Dalam kondisi seperti LDM, seorang suami dihadapkan pada dua prioritas: memberikan hak kepada keluarga inti dan melaksanakan kewajiban silaturahim. Namun, bukan berarti salah satu harus dikorbankan. Kuncinya terletak pada pengelolaan waktu, komunikasi, dan niat yang tulus.
Bijak Mengatur Waktu
Ketika waktu bertemu sangat terbatas, seorang suami hendaknya memanfaatkan momen tersebut dengan berkualitas. Pada kesempatan pulang, fokus utama adalah keluarga inti. Kegiatan yang dilakukan bersama istri dan anak-anak sebaiknya memiliki nilai kebersamaan, seperti mengadakan waktu khusus untuk berbicara, bercanda, atau berkumpul dalam suasana ibadah bersama. Menjadikan momen shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an bersama, atau sekadar bercerita adalah bentuk sederhana namun sangat berarti.
Di sisi lain, kewajiban bersilaturahim kepada orang tua dan keluarga besar juga bisa dikemas dalam waktu yang efektif. Misalnya, mengunjungi orang tua bersama istri dan anak-anak sehingga semua pihak tetap merasa dihargai. Silaturahim tidak melulu harus lama, namun niat tulus dan adab yang baik sudah cukup menguatkan ikatan keluarga. Jika jarak dan waktu benar-benar terbatas, memanfaatkan teknologi seperti panggilan video atau telepon menjadi solusi yang dibolehkan.
Perlu Dihindari
Dalam situasi seperti ini, ada beberapa larangan yang harus dihindari. Pertama, mengabaikan keluarga inti demi mengejar silaturahim yang berlebihan kepada keluarga besar. Rasulullah SAW bersabda:
"Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya."Â (HR. Abu Dawud).
Keluarga inti adalah amanah yang paling utama. Menyia-nyiakan hak mereka termasuk dalam dosa besar.
Kedua, memutus tali silaturahim. Kewajiban silaturahim kepada orang tua dan keluarga besar tetap harus dijalankan. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahim."Â (HR. Al-Bukhari dan Muslim).