Lia benar-benar berusaha menahan tawa. Apalagi diingatnya suara Demun bergetar di ponselnya, bahkan sehari bisa empat sampai enam kali. Ada saja alasan yang hendak dibicarakan Demun, dan sering kali hal-hal di luar urusan pekerjaan.Â
Selama sekian tahun lalu menikah siri pun, ia tidak pernah peduli dengan cinta remaja semacam itu, sebab cintanya sudah berakhir di hati Odang. Bekerja lebih utama, apalagi masih diberi kekuatan fisik yang baik dalam situasi alam terbuka untuk sebuah proyek.
Ia menyadari bahwa dalam sisa usia yang tergolong tidak produktif lagi justru masih dipercaya oleh rekannya, Sarwan, yang merupakan bos kontraktornya. Sarwan baru empat puluhan tahun, tetapi masih memercayainya untuk bekerja sama dalam bidang jasa konstruksi.
Pertemuannya dengan Sarwan pun termasuk sebuah kebetulan. Proyek yang dikerjakannya ketika itu berada di dekat rumah Sarwan, dan ia pernah didatangi Sarwan untuk diajak bekerja sama karena ia memiliki anak buah yang terampil dan cekatan.
Proyek yang sekarang ditanganinya merupakan proyek pertama bersama Sarwan. Lia juga memberi tahu bahwa laki-laki berusia tujuh puluh tahunan bernama Odang merupakan suami sirinya, dan Sarwan tidak keberatan dalam kerja sama ini.
Sejak awal menangani proyek bersama Sarwan, ia tidak berniat berkomunikasi dengan si pemilik proyek alias Demun, karena tidak ada jalur koordinasi secara langsung antara ia dan bos developer itu. Urusannya tidak dengan Demun, titik.Â
Akan tetapi, akhir-akhir ini dan saban pagi justru ia dikunjungi sapaan bertabur bunga-bunga oleh Demun. Ia tidak pernah membeberkan perihal tersebut kepada Sarwan, apalagi kepada Odang. Â
Lia tidak mau direpotkan dengan apa pun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, terlebih waktu bekerja seharian sudah habis. Kalaupun harus berhadapan dengan preman setempat, ia sudah terbiasa dengan pergaulan semacam itu, bahkan baru saja beberapa preman pergi dari kontrakannya.
Saatnya di teras ia menunggu Odang yang sedang mandi sore di kontrakan. Keduanya memang berbeda kontrakan, karena untuk menghindari omongan orang-orang. Keduanya datang dengan satu tujuan, yaitu pekerjaan. Urusan rumah tangga, bisa dinomorsekiankan.
Tugas utama Lia berkaitan dengan pengelolaan tenaga kerja alias tukang dan kuli, sekaligus negosiasi untuk pembayaran jasa mereka. Kalau ada pekerja yang komplain mengenai pembayaran, ia selalu siap menunggu di kontrakannya.
Sementara tugas Odang berkaitan dengan pengukuran dan tata-kelola kavling. Odang dibantu oleh anak kandungnya, yaitu Bedul.