Mohon tunggu...
Gus Negara
Gus Negara Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Imperialisme Budaya yang Dilakukan Media di Asia dan Amerika

28 Februari 2018   00:10 Diperbarui: 6 Maret 2018   22:30 4108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tetapi film animasi dan horror yang sebegitu lakunya tidak dibarengi dengan acara-acara televisi Jepang. Khususnya di Korea dan Cina, karena masalah politik terutama karena sejarah mencata bahwa Cina dan Korea dahulu adalah daerah jajahan negri matahari terbit tersebut(McPhail, 2014, h. 255)

Kembali ke film-film buatan Jepang, pasar terbesar dan paling berpotensial dan menduduki puncak tertinggi adalah Asia, didukung dengan Amerika, Eropa, Amerika Selatan, dan sisanya negara lain diluar dari regional tersebut.

Terkait imperialisme budaya yang dilakukan oleh Amerika seperti dan juga dilakukan oleh Jepang, kita dapat melihat banyaknya pemuda-pemuda berpakaian layaknya tokoh kartun jepang yang sering kita sebut dengan Cosplay di dalam event-event tertentu. Kita melihat hal tersebut dilakukan Amerika dalam event seperti Comic Con, sedangkan event cosplay terbesar di Jepang ada di World Cosplay Summit. Apa yang dilakukan oleh Amerika terkait imperialisme budaya dari film-film produksi Disney seperti karakter-karakter dari Marvel juga dilakukan oleh Jepang melalui medianya dari film-film animasi mereka.

India

India juga merupakan salah satu negara yang banyak mempengaruhi dunia dari media dan hiburannya. Bollywood dari kata Bombay, yang merupakan salah satu pusat produksi film India. Bollywood mengekpor film ke timur tengah, Asia, Afrika, Eropa timur, Amerika, serta Inggris. Inggris banyak menerima film-film dari Bollywood karena banyaknya imigran dari India yang dulunya tinggal di Inggris (McPhail, 2014, h.258).

Bollywood sendiri memproduksi 800 film setiap tahunnya dalam 15 tahun terakhir. Film-film produksi Bollywood banyak memadukan unsur tarian-tarian dan nyanyian-nyanyian untuk mengekpresikan suatu keadaan hati dari pemeran dalam film tersebut. berbicara tentang Bolywood kita tak jauh dari bintang legenda seperti Shahrukh Khan yang terkenal dengan film nya Kuch Kuch Hota Hai, Amir Khan dengan film 3 Idiotsnya yang penjualannya mencapai $23,9 juta, diikuti dengan film My Name Is Khan dengan angka $22,15 juta. Importir dan pasar terbesar dari Hollywood sendiri adalah timur tengah dan negara-negara tetangga India seperti Bangladesh, Srilanka, serta Asia Tenggara yaitu Malaysia (McPhail, 2014, h. 259).

Dahulu untuk menjual film-film dari Hollywood sangat susah, tetapi setelah DVD dan VCD populer, penyebaran film-film produksi Hollywood kian dimudahkan. Serta harga ekspor dari dari film-film tersebut juga meningkat karena banyaknya permintaan. Banyak juga produser-produser film dari Bollywood mendirikankantor distribusi di Inggris dan Amerika. Kemudian untuk memperluas pasarnya India juga bekerjasama dengan Cina agar filmnya bisa dinikmati di negara tirai bambu tersebut(McPhail, 2014, h. 259).

India juga banyak bekerjasama dan membuka sebesar-besarnya pasar dalam dunia hiburan. Negara-negara seperti Amerika, Inggris, Brasil, Prancis, Itali, Selandia Baru, Polandia, Spanyol banyak menginvestasikan uangnya dalam industri hiburan multimedia di India, yang bertujuan agar banyaknya modal yang masuk ke negara tersebut. 

Banyaknya investor asing dalam perfilman, besar pengaruhnya terhadap konten-konten dari film-film yang di produksi bollywood. India mulai kehilangan identitas dan kebudayaan karena budaya barat menutupi budaya asli dari India. Hal ini dapat dikatakan sebagai hollywoodisasidari Bollywood. Produser film akhirnya lebih tertarik untuk memproduksi film-film untuk kelas menengah atas yang memiliki daya beli lebih besar, dan film-film tersebut ditayangkan di bioskop-bioskop yang dianggap lebih berkelas dibanding sebelumnya (McPhail, 2014, h. 260).

Dalam hal ini membuka pasar sebesar-besarnya tidak selalu menjadi hal yang baik, akibatnya seperti masalah diatas, budaya asli dari India sedikit demi sedikit luntur akibat banyaknya investor asing yang menginvestasikan uangnya untuk membuat sebuah film yang mengangkat budaya barat dan lama kelamaan meninggalkan budaya India.

Tetapi melihat perkembangannya di Indonesia, saat ini produser-produser keturunan India banyak mengambil alih dunia perfilman yang ada. Nama-nama sepert Raam Punjabi salah satu bos dari Multivision Plus(MVP Pictures) yang memproduseri Warkop DKI, Chand Parves yang memproduseri film Heart (2006), Love is Cinta (2007), Get Married (2007), Cinta Brontosaurus (2013). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun