Mohon tunggu...
Gusti Padang Guche
Gusti Padang Guche Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Melihat Peristiwa sederhana dengan cara pandang yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan Ini tentang Menulis dan Mencintai Dia

19 September 2023   09:20 Diperbarui: 19 September 2023   09:23 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TUHAN, INI TENTANG 

MENULIS DAN MENCINTAI  DIA


Tuhan, aku menulis bukan karena aku ingin menjadi penulis

Aku menulis hanya untuk mengabadikan pemikiranku

Aku menulis sebab aku ingin mewariskan pandanganku hari ini

untuk mereka generasi yang akan datang.

Tuhan, aku menulis karena aku ingin menulis semua tentangku.

Aku ingin menulis semua kisahku,

Aku ingin menulis semua kebahagiaanku

Aku ingin menulis semua kesedihanku

Aku ingin menulis semua kekonyolanku

Aku ingin menulis semua kebodohanku

Aku ingin menulis semua kegembiraanku

Aku ingin menulis mereka yang pernah bersamaku

Aku ingin menulis mereka yang mencintaiku

Aku ingin menulis mereka yang membenciku

Dan akhirnya aku ingin menulis pengalaman apa saja yang aku alami

dan mengisahkan siapa saja yang aku jumpai dalam hidupku.

Tuhan, aku menulis tidak atas paksaan siapapun dan demi apapun,

aku menulis karena aku ingin menulis.

Sama halnya ketika aku memutuskan jatuh cinta dan mencintai dia, Tuhan 

semuanya berjalan dan terjadi begitu saja tanpa ada alasan, tanya dan kata.

Yang jelas aku mencintai dia sederhana saja, karena aku ingin mencintai dia


TUHAN, INI TENTANG 

AKU, ROKOK DAN PUISI


Tuhan apakah aku berdosa karena merokok, tapi aku merasa tidak demikian

Aku merokok hanya ingin mengusir rasa sepi mencari inspirasi untuk dituangkan menjadi puisi 

Tuhan, Engkau pastinya mengetahui pendapat sesamaku tentang perokok

Bagi mereka perokok adalah manusia yang tidak mencintai dirinya, keluarga dan sesamanya.

Tuhan, sering sekali aku dikritik, disanksi, ditegur karena aku merokok, kata-kata mereka sungguh tajam   

Berhentilah merokok sebab rokok itu pembunuh berdarah dingin yang akan membunuhmu perlahan-lahan.

Berhentilah merokok sebab rokok itu menghabiskan uang dan hartamu.

Berhentilah merokok sebab merokok itu membuat gigimu kuning, badanmu bau dan matamu merah.

Berhentilah merokok sebab merokok itu... dan seterusnya

Itulah kata-kata yang sering mereka sematkan untuk menakut-nakuti diriku sang pencinta rokok.

Aku tidak pernah peduli dengan semuanya itu. Aku tetaplah seorang pecinta rokok sejati.

Tuhan, mungkin mereka merasa jengkel dan marah padaku yang selalu mengabaikan nasihat mereka.

Mereka pasti menganggap aku gila sebab lebih mencintai rokok ketimbang diriku sendiri,

Tuhan, terserah apa kata mereka aku tidak peduli. Aku hanya peduli pada rokokku saja.

Tuhan mereka tidak pernah bertanya arti rokok bagi hidupku, sebab bagi mereka rokok itu racun.

Itulah pendapat mereka, Tuhan. Aku tetap tidak peduli, sebab itu urusan mereka yang menilai karena bagiku penilaian itu relatif tergantung pada sudut mana kalian berada.

Tuhan, bagiku rokok adalah teman yang selalu setia menemaniku kapan dan dimanapun serta dalam situasi apapun. Ia tetap setia, mereka yang kadang pergi meninggalkan aku saat aku jatuh dalam hidupku.

Rokok adalah gudang inspirasi bagiku sebab dengan sebatang rokok aku mampu menciptakan puisi-puisi liar.

Rokok adalah perangsang yang sanggup membangunkan imajinasiku tuk menuangkan ide-ide gila di atas lembaran kertas yang masih perawan sebab belum pernah disetubuhi oleh tinta hitam pena sang penyair.

Tuhan, aku selalu berharap mereka tidak melarangku untuk merokok sebab ketika mereka melarang aku merokok maka mereka membunuh imajinasi liarku, tentu puisi-puisiku akan mati dan tidak pernah terlahir.

Tuhan, biarlah aku merokok, aku adalah pecinta rokok sejati yang akan rapuh tanpa melihat kepulan asap putih yang keluar dari kedua lubang hidungku.

Tuhan, ini tentang aku, rokok dan puisi, biarlah kami tetap ada untuk saling melengkapi.



Banda Aceh, Minggu 17 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun