Jalan menuju lokasi agak gelap, melewati dua rumah kosong dikanan jalan dan dua rumah kosong disebelah kiri jalan. Maklum perumahan masih baru, penghuninya belum banyak.
Ketika berjalan, badan terasa melayang, kaki terasa tidak napak tanah, bulu-bulu badan terasa berdiri, jantung berdegup, ludah terasa pahit, takut sekali tapi terpaksa berani dengan ditemani istri yang berjalan disebelah kanan saya.
Di TKP
Didepan pintu rumah ibu S saya berdiri sejenak, pintunya terbuka.
Beruntung ibu S dikerumunin beberapa ibu yang lain, kalau tidak, mungkin saya sudah balik kanan ambil langkah seribu.Â
Baru kali itu saya melihat secara langsung orang yang katanya kesurupan.Â
Saya lihat ibu S matanya merem, dibilang menangis tapi tertawa, dibilang tertawa tapi menangis, tangannya menggenggam rapat kaku, kakinya kejang, rambut acak-acakan, pemandangan yang membuat saya makin menggigil kebingungan.
Segelas Air Putih
Dalam kebingungan bercampur ketakutan saya beranikan untuk berbicara meski terasa tercekik, ludah kering pahit dimulut.
“ Dik, saya minta regelas air putih “, pinta saya kepada anaknya.Â
Padahal sayapun sebenarnya tidak tahu, harus bagaimana dan diapakan segelas air putih itu.