Mohon tunggu...
Gus Ros
Gus Ros Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Masih belajar dan terus belajar ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meraih Asa Bersama Sahabat

10 Februari 2017   09:40 Diperbarui: 10 Februari 2017   10:01 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pantai di larantuka [dok.pribadi]

“Aku hidup di desa. Saat ini banyak orang desa yang merantau ke kota mencari kerja. Merasa tidak ada sesuatu yang bisa dikerjakan di desa. Rasanya aku ingin berbuat sesuatu untuk desaku. Membuat orang-orang desa tetap mau tinggal dan berkarya di desanya.”, jawab Samil.

Tak terasa senjapun mulai tiba. Lantunan ayat-ayat suci Al Quran mulai terdengar dari pengeras suara masjid pesantren. Kami pun beranjak dari tempat dimana kami mendeklarasikan cita-cita kami.

***

“Permisi Pak. Ada tamu yang ingin bertemu Bapak”, lapor sekretaris pribadiku melalui pesawat telepon internal.

“Oh ya. Dipersilahkan masuk saja ya. Terimakasih”, sahutku.

“Assalaamu’alaikum..”, sapaku mendahului Samil.

“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh”, jawab Samil sambil mengulurkan tangannya yang menjabat erat dan penuh kehangatan.

Pagi itu, Jundy datang ke kantorku untuk menandatangani dokumen CSR yang telah disepakati bersama. Sebentar lagi Jundy akan mengelola sebuah pesantren tahfidz yang berkonsep alam dan membangun kepedulian sosial.

Sebagai sahabat dekat, saya tahu persis siapa Samil. Kami selalu berbagi kisah tentang perjalanan hidup kami meski terpisah jarak dan waktu. Begitu pula saat-saat Samil hendak menikah. Min haitsu la yahtasib, dari arah yang tidak disangka-sangka. Begitulah mungkin yang dapat melukiskan betapa Maha Pemurah-Nya Allah SWT. Hal ini menjadi garis hidup bagi Samil sahabat sejatiku saat hendak mempersunting istrinya.

Samil mempersunting Nisa, seorang gadis desa, putri seorang imam mushola di sebuah kampung yang tak jauh dari kampung halamannya. Pak Kyai Mustofa, imam mushola yang sangat sederhana dalam kesehariannya namun punya karisma yang begitu luas dikalangan masyarakat sekitarnya.

Meski seorang gadis desa, Nisa adalah seorang sarjana dibidang pendidikan Islam. Wanita sederhana inilah yang akhirnya dipersunting oleh Samil untuk mendampinginya mewujudkan cita-citanya. Kyai Mustofa ternyata sangat mendukung cita-cita mulia dari Samil sang menanti. Lahan hijau yang selama ini hanya ditanami pepohonan rindang dan buah-buahan siap untuk diserahkan pengelolaannya kepada Samil untuk dikembangkan menjadi pesantren tahfidz impian Samil. Bak dicinta ulam pun tiba, demikian kata pepatah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun