Itulah pendapat mereka, Tuhan. Aku tetap tidak peduli, sebab itu urusan mereka yang menilai karena bagiku penilaian itu relatif tergantung pada sudut mana kalian berada.
Tuhan, bagiku rokok adalah teman yang selalu setia menemaniku kapan dan dimanapun serta dalam situasi apapun. Ia tetap setia, mereka yang kadang pergi meninggalkan aku saat aku jatuh dalam hidupku.
Rokok adalah gudang inspirasi bagiku sebab dengan sebatang rokok aku mampu menciptakan puisi-puisi liar.
Rokok adalah perangsang yang sanggup membangunkan imajinasiku tuk menuangkan ide-ide gila di atas lembaran kertas yang masih perawan sebab belum pernah disetubuhi oleh tinta hitam pena sang penyair.
Tuhan, aku selalu berharap mereka tidak melarangku untuk merokok sebab ketika mereka melarang aku merokok maka mereka membunuh imajinasi liarku, tentu puisi-puisiku akan mati dan tidak pernah terlahir.
Tuhan, biarlah aku merokok, aku adalah pecinta rokok sejati yang akan rapuh tanpa melihat kepulan asap putih yang keluar dari kedua lubang hidungku.
Tuhan, ini tentang aku, rokok dan puisi, biarlah kami tetap ada untuk saling melengkapi.
Banda Aceh, Minggu 17 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H