefak budaya sebagai produk industri dan sudah tentu menjadi suatu komoditi. 

Budaya populer berkaitan dengan budaya massa. Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa. Budaya massa ini berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi seperti percetakan, fotografi, perekaman suara dan lain sebagainya.

2.      Apa itu Istilah Subkultur ?

Istilah subkultur kerap digunakan untuk menggambarkan dunia kepentingan dan identifikasi khusus yang memisahkan antara beberapa kelompok atau kesatuan lainnya yang lebih besar dengan kelompok lainnya. 

Subkultur juga merupakan sistem norma, nilai, kepentingan atau perilaku yang membedakan antar individu, kelompok dan kesatuan yang lebih besar dengan masyarakat yang lebih besar tempat dimana mereka juga ikut berpartisipasi di dalamnya. 

Pada kajian budaya, "sub" pada subkultur mengartikan adanya perbedaan pendapat, sesuatu yang bertentangan dengan konservatisme dan dengan cita-cita masyarakat.

Melihat dari penjelasan mengenai budaya populer dan subkultur diatas, saya mengambil salah satu contoh ialah sepatu produk lokal juga tentunya produk luar negeri yang cukup mengambil banyak peran di Indonesia bahkan mancanegara lainnya. Sepatu asal California -- Amerika yakni Vans sudah memiliki nama yang cukup familiar dan populer terutama di kalangan kaum milenial. 

Perusahaan vans ini dimulai pada beberapa puluh tahun yang lalu. Tepatnya di Broadway, Anaheim, California seorang tokoh bernama Paul Van Doren bersama tiga temannya membuka sebuah toko pada 16 Maret 1966. 

Toko tersebut menjual dan memproduksi sepatu dengan ciri khas unik hasil karya mereka sendiri. Mereka memproduksi sekaligus memasarkan sepatunya secara swadaya. Dalam membuka usaha ini mereka mendapat pelanggan pertama sejumlah 12 orang, dengan pemesanan sepatu Vans Dek yang kini dikenal dengan tipe nama Vans Authentic.

Dalam perjalanannya Vans mulai dikenal lebih luas dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Sepatu Vans semakin dikenal juga oleh penggemarnya dengan istilah "Vans of the wall" yang selalu menjadi ciri khas tersendiri dari sepatu ini. Sepatu Vans kerap digunakan anak muda ketika akan melakukan kegiatan yakni skateboarding.  

Fashion dalam mengkombinasikan outfit seperti baju kekinian, celana gombrong, jaket, dompet berantai, topi truk dan tentunya dengan tambahan sepatu Vans dimana hal ini dianggap keren yang mampu menarik atensi orang-orang yang melihatnya.

Dengan material bahan karet, sepatu ini mampu menciptakan kenyamanan saat digunakan, juga tampilannya yang bagus dan sederhana sehingga tak hanya dapat digunakan saat bermain skateboard namun dapat digunakan dalam segala suasana.

Produk asal California ini berhasil pesat merebut hati kaum milenial salah satunya netizen Indonesia, dimana mereka menganggap bahwa budaya anak muda sudah semestinya begitu, menciptakan kebiasaan yang salah satunya dari gaya berpakaian dari atas hingga bawah, bahwa agar terlihat keren sudah selayaknya seorang muda menggunakan produk luar negeri.

Terlepas dari itu, di awal tahun 2017 masuklah suatu aset baru dari dalam negeri bernama Ventela yang diciptakan oleh seorang bernama William Ventela, seorang pemilik pabrik sepatu vulkanisir yang berdiri sejak tahun 1989 di Bandung, Jawa Barat. Salah satu keunggulan merek ini dibanding brand lokal lainnya adalah sepatu Ventela memiliki pabrik yang mampu membuat sepatu dalam jumlah yang banyak dengan kualitas tinggi. Sepatu Ventela memanglah memiliki model sedikit mirip dengan sepatu ikonik asal Amerika yakni Vans. Namun tetap memiliki ciri khasnya tersendiri.

Di Indonesia sepatu Ventela belum mendapat perhatian lebih jika dibandingkan dengan brand luar seperti salah satunya Vans yang dituduh mirip ini. Dilansir dari Vice.com menyatakan bahwa Vans meminta agar dari pihak Ventela menutup akun Instagramnya perihal menjual produk yang sejenis dan memiliki desain mirip. Sepatu Ventela saat ini memang belum terlalu dikenal dan banyak pembelinya karena selalu ada pikiran bahwa produk dalam negeri tidak sebagus dan sekuat produk luar negeri yang sudah terpercaya dan kompeten.

Produk lokal yang tak kalah kerennya saat ini belum begitu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak dan bahkan dikira hanya mampu menjiplak karya atau produk luar negeri saja. 

Beberapa kalangan muda walaupun tak sebanyak kaum dominan mencoba mengambil langkah dengan menggunak produk produk dalam negeri dan menyuarakannya lewat media sosial yang mereka punya dengan memberi tagar #SupportLocalProduct dan di akun Instagram Ventela lainnya juga terus berupaya mempromosikan dengan memberi tagar #SepatuLokalKeren. 

Dengan cara seperti ini sebenarnya produk dalam negeri secara tidak langsung menyatakan perjuangan untuk melawan tuduhan kemiripan dan menyatakan bahwa produk dalam negeri memiliki keunikan, ciri khas, dan kualitas yang bisa diadu dengan produk luar. 

Tak selamanya produk luar bisa menunjang tampilan kita untuk terlihat keren dan berkualitas dan mendominasi kebiasaan kaum muda. Marilah kita melihat dan menggunakan produk dalam negeri yang tak kalah bersaing bukannya ikut memprotes dan menjatuhkan nama brand lokal kita.

 

Daftar Pustaka :

Arti Definisi Pengertian. (2021). Pengertian Subkultur. Diakses pada 22 Maret 2021

Chaniago, R. Hafiz & Fauziah Kartini H.B. 2011. Budaya Populer dan Komunikasi: Impak Kumpulan Slank Terhadap Slankers di Indonesia. Jurnal Komunikasi, Malaysian Journal of Communication Jilid 27(1) hal 91-100.

Hastanto, Ikhwan. (2020). Vans Buru Penjiplak Desain, Minta Instagram Hapus Postingan Sepatu Ventela dan Saba. Diakses pada 21 Maret 2021

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun