Mohon tunggu...
Gus Ros
Gus Ros Mohon Tunggu... Lainnya - (ingin jadi) Penulis

Menjelang satu dekade menjalani LDM | Sharing tentang Pernikahan dan Parenting ~ Menulis apa yang ingin ditulis

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bijak Menyikapi Terbatasnya Waktu Saat LDM

18 Desember 2024   05:05 Diperbarui: 18 Desember 2024   05:12 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
llustrasi Bertamasya dengan keluarga (Sumber Dok.Pribadi / Hasil dari AI)

Menjalani kehidupan rumah tangga dengan Long Distance Marriage (LDM) menuntut kebijaksanaan ekstra. Ketika waktu untuk bertemu dengan istri dan anak-anak begitu terbatas, muncul dilema baru: bagaimana membagi waktu tersebut dengan tetap menjaga silaturahim kepada orang tua dan keluarga besar. Islam memberikan panduan agar setiap hak dapat terpenuhi tanpa mengabaikan salah satunya. Dalam konteks ini, keseimbangan antara keluarga inti dan keluarga besar menjadi kunci, dengan tetap berpegang pada tuntunan agama.

Prioritas yang Berjalan Seiring

Keluarga inti memiliki hak yang besar atas waktu, perhatian, dan kasih sayang seorang suami dan ayah. Dalam firman Allah SWT disebutkan:

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6).

Ayat ini memberi penekanan bahwa tanggung jawab seorang kepala keluarga dimulai dari keluarganya sendiri. Istri dan anak-anak membutuhkan kehadiran suami dan ayah sebagai figur yang memberikan ketenangan, bimbingan, serta kasih sayang. Situasi LDM tentu saja membuat waktu bersama mereka menjadi begitu berharga. Oleh karena itu, waktu yang ada harus digunakan sebaik mungkin untuk memenuhi hak mereka. Nabi Muhammad SAW pun memberikan contoh nyata bagaimana beliau membagi waktu untuk keluarganya. Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu berada dalam keluarganya, membantu pekerjaan rumah, hingga datang waktu shalat." (HR. Al-Bukhari).

Bahkan dalam waktu yang singkat, beliau mampu menciptakan kebersamaan dan kebahagiaan bagi keluarganya.

Namun, kewajiban terhadap keluarga besar tidak boleh diabaikan. Silaturahim kepada orang tua dan keluarga besar memiliki kedudukan penting dalam Islam. Firman Allah Ta'ala:

"... Dan bertakwalah kepada Allah yang kalian saling meminta dengan nama-Nya, dan (peliharalah) hubungan silaturahim ...." (QS. An-Nisa: 1).

Bersilaturahim, terlebih kepada kedua orang tua, adalah amalan yang mendatangkan keberkahan, memperluas rezeki, dan memanjangkan umur. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam kondisi seperti LDM, seorang suami dihadapkan pada dua prioritas: memberikan hak kepada keluarga inti dan melaksanakan kewajiban silaturahim. Namun, bukan berarti salah satu harus dikorbankan. Kuncinya terletak pada pengelolaan waktu, komunikasi, dan niat yang tulus.

llustrasi Mengunjungi Orantua (Sumber Dok.Pribadi / Hasil dari AI)
llustrasi Mengunjungi Orantua (Sumber Dok.Pribadi / Hasil dari AI)

Bijak Mengatur Waktu

Ketika waktu bertemu sangat terbatas, seorang suami hendaknya memanfaatkan momen tersebut dengan berkualitas. Pada kesempatan pulang, fokus utama adalah keluarga inti. Kegiatan yang dilakukan bersama istri dan anak-anak sebaiknya memiliki nilai kebersamaan, seperti mengadakan waktu khusus untuk berbicara, bercanda, atau berkumpul dalam suasana ibadah bersama. Menjadikan momen shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an bersama, atau sekadar bercerita adalah bentuk sederhana namun sangat berarti.

Di sisi lain, kewajiban bersilaturahim kepada orang tua dan keluarga besar juga bisa dikemas dalam waktu yang efektif. Misalnya, mengunjungi orang tua bersama istri dan anak-anak sehingga semua pihak tetap merasa dihargai. Silaturahim tidak melulu harus lama, namun niat tulus dan adab yang baik sudah cukup menguatkan ikatan keluarga. Jika jarak dan waktu benar-benar terbatas, memanfaatkan teknologi seperti panggilan video atau telepon menjadi solusi yang dibolehkan.

Perlu Dihindari

Dalam situasi seperti ini, ada beberapa larangan yang harus dihindari. Pertama, mengabaikan keluarga inti demi mengejar silaturahim yang berlebihan kepada keluarga besar. Rasulullah SAW bersabda:

"Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya." (HR. Abu Dawud).

Keluarga inti adalah amanah yang paling utama. Menyia-nyiakan hak mereka termasuk dalam dosa besar.

Kedua, memutus tali silaturahim. Kewajiban silaturahim kepada orang tua dan keluarga besar tetap harus dijalankan. Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahim." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ketiga, berlaku zalim dalam membagi waktu. Keadilan adalah kunci dalam Islam. Memberikan hak kepada semua pihak secara proporsional akan mendatangkan keberkahan.

Pandangan dari Ulama

Ulama kontemporer seperti Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi menyatakan bahwa dalam kondisi keterbatasan waktu, prioritas harus diberikan kepada keluarga inti, dengan tidak melupakan silaturahim yang merupakan kewajiban. Saran lainnya dari para ulama, agar waktu yang ada diatur dengan bijak, dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Contohnya, jika seorang suami memiliki waktu libur hanya beberapa hari, ia bisa memfokuskan dua hari pertama bersama istri dan anak-anak dengan kegiatan berkualitas, seperti liburan kecil atau berkumpul di rumah. Di hari terakhir, ia bisa mengunjungi orang tua bersama keluarga inti. Dengan demikian, semua hak terpenuhi dan tidak ada yang merasa diabaikan.

Menurut Prof Quraish Shihab, menghargai istri sama pentingnya dengan menghormati ibu sendiri. Usahakan selalu berdiskusi dan melibatkan istri ketika hendak mengambil keputusan yang berkaitan dengan orang tua (ibu/bapak) kedua belah pihak. Misalnya, jika mau mengunjungi orang tua atau pun memberikan hadiah kepada orang tua, lakukan kesepakatan bersama pasangan dan libatkan pasangan. Karena, orang tua Anda adalah orangtua pasangan juga. Berikan penjelasan dan diskusi bersama.

"Bagaimana Anda melakukan kegiatan sehingga ibu Anda senang dan istri juga demikian. Lakukan cara ini, misalnya jika Anda mau memberi sesuatu kepada ibu Anda, usahakanlah lewat tangan istri Anda. Jangan Anda yang memberikannya, supaya terjalin tali kasih antara keduanya," terang penulis buku Lentera Hati itu.

Kesimpulan

Dalam Islam, setiap hak memiliki porsinya masing-masing. Menjalani LDM memang penuh tantangan, namun dengan kebijaksanaan, komunikasi yang baik, dan doa kepada Allah, semua pihak dapat merasa dihargai. Keluarga inti adalah prioritas utama, namun kewajiban terhadap orang tua dan keluarga besar tetap harus dijaga. Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan rumah tangga dan mampu menyeimbangkan tanggung jawab ini dengan penuh keberkahan.

***

Silahkan baca juga :

Ratukan Istrimu

Suami Kurang Ekpresif Cek Penyebab dan Solusinya

Agar Nasihat Tak Terasa Menyakitkan Memahami Beban Istri Ketika Menjalani LDM

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun