Mohon tunggu...
Abdul Ghofar
Abdul Ghofar Mohon Tunggu... Operator - Menulis mengisi waktu mengungkap rasa

Santai

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Kesurupan

15 Oktober 2023   03:21 Diperbarui: 15 Oktober 2023   07:27 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa yang terjadi sudah lebih dari lima belas tahun lalu, ada Tetangga yang kesurupan.

Malam itu tiba-tiba pintu pagar saya di ketok-ketok ibu-ibu, tetangga sebelah utara rumah saya.

“ Pak, pak pak opiiik,”

“ Iya buu ada apa?” Tanya saya.

“ Tolong Pak, Ibu S kesurupan,”

“ Lo la bapak H kemana?” Saya bertanya kepada ibu itu sambil mbatin, kok minta tolong kesaya, padahal yang sering bicara tentang yang gaib-gaib itu Pak H bukan saya. Ibu itu memberi tahu kalau Pak H ada dirumah, tapi kenapa kok saya yang dipanggil.

Akhirnya saya iyakan untuk datang ke rumah ibu S, sambil tetap bertanya dalam hati, kenapa minta tolong saya, saya bisa apa, saya ini takut dengan yang begituan, jangankan berhubungan atau melihat, baru mendengar cerita horor saja saya sudah ketakutan.

Menuju TKP

Ya Karena didorong semangat membantu, bertetangga, akhirnya saya beranikan diri untuk berangkat menuju rumah ibu-ibu yang katanya kesurupan itu, sejak dari mendengar kabar itu, sampai perjalanan menuju lokasi, yang saya rasakan hampir seluruh bulu badan saya terasa berdiri, terutama bulu kuduk, peraşaan saya rambut kepala ini berdiri semua. 

Sayapun ajak istri saya untuk menemani saya yang menggigil ketakutan tapi tetap berusaha tegar, meski kadang terasa tercekik ketika berbicara.

Jalan menuju lokasi agak gelap, melewati dua rumah kosong dikanan jalan dan dua rumah kosong disebelah kiri jalan. Maklum perumahan masih baru, penghuninya belum banyak.

Ketika berjalan, badan terasa melayang, kaki terasa tidak napak tanah, bulu-bulu badan terasa berdiri, jantung berdegup, ludah terasa pahit, takut sekali tapi terpaksa berani dengan ditemani istri yang berjalan disebelah kanan saya.

Di TKP

Didepan pintu rumah ibu S saya berdiri sejenak, pintunya terbuka.

Beruntung ibu S dikerumunin beberapa ibu yang lain, kalau tidak, mungkin saya sudah balik kanan ambil langkah seribu. 

Baru kali itu saya melihat secara langsung orang yang katanya kesurupan. 

Saya lihat ibu S matanya merem, dibilang menangis tapi tertawa, dibilang tertawa tapi menangis, tangannya menggenggam rapat kaku, kakinya kejang, rambut acak-acakan, pemandangan yang membuat saya makin menggigil kebingungan.

Segelas Air Putih

Dalam kebingungan bercampur ketakutan saya beranikan untuk berbicara meski terasa tercekik, ludah kering pahit dimulut.

“ Dik, saya minta regelas air putih “, pinta saya kepada anaknya. 

Padahal sayapun sebenarnya tidak tahu, harus bagaimana dan diapakan segelas air putih itu.

“ Ini Pak Opik,” Anak ibu S tadi memberikan segelas air putih kapada saya, dan sayapun menerimanya dengan gemetar dan kebingungan.

Berdoa

Dalam keadaan kebingungan, saya berjalan kebagian belakang rumah ibu S, 

saya ingin berdoa seperti yang saya lihat ditelevisi, saya baca doa-doa sebisanya, tapi saya ingin berdoanya bersembunyi, karena takut malu kalau nanti doanya tidak manjur.

Setelah berdoapun bingung harus ngapain.

Akhirnya keluar ide, setelah berdoa saya tiupkan kedalam segelas air putih itu.

Sembuh.

Setelah itu saya masuk kedalam rumah dengan segelas air putih yang sudah saya tiup dengan abab doa.

Lagi-lagi kebingungan harus bagaimana, maklum, benar-benar pertama kali buat saya, mengalami kejadian seperti itu. 

Tiba-tiba ada ide, saya kepyurkan air putih dengan tiga Jari tangan kanan yang saya celupkan kedalam gelas kemuka Ibu S, dan ajaibnya, setelah tiga kali kepyuran ( percikan ) air, ibu S berangsur tenang, tawa setengah tangisnya memelan, dan “ lep “ dia langsung seperti orang yang tertidur pulas.

Plong rasanya, Alhamdulillah yes! Yes! Yes! berhasil.

Akhirnya dengan agak jumawa, meski masih belum hilang ketakutan saya, saya bilang ke anaknya, “ Dik, nanti kalau mamahnya bangun, suruh minum air ini ya!”

“ Iya Pak Opik, terima kasih “

Sementara itu sayapun masih kebingungan, itu sembuh sebab air doa saya atau memang sudan waktunya sembuh karena ibu S sudah lelah. 

Opik adalah panggilan anak pertama saya.

Sekarang tempat dan kisah itu sudah jadi kenangan, sejak akhir tahun 2005 saya sudah pindah dari tempat itu.

Kenangan pengalaman pertama yang menakutkan, menolong orang yang kesurupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun