"Kita putar ke kanan. Kita melihat dari samping saja sambil menuju darat."
"Beres, Pak." Sarwan segera mengambil dayung cadangan untuk membantu Oji mengubah arah perahu.
Dari arah menyamping Oji melihat pemandangan lainnya. Sebuah perahu kayu dari daratan menuju posisi ikan raksasa. Di atas perahu itu tampak dua orang.
Apa yang akan mereka lakukan terhadap ikan itu, pikir Oji. Jangan-jangan...
Terbayanglah suatu benda berujung mirip anak panah yang bisa membahayakan keselamatan ikan raksasa itu.
***
Oji terus mendayung dan mengarahkan perahu ke arah samping ikan besar dan perahu yang mendekati itu. Dalam benaknya berkecamuk kekhawatiran terhadap raja laut yang tidak pernah mencelakai para nelayan.
Ia benar-benar ingin memastikan bahwa perahu dan orang di perahu tidak membawa senjata berbahaya. Ya, tidak ada hal paling dipikirkannya selain nasib ikan raksasa itu. Sementara Sarwan semakin sibuk mengeluarkan air dari perut perahu.
Pada jarak yang dianggap Oji sejajar antara perahunya dan ikan raksasa terhadap bibir pantai, barulah dayung berhenti. Dadanya berdebar-debar.
Bayangan mengerikan bermain-main dalam pikirannya. Senjata berbahaya. Ikan tertancap dan berdarah-darah. Air laut memerah. Anyir akan memenuhi udara kampung nelayan. Entah akan terjadi bencana apa jika ikan raksasa itu terbunuh.
Plak! Oji menepuk jidat dengan suara yang mengagetkan Sarwan. Sarwan menghentikan kegiatan membuang air dengan tempurung kelapa sambil menatap bapaknya, lalu menoleh ke arah ikan raksasa dan perahu yang mendekati ikan itu.