Diikuti dengan Manoj Punjabi bos dari MD Entertainment dengan film-film jagoan seperti ayat-ayat cinta, Habibie dan Ainun, dan KK Dhreeraj yang terkenal dengan film-film horrornya (Merdeka.com, 3 Oktober 2015). Hal tersebut sejalan dengan banyak produser yang mendirikan kantor distribusi di negara-negara yang berpotensi, sehingga film-film di Indonesia saat ini dikuasai oleh orang-orang keturunan India dan dapat dikategorikan sebagai sebuah imperialisme buadaya dari India sama hal nya dengan yang dilakukan oleh Amerika dengan Indonesia yaitu CNN telah membuka kantornya di Indonesia dan bekerjasama dengan Transcorp.
Korea
Korea, khususnya Korea Selatan terkenal dengan sebutan Hallyu(Korean Wave). Dimulai pada tahun 1997 dengan drama Love All About dan menjadi populer setelah jam tayangnya dipindahkan ke prime time. Korean Wave juga terkenal dengan musik-musik yang sering kita dengar dengan sebutan K-Pop, drama-drama mini serie yang populer di seluruh asia hingga ke negara-negara barat. Dunia hiburan seperti musik-musik, animasi, permainan dan buku-buku yang di produksi korea mengahilkan $4,6 miliar.
Sejak tahun 1997 yang dimulai drama Love All About tersebut banyak permintaan dari Hongkong, Taiwan, dan Singapura  untuk menyiarkan drama-drama dari korea yang nantinya menjadi sangat populer. Terutama pada tahun 2000 permintaan yang sangat besar dari Taiwan, yang akhirnya menggeser film-film dan drama dari Jepang karena harganya yang relatif mahal. Korean Wave juga ditandai dengan SM Entertainment salah satu agensi musik, producion house di korea membuka anak perusahaan di Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Cina. SM Entertainment merupakan agensi yang melahirkan grup Girl Band ternama di dunia dari korea yaitu Girls Generation/SNSD.
Total ekspor produk musik Korea sendiri pada tahun 2010 mencapai $8,3juta, pasar terbesar Korea adalah Asia mencapai angka 71%. Dalam industri film maupun musik yang ada di Korea sering diadakannya festival penghargaan yang bertujuan untuk menarik pembeli dari luar akan film Korea maupun grup-grup pemusik. Berkembang pesatnya industri perfilman di korea mengalahkan film-film yang diimpor dari Hollywood maupun dari negara barat. Film-film dari negara barat seperti Amerika sering tidak sesuai dengan kebudayaan korea, karena banyak mengandung unsur sex, pembunuhan dan hal-hal yang tidak senonoh yang berlawanan dengan nilai-nilai konfusius yang banyak dianut oleh kebudayaan korea.
Nilai-nilai kebudayaan Korea tersebut banyak tercermin kepada drama-drama dan film produksi negara ginseng tersebut yang berfokus pada 5 nilai seperti keharmonian, ketegangan, kompromi, partisipasi, kesepahaman. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya dalam drama dan film Korea merupakan perpaduan antara Amerika dengan nilai-nilai konfusius dari Cina dan Jepang.
Kuatnya pengaruh Korea tersebut sangat berpengaruh terhadap gaya hidup pemuda-pemuda saat ini, tidak terkecuali di Indonesia, dengan menghabiskan uang untuk mengecat rambut, membeli setelah pakaian, dan fashion untuk mereka sendiri agar terlihat mirip seperti artis idolanya atau Boy Band dan Girl Band. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai imperialisme budaya yang sangat kuat dan mendukung budaya konsumtif yang sama dengan yang dilakukan oleh Amerika melalui Disney Land.
Argumen tersebut dilawan oleh pemerintahan Korea, dengan alasan untuk meningkatkan produk dan peningkatan kergaman industri budaya di asia, serta untuk menjadi tameng dari imperialisme barat.Â
Menurut penulis benar bahwa Korean Wave dapat menutupi dominasi imperialisme barat di Asia, tetapi pada akhirnya sama saja Korea akan menjadi Imperialisme timur yang sangat kuat dan berpengaruh terhadap negara-negara tetangganya yang dapat menimbulkan perilaku konsumtif. Terbukti lagi dengan film atau drama yang ditonton oleh khalayak, yang mengambil setting tempat yang bagus, dan kemudian pihak tour and travel mempromosikan tempat liburan di Korea mengambil latar tempat dari salah satu film yang digemari oleh khalayaknya.
Terdapat beberapa catatan mengenai media-media yang ada di Asia (McPhail, 2014,
- Asia bukan kawasan yang terlalu luas, tetapi populasi masyarakatnya adalah yang terbesar di dunia, dan memiliki sistem politik, ekonomi, dan kebudayaan yang berbeda-beda, lalu kecepatan, skala, ruang lingkup dan fokus media di asia berbeda-beda. sehingga sulit untuk menggeneralisasi dan menarik garis lurus secara keseluruhan apa saja yang menjadi aspek persamaan, tetapi disini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa, konten-konten seperti film dan musik yang ada di Asia masih mempertimbangkan unsur dan nilai-nilai kebudayaan yang dianutnya, kemudian dikomunikasikan yang sesuai dengan kebudayaannya terutama seperti di Negara Korea, dan Cina.
- Perlu studi yang lebih dalam , karena motivasi dari suatu negara untuk memberi dukungan kepada media itu berbeda-beda.
- Kebijakan membuka pasar bisa menjadi pedang bermata dua bagi negara yang tidak sanggup mengontrol besarnya arus globalisasi yang datang kesuatu negara, salah satunya adalah negara India yang menjadi korbannya
Berikut persamaan dan perbedaan media di Asia dan Amerika