Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inkarnasi Yesus Kristus: Bukti Kasih Allah

10 Oktober 2023   12:06 Diperbarui: 10 Oktober 2023   12:21 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

INKARNASI YESUS KRISTUS: BUKTI KASIH ALLAH

(Sebuah Tinjuan Teologi-Biblis)

Fr. Agustinus Nicolaus Yokit, MSC

Abstract

This paper discusses the scriptural description of the incarnation of Jesus Christ. Scripture records very well how the mystery of the incarnation of Jesus Christ is a clear evidence of God's love for mankind. The Gospel of John proclaims very loudly that God's love is manifested through the birth and presence of His Son in the world: "For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life" (John 3:16). This is one example of a Scripture text that explains the mystery of the incarnation of the Lord Jesus Christ. When deciphered more deeply, it will be found that the basis of all God's deeds is love itself. Thus, God is also called love, Deus Caritas Est (1 John 4:16). This paper will attempt to elaborate and show biblical data that confirms the mystery of the Incarnation of Jesus Christ as evidence of God's love.

Keywords: Incarnation, Scripture, God's love, Jesus Christ 

Pendahuluan

Bagaimana Gereja Katolik menguraikan Inkarnasi Tuhan Yesus Kristus seturut perspektif Kitab Suci? Pertanyaan ini sesungguhnya merujuk pada bagaimana misteri inkarnasi itu dapat diuraikan dari sudut pandang Kitab Suci. Tulisan ini akan berusaha membahas dan menguraikannya seturut perspektif Gereja Katolik. Gereja memahami bahwa tindakan kasih itu berangkat dari pemahaman mendasar bahwa Allah sendiri adalah asal dan tujuan Kasih, sebagaimana ditegaskan di dalam Surat Yohanes "Allah adalah Kasih","Deus Caritas Est" (lih. 1 Yoh. 4: 16). Allah adalah yang terlebih dahulu berinisatif mengasihi manusia, maka manusia dimampukan untuk mengasihi Dia. Dengan kata lain, kemampuan manusia untuk mengasihi Allah dimungkinkan karena manusia lebih dahulu mengalami pengalaman kasih Allah di dalam hidupnya.

Allah Bapa mengasihi secara total hingga menjadi manusia, rela menderita wafat di salib dan mati seperti manusia (misteri inkarnasi). Di dalam Kamus Teologi Katolik, Inkarnasi dijelaskan demikian: Inkarnasi merupakan Iman dan Keyakinan bahwa demi penyelamatan dunia, Putera Allah yang sepenuhnya ilahi sungguh-sungguh menjadi manusia yang utuh (Yoh 1:14; Gal 4:4-5). Ia lahir dari Perawan Maria pada waktu dan tempat tertentu, wafat di salib pada zaman pemerintahan Pontius Pilatus, dan bangkit dari mati dalam kemanusiaan yang mulia (Rm 1:3-4). Sejak konsili Nikea I (325) sampai Konstantinopel III (680), konsili-konsili menolak berbagai aliran yang menolak kemanusiaan utuh dan keilahian penuh dari Yesus Kristus. Sebagai wujud kasih total, yang diberikan Allah kepada manusia bukan suatu benda atau ajaran, tetapi diri-Nya sendiri. Ia tidak hanya mengajar tentang mengampuni tetapi Ia sendiri pun mengampuni musuh-musuh-Nya. Ia tidak hanya mengajarkan tentang kasih, tetapi ia sungguh melakukan pelayanan kasih itu di tengah dunia di antara manusia. Pribadi dan tindakan Yesus Kristus adalah wujud nyata kasih Bapa yang total. 

Penjelasan dan uraian lebih lanjut akan dijabarkan oleh penulis seturut pertanyaan sentral dalam penelitian ini. Pertanyaan sentral tentang bagaimana konsep inkarnasi Yesus Kristus menurut Kitab Suci, akan diuraikan ke dalam dua pertanyaan inti yakni: Apa itu Inkarnasi? Arti Inkarnasi Yesus Kristus menurut Kitab Suci?

Tulisan ini menggunakan metode deskripsi-analisis. Dengan metode deskripsi, penulis berusaha untuk menguraikan apa itu inkarnasi. Sedangkan metode analisa, digunakan untuk menganalisa sekaligus merefleksikan teks-teks Kitab Suci yang berbicara tentang misteri Inkarnasi Yesus Kristus sebagai bukti kasih Allah.

Apa itu Inkarnasi?

Arti kata Inkarnasi

Kata inkarnasi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin, incarnation, yang terdiri dari dua kata, yaitu in yang berarti "masuk ke dalam", dan caro/carnis yang berarti "daging". Dalam hal ini, dapat diartikan perwujudan menjadi daging. Rencana Allah yang begitu besar bagi keselamatan seluruh umat manusia, mendapat wujud dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia, yang tentunya berubah menjadi daging (kemanusiaan). Yesus yang adalah Putera Tunggal Allah, yang telah diutus datang ke dunia hidup bersama-sama dengan manusia, merasakan segala hal yang dirasakan oleh manusia lainnya. Ia merasa lapar (Mat. 4:2), merasa haus (Yoh. 19:28), merasa letih (Yoh. 4:6), merasa sedih (Yoh. 11:35), dan lain sebagainya yang mencirikan sifat manusia. Tujuan utama peristiwa inkarnasi ini yakni, untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Mat. 1:21), dengan cara menjadi tebusan bagi banyak orang. Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya (1 Yoh. 5:1). Kita menjawab, dengan mengakui bersama Syahadat Nisea-Konstantinopel: "Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria dan menjadi manusia" (KGK, no. 456).

Demikianlah pengertian inkarnasi tidak akan terlepaskan dari peristiwa kelahiran Tuhan Yesus Kristus di dalam dunia. Inilah yang dipahami oleh Gereja sebagai misteri inkarnasi. Selanjutnya, bagaimana Gereja Katolik memberikan penjelasan tentang misteri inkarnasi ini dari perspektif Kitab Suci. Penjelasan selanjutnya akan diuraikan seturut pertanyaan: "Apa arti Inkarnasi Yesus Kristus menurut Kitab Suci?"

Apa arti Inkarnasi Yesus Kristus menurut Kitab Suci?

Dasar Pemikiran Kitab Suci tentang Inkarnasi

Uraian selanjutnya akan mengarahkan kita pada pemahaman inkarnasi Yesus Kristus menurut Kitab Suci. Uraian ini dimulai dengan kutipan teks berikut:

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. . . . Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yoh. 1:1-4.14).

Kutipan teks di atas hendak memberi pemahaman mendasar bahwa peristiwa inkarnasi merupakan sebuah kenyataan pengalaman iman bagi manusia. Inkarnasi Yesus Kristus merupakan sebuah doktrin Kristen yang bersumber pada Kitab Suci. Ia yang adalah Firman, yakni Allah telah menjadi manusia seutuhnya. Ia adalah Anak Tunggal Bapa yang telah menjadi manusia yang sempurna. Dalam hal ini, yang menjadi penekanan bahwa Ia yang telah diutus, Ia yang berasal dari Bapa, dan lahir dari seorang perawan, merupakan bukti dari rencana penyelamatan yang telah direncanakan oleh Allah, dan telah digenapi dalam kelahiran Putera-Nya yakni Yesus Kristus. Selain penegasan bahwa peristiwa inkarnasi merupakan Sabda yang telah menjadi manusia, termuat pula bahwa penekanannya yakni Yesus yang memiliki asal-usul lahir dari Bapa. Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku (Yoh. 8:42). Juga kenyataan bahwa Yesus lahir dari seorang perempuan. Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum taurat (Gal. 4:4).

Uraian lebih mendalam tentang peristiwa inkarnasi Yesus Kristus, perlu dikonfirmasi melalui fakta-fakta historis yang mendukung. Fakta-fakta historis merupakan realitas dari peristiwa inkarnasi, memberikan keterangan tentang unsur-unsur dari realitas yang menegaskan bahwa Sabda yang menjadi manusia (the Word became flesh), benar-benar mengambil rupa manusia, dan memang menyatu dengan kehidupan dalam keseluruhan kehidupan manusia. Allah yang menjelma menjadi manusia, benar-benar mengosongkan diri-Nya menjadi manusia sempurna, yang seutuhnya.

Rasul Paulus memberi kesaksian di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi:

Ia yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama diatas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp 2:5-11).

Fakta Historis Biblis: Yesus Dikandung dari Roh Kudus dan Dilahirkan oleh Perawan Maria 

Pembuktian peristiwa inkarnasi, Sabda yang menjadi Manusia, yakni Yesus Kristus dan menegaskan bahwa Yesus lahir atau berasal dari Bapa, serentak memuat kenyataan bahwa kelahiran Yesus itu, merupakan peristiwa kelahiran yang mana Yesus dikandung dari Roh Kudus, dan dilahirkan oleh seorang perawan yang bernama Maria. Dalam hal pernyataan bahwa Yesus dikandung dari Roh Kudus, katekismus Gereja Katolik menerangkan:

Perutusan Roh Kudus selalu berhubungan dengan perutusan Putera dan diarahkan kepada-Nya (bdk. Yoh. 16:14-15). Roh Kudus diutus supaya menguduskan rahim perawan dan membuahinya secara ilahi; Ia "yang adalah Tuhan dan menghidupkan", menyebabkan bahwa perawan mengandung Putera abadi Bapa, yang menerima kodrat manusiawi dari Dia (KGK, no.485).

Dalam hal penegasan ...dilahirkan oleh Perawan Maria.

Katekismus Gereja Katolik menerangkan:

"Tuhan telah mengutus Putera-Nya" (Gal. 4:4). Tetapi supaya menyediakan "tubuh bagi-Nya" (Ibr. 10:5), menurut kehendak-Nya haruslah satu makhluk bekerjasama dalam kebebasan. Untuk tugas menjadi ibu Putera-Nya, Allah telah memilih sejak kekal seorang puteri Israel, seorang puteri Yahudi dari Nasaret di Galilea, seorang perawan, yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud: nama perawan itu Maria (Luk. 1:26-27) (KGK, no. 488).

Fakta historis ini mau menunjukkan bahwa ada kuasa ilahi dibalik kelahiran Yesus, pun serentak memiliki keterlibatan manusia (Maria) dalam menanggapi karya penyelamatan Allah. Tanpa adanya kesediaan dari seorang manusia untuk menanggapi karya Allah ini, maka rencana Allah ini mungkin tidak akan dapat direalisasikan. "Adapun Bapa yang penuh belas kasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dulu wanita mendatangkan maut, sekarang pun wanitalah yang mendatangkan kehidupan" (LG 56). Kuasa ilahi (peranan Roh Kudus) yang menaungi perawan Maria, menjelaskan  bahwa keistimewaan Yesus sebagai Putera Allah, memang memperlihatkan bahwa Yesus benar-benar berasal dari Bapa, dan merupakan utusan dari Allah untuk melaksanakan tugas bagi keselamatan seluruh umat manusia dari cengkeraman dosa (Mikha 5:1; Yesaya 9:5; Matius 10:40; Markus 9:37; Lukas 10:16; Yohanes 1:1-4.14; 3:16-18; 4:34; 5: 23-24.30.36-37; 6:38; 7:16.28-29.33-34; 8:42.58; 9:4; 12: 44-45.49; 13:3.20; 14:6; 17:3.8.14-25; Roma 8:3; Galatia 4:4; Filipi 2:5-11; Kolose 1:15.17; Ibrani 5:5; 1 Yohanes 4:2-3.9-10.14-15; 5:1).

Pertalian antara peranan Roh Kudus dan peranan manusia yang menanggapi rencana Allah dalam diri Yesus, terwujud dalam kelahiran Yesus sendiri dari seorang perempuan yang telah mengandung, dan pada akhirnya melahirkan Yesus. Nubuat tentang kelahiran Yesus dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, telah terlihat jejaknya pada awal mula kejatuhan manusia dalam dosa, dan telah dinubuatkan bahwa dari keturunan perempuan akan lahir seorang pembebas (Kej. 3:15). Kitab-kitab dalam PL yang lainnya, telah menubuatkan bahwa akan muncul Raja Damai (Yes. 7:14; 9:5). Rencana Allah bagi keselamatan umat-Nya dari dosa memang sudah dipersiapkan oleh Allah, karena cinta-Nya yang besar bagi umat-Nya, sehingga Ia rela memberikan anak-Nya yang tunggal, untuk menjadi penebus bagi banyak orang. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, penekanan terhadap peristiwa inkarnasi, yang mana menunjuk kenyataan bahwa Yesus lahir dari seorang perempuan memang sangat jelas disampaikan baik dalam Injil, maupun pemberitaan dari para rasul (Matius 1:16-25; 2:11; 13:55; Lukas 1:31.35.42-43; 2:6-7; 1 Korintus 11:12; Galatia 4:4; Wahyu 12:5).

Kesimpulan

Fakta-fakta historis di atas mengarah pada suatu realitas bahwa misteri Inkarnasi Yesus Kristus sungguh-sungguh terjadi di tengah dunia. Tuhan Yesus Kristus rela meninggalkan keagungan-Nya di surga dan turun ke dunia untuk menjadi sama seperti manusia (kecuali dalam hal dosa). Ia menjadi manusia untuk menunjukkan betapa besar kasih Allah akan manusia. Ia juga menunjukkan jalan menuju keselamatan kekal yang diharapkan oleh Allah bagi manusia. Dengan demikian, uraian ini telah menunjukkan bagaimana paham Inkarnasi dalam Kitab Suci.

Inkarnasi sebagai Bukti Kasih Allah

Apakah benar bahwa Inkarnasi Yesus Kristus adalah bukti nyata kasih Allah bagi manusia dan dunia? Penjelasan atas pertanyaan tersebut akan dimulai dengan menggunakan teks berikut: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Teks Injil Yohanes di atas menunjukkan dengan jelas bagaimana Allah itu sungguh mengasihi manusia. Allah menunjukkan dan memberikan bukti nyata kasih-Nya. Bukti itu bukan hanya melalui kata-kata, benda-benda, atau sesuatu, melainkan lebih dari itu dengan menghadirkan Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus, melalui misteri inkarnasi suci.

Misteri inkarnasi tidak saja bertujuan untuk mengajarkan bahwa melalui Putra Allah (Yesus Kristus) kita tahu siapa Allah dan apa yang dikehendaki-Nya bagi kita. Inkarnasi juga tidak semata-mata bertujuan untuk penebusan agar kita bebas dari segala kekuasaan dosa dan mau. Walaupun semua hal itu benar adanya, namun ada hal yang jauh lebih utama yaitu: Komunikasi antara Allah dan manusia, yang tetap dan tidak bisa lebih diintensifkan lagi. Allah ingin menghadiakan diri-Nya dengan cinta tanpa syarat (unconditional love) dan secara tak terbatalkan dalam Firman-Nya dan Roh-Nya kepada kita, supaya dengan menerima tawaran persahabatan Allah, tawaran cinta-Nya, kita menjadi "putra-putri dalam Putra" dan dengan demikian mencapai tujuan seluruh ciptaan, yakni turut serta terlibat hingga kekal, dalam kehidupan bahagia dan tak tertandingi di dalam persekutuan Allah Tritunggal.

Dalam diri Yesus Kristus, manusia melihat dan mengalami bahwa Bapa sebagai sumber kasih, yang sebenarnya misteri paling agung yang tak pernah terselami pikiran manusia itu, mau menjadi manusia, yaitu dalam diri Yesus Kristus. Sabda menjadi daging. Jadi, Bapa mengasihi Putra sedemikian total sehingga sumber kasih dan wujud kasih itu sama. Maka Yesus berkata kepada Filipus: "Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh. 14: 8). Dan tidak ada orang yang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Yesus (bdk. Yoh 14: 6). Bapa mengasihi, Putra adalah wujud kasih Bapa: sumber kasih dan wujud kasih itu setara. Di sini kita sedang menyebut Bapa dan Putra. Tetapi kita juga menyebut kata 'kasih'. Relasi antara Bapa sebagai pemberi dan Putra sebagai penerima terletak dalam kasih. Keduanya diikat oleh kasih. Mereka satu dan setara karena kasih. Jadi ada tiga hal yang kita sebut: Pengasih, yang dikasihi, kasih itu sendiri. Dan sebagai pribadi yang menyebut diri pengikut Kristus (orang Kristen), manusia diarahkan untuk mampu bergabung di dalam persekutuan itu, agar mampu menerima, memahami, dan menghayati betapa besar kasih Allah bagi dirinya.

Refleksi

Misteri inkarnasi Tuhan Yesus Kristus dan relasi Trinitaris antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, sungguh mengarahkan penulis pada suatu kesadaran baru. Kesadaran yang kemudian semakin dikuatkan. Peneguhan yang sungguh-sungguh berasal dari Allah itu telah dinyatakan dalam misteri inkarnasi Yesus Kristus. Peneguhan itu tidak lain adalah bentuk nyata dari kasih Allah bagi manusia, tak terkecuali penulis yang merefleksikannya. Uraian yang kurang lebih telah dijabarkan dalam tulisan ini hendak membuktikan bahwa kasih Allah itu sungguh terjadi. Allah menjadi manusia. Dan dengan menjadi manusia, Allah sungguh-sungguh menunjukkan bahwa konsep kasih itu dapat diejawantahkan.

Kelahiran dan kehadiran Kristus Yesus menunjukkan betapa besar kasih Allah. Tidak hanya sampai di situ. Yesus pun memberi penegasan dan perintah baru bahkan yang utama bagi seluruh pengikut-Nya: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yoh 13:34-35). Pesan Yesus ini hendaknya dilanjutkan kepada siapa saja yang menyebut diri sebagai pengikut-Nya. Penulis pun tidak luput dari tanggung jawab untuk melaksanakan perintah ini.

Akhirnya, memang benar adanya bahwa Kasih merupakan keutamaan teologis ketiga, yang tidak terlepas dari keutamaan yang lain yaitu Iman dan Harap. Kasih itu menghidupkan semua keutamaan yang lain. Ia berasal dari Allah dan tujuannya akan kembali kepada Allah. Maka, kasih itu harus pertama-tama tertuju kepada Allah, yang telah membuktikan kasih-Nya bagi manusia melalui misteri Inkarnasi Putra-Nya (Yesus Kristus). Dan selanjutnya, kasih itu tertuju kepada diri sendiri, sebagai bukti nyata bahwa kita menghargai karunia yang telah diberikan oleh Allah dalam hidup kita. Sehingga kita dengan sepenuh hati dapat mengasihi sesama manusia, karena Allah sendiri telah mengasihi kita terlebih dahulu dan mengharapkan keselamatan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006.

Greshake, Grisbert. Mengimani Allah Tritunggal, diindonesiakan oleh Alex Armanjaya dan Paulus Budi Kleden. Maumere: Penerbit Ledalero, 2000.

Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara. Katekismus Gereja Katolik. Nusa Indah: Ende. 2007.

O'Collins SJ, Gerald  dan Edward G. Farrugia SJ. "Inkarnasi." dalam Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Sujoko, Albertus. Identitas Yesus dan Misteri Manusia: Ulasan Tema-Tema Teologi Moral Fundamental. Cetakan ke-1.Yogyakarta: Kanisius, 2009.

VanNiftrik, G.C.  dan B. J. Bolang. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun