Mohon tunggu...
Gus Ros
Gus Ros Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Masih belajar dan terus belajar ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meraih Asa Bersama Sahabat

10 Februari 2017   09:40 Diperbarui: 10 Februari 2017   10:01 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pantai di larantuka [dok.pribadi]

Setelah sukses dalam proyek pertama yang digagas oleh Samil dan support penuh dari dana CSR perusahaanku, kali ini Samil kembali mengajukan sebuah proyek yang tidak kalah hebat. Ya, dia sedang menggagas sebuah pesantren tahfidz bernuansa alam dengan komposisi fifty-fifty antara santri umum dan dhuafa.

Dalam proposalnya Samil menjelaskan tujuan dari konsep pesantren yang digagasnya itu, selain untuk mencetak generasi qurani dan mengembalikan pola hidup yang bersahabat dengan alam, juga menghilangkan sekat antara si kaya dan si miskin.

‘Menghilangkan sekat si kaya dan si miskin’, hal ini sangat menarik bagiku. Kalimat itu adalah pengalaman hidup di pesantren yang aku rasakan selama ini. Ya..dengan bersahabat dengan Samil, seorang anak desa yang sederhana mampu memberikan pelajaran yang berharga tentang mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

***

Suatu sore di akhir pekan ayah, bunda, Salma dan Raihan datang ke pesantren. Saat itu beberapa orang tua berkunjung ke pesantren untuk bertemu dan melepas rindu dengan anak-anaknya. Kali ini aku dibawakan dua stel baju koko dan sarung lengkap dengan kopyah warna hitam.

“Ayah, bunda.. sebelumnya Jundy mohon maaf. Baju, sarung dan kopyah Jundy masih bagus-bagus dan jumlahnya masih sangat cukup untuk dipakai bergantian.”

“Jika ayah dan bunda berkenan, baju-baju ini akan Jundy hadiahkan ke Samil.”

Ayah dan bundaku penuh haru mengiyakan permintaanku. Sudah lama kuperhatikan pakaian Samil itu-itu saja dan sedikit agak lusuh.

Selain kebutuhan pakaian, ayah dan bundaku juga meninggalkan sejumlah uang saku bulanan buatku. Meskipun makan minum sehari-hari sudah tersedia di asrama, uang itu untuk membeli kebutuhan lain-lain yang tidak disediakan oleh pesantren ataupun sekedar untuk beli jajanan. Sebagai sahabat dekat, aku sangat tahu kondisi Samil. Untuk makanan, dia hanya mengandalkan jatah dari pesantren. Sehingga saat aku ingin jajanan diluar makanan dari pesantren, selalu kubeli dua porsi. Satu porsi untukku dan satu porsi untuk kuberikan kepada Samil. Sejak itu ayah dan bundaku selalu membagi barang yang sama kepada Samil atas apa yang dibawakan untukku.

Sebaliknya suatu hari orangtua Samil berkesempatan berkunjung ke pesantren. Betapa girangnya Samil saat itu. Ibunya Samil membawa makanan kesukaannya. Ya..kripik singkong. Ibunya membawakan satu kantong plastik besar. Selain dinikmati sendiri, Samil juga berbagi kepada teman-temannya. Spesial untukku Samil mengajakku menikmati kripik singkong sambil brainstorming tentang cita-cita dipinggir sungai kecil di samping pesantren.

“Rasulullah adalah seorang pebisnis yang jujur sehingga diberi gelar al amin yang artinya dapat di percaya. Rasanya aku ingin seperti rasulullah, menjadi seorang pebisnis yang jujur. Kalau kamu, bagaimana Sami? Apa harapan dan cita-citamu?” tanyaku kepada Samil yang dari tadi belum berhenti mengunyah keripik singkong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun