PERILAKU OVERCONFIDIENCE, OVER REACTION DAN HERDING BIAS DALAM PENGELOLAAN WISATA DESA TEJAKULA
oleh Bagus Made Arisudana
(MAHASIWA PRODI S2 ILMU MANAJEMEN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA)
I. Â PENDAHULUAN
Desa Tejakula merupakan salah satu desa tua yang ada di kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa ini memiliki sejarah yang Panjang, tertulis dalam prasasti Raja Janasadhu Warmadewa berangka tahun Icaka 897 atau tahun 975 masehi, dinyatakan desa tejakula disebut dengan nama "Hiliran" kemudian lama kelamaan diubah menjadi "Paminggir". Diceritakan dalam perjalanannya para manggala desa kembali menetepkan kata paminggir menjadi "hiliran" yang lebih dikenal dengan kata "liran", penetapan kembali nama pamiggir menjadi hiliran atau liran sejak tahun Icaka 1854 atau tahun 1932 masehi, berdasarkan awig-awig desa tejakula yang ditulis oleh para manggala desa dalam bentuk lontar sesuai lontar di gedung kertya, (sima desa tejakula nomor. 798) Â yang telah diterjemahkan tahun 1994 masehi. Terkait dengan kata paminggir, ada lagi dari manggala desa berpendapat bahwa kata paminggir berasal dari bahasa sansekerta yang sama dengan kata "Kula" dengan menggunakan "U" panjang (dirga) yang berarti "tepi" atau sisi, kemudian kata kula di depannya diisi kata "Teja" yang berarti "sinar atau cahaya", kata teja yang berarti sinar, menurut cerita penglinsir (mitos) yang ada, bahwa dahulu pernah dilihat adanya Teja atau Cahaya yang sangat besar dari langit lalu cahaya yang besar itu jatuh di tepi atau batas sebelah timur desa liran, maka mulai saat itulah kata teja dilestarikan dengan menaruh di depan kata "kula" sehingga menjadi Tejakula (sinar yang jatuh di pinggir atau tepi ataupun batas). Tejakula sendiri merupakan suatu wilayah yang sering memancarkan teja atau cahaya ke angkasa memberikan febrasi/haura yang positif kepada krama atau desa begitupula keadaan tanahnya juga sangat subur lingkungan alam yang asri hingga penduduknya dapat hidup penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman. (sejarah desa tejakula, 2017).
Desa Tejakula memiliki kondisi sosial masyarakat dan lingkungan alam yang harmonis, hal ini memberikan dampak positif bagi jiwa menjadi tenang dalam berimajinasi dan kemudian mengespresikan kemampuan yang melahirkan berbagai bentuk karya seni sebagai wujud persembahan kepada yang maha kuasa, antara lain seni tari seperti : gambuh, parwa, sanghyang dedari, wayang wong, berbagai jenis tari baris, seni kerawitan, seni ukir, seni patung, dan lain-lain. Kesinian yang ada di desa Tejakula banyak yang bersifat sakral artinya jenis kesenian tersebut baru dipentaskan pada kegiatan upacara atau wali. Karya seni dari para leluhur yang sangat adhi luhung biasanya dipentaskan di tempat suci seperti Pura. Oleh sebab itu generasi penerus berfikir agar nantinya karya seni tersebut dapat dipentaskan di luar kegiatan upacara atau wali maka dibuatlah duplikat perlengkapan dengan mendirikan sekaa penari seperti wayang wong, yang pernah tampil ke mancanegara dan mendapat pengakuan dari UNESCO, semua ini dapat terpelihara dengan baik dan tumbuh subur sampai sekarang.Â
Melihat kenyataan sejarah dari desa Tejakula yang luar biasa dan memiliki potensi dari sumber daya alam dan sumber daya manusianya terutama dalam bidang seni, membuat banyak tokoh desa mengharapkan desa Tejakula bisa menjadi Desa Wisata. Dimana dalam perkembangannya, desa Tejakula sudah pernah mengadakan suatu Festival Wisata Desa, yang dilaksanakan oleh para pemudanya dalam naungan organisasi Karang Taruna yaitu "Karang Taruna Kumara Sentana Graha". Keyakinan kaum muda akan potensi yang dimiliki oleh desa Tejakula menjadi awal dari pergerakan mewujudkan desa Tejakula menjadi Desa Wisata. Dari faktor sumber daya alam desa Tejakula memiliki bukit dan Pantai yang indah. Bukit yang asri bisa menjadi jalur wisata trekking yang luar biasa, di Pantai juga tidak kalah indahnya di Pantai tejakula kita dapat melihat pengelolaan Garam Palungan Tejakula, terumbu karang dan Dolphin. Kaum muda yakin jika semua pihak dan tokoh mau Bersatu dalam mengembangkan Potensi Desa yang ada maka Desa Tejakula pasti bisa terdaftar sebagai Daerah Tujuan Wisata dan menghasilkan Pendapatan Asli Desa yang maksimal.
II. Â KAJIAN PUSTAKA
a. Â Overconfidience
Menurut Pompian (2006), overconfidience adalah kepercayaan diri investor yang menganggap informasi yang dimilikinya lebih tepat daripada keadaan yang sebenarnya biasanya muncul karena pengalaman yang telah dialaminya. Menurut Shefrin (2007) overconfidience bias dibagi menjadi dua kelompok yaitu terlalu percaya diri terhadap kemampuan atau overconfidience about ability dan terlalu percaya diri terhadap pengetahuan atau overconfidience about knowledge. Orang yang merasa terlalu percaya diri terhadap kemampuannya menganggap diri mereka lebih baik daripada orang lain yang paham sebenarnya. Sedangkan orang yang merasa terlalu percaya diri terhadap pengetahuannya menganggap diri mereka tahu lebih banyak dari orang lain.
b. Â Over Reaction
Over reaction pada dasarnya menyatakan bahwa pasar telah bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi (De Bond and Thaler, 1985). Artinya over reaction merupakan salah satu perilaku keuangan dimana investor memiliki emosi berlebih di pasar saham yang biasanya reaksi berlebihan itu terhadap suatu informasi baru.
c. Â Herding BiasÂ
Perilaku Herding dapat terjadi saat informasi yang dimiliki seseorang lebih dipengaruhi oleh informasi sebuah keputusan publik, kelompok maupun investor lain dalam pengambilan keputusan berinvestasi (Areiqat et al., 2019). Investor memiliki anggapan bahwa investor lain mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam berinvestasi. Oleh karena itu investor lebih percaya dan mengikuti keputusan yang dibuat oleh investor lain yang dianggap kemampuannya lebih baik. Herding dapat membuat seseorang tiba-tiba merubah keputusannya karena herding sangat terpengaruh dengan pilihan investasi orang lain. Walaupun pilihan masyarakat mungkin saja buruk (Atiqoturrosyidah Humairoa dan Bagus Panuntun, 2022).
III. Â PEMBAHASAN
Berdasarkan dari pengertian secara teori mengenai apa itu perilaku keuangan overconfidence, over reaction dan herding bias itu sendiri maka dalam hal Pengelolaan Wisata Desa Tejakula hal ini banyak terjadi dan menyebabkan lambatnya perkembangan kemajuan Desa Tejakula dalam pengelolaan wisata walaupun tidak dipungkiri pengelolaan wisata di desa Tejakula sudah ada dan sudah berjalan cukup baik hanya saja belum maksimal dirasakan dampaknya oleh masyarakat dan belum maksimal meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) di Desa Tejakula. Mengapa itu bisa terjadi? agar lebih jelas dalam penelitian ini kita lihat hubungan secara teori antara perilaku keuangan tersebut dengan bagaimana pengelolaan wisata desa Tejakula.
a. Â Hubungan Perilaku Overconfidience terhadap Pengelolaan Wisata Desa Tejakula
Secara teori perilaku overconfidience merupakan suatu perilaku individu yang biasanya memiliki keyakinan diri berlebih. Seperti dalam penelitian Shefrin (2007) yang membagi perilaku overconfidience menjadi dua kelompok yaitu terlalu percaya diri terhadap kemampuan atau overconfidience about ability dan terlalu percaya diri terhadap pengetahuan atau overconfidience about knowledge. Sama halnya dalam pengelolaan wisata desa Tejakula banyak terdapat orang atau individu yang merasa terlalu percaya diri terhadap kemampuannya menganggap diri mereka lebih baik dari pada orang lain, disetiap pembahasan rencana pengembangan wisata desa, orang -- orang ini selalu merasa tanpa kehadiran mereka maka pengembangan wisata itu tidak akan berjalan. Selain itu ada juga orang yang merasa terlalu percaya diri terhadap pengetahuannya menganggap diri mereka tahu lebih banyak dari orang lain. Mereka merasa ketika ada orang lain yang berkomentar atau memberi masukan mengenai rencana pengembangan wisata tersebut dianggap tidak penting dan pandangannyalah paling benar dengan segudang alasan dan pemahaman yang mereka miliki. Hal -- hal ini seringkali membuat bingung dan menjadikan pengambil kebijakan menjadi ragu, dikarenakan kurangnya dukungan dari masyarakat yang dianggap sebagai tokoh.
Suatu ketika dalam perencanaan pengembangan wisata alam berlokasi di cesar ceking. Awalnya konsep sudah dengan sangat matang direncanakan dan sudah lumayan menghabiskan anggaran dari Desa dan BUM Desa, tetapi karena terjadi konflik di masyarakat di tambah lagi dengan adanya pandemic covid 19 mengakibatkan lokasi wisata alam tersebut terbengkalai dan hanya menyisakan puing -- puing dan cerita bahwa di lokasi tersebut pernah ada tempat wisata selfi yang instagramable. Investasi yang dilakukan pemerintah desa seolah -- olah tidak menghasilkan dan hanya menjadi bahan evaluasi.
b. Â Hubungan Perilaku Over Reaction terhadap Pengelolaan Wisata Desa Tejakula
Over reaction ini pada dasarnya menyatakan bahwa pasar telah bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi (De Bond and Thaler, 1985). Hubungannya dengan pengelolaan wisata desa tejakula ini sangat erat kaitannya, contoh saat Karang Taruna Kumara Sentana Graha melaksanakan event Festival Wisata Desa tujuannya untuk mengenalkan Potensi Desa yang kami cintai. Kami mengundang dan mengajak para seniman untuk ikut berpartisipasi dalam pementasan diacara tersebut harapannya dapat menghasilkan income dan menjadi kegiatan berkelanjutan guna meningkatkan prekonomian masyarakat. Dukungan pemerintah desa sangat maksimal dengan dianggarkannya dana senilai Rp. 70.000.000,- dan hal ini kami informasikan ke semua pihak termasuk seniman yang ada di desa Tejakula.
Kenyataan dilapangan banyak pihak yang mengintervensi dalam kegiatan, banyak yang ingin tampil tetapi menetapkan biaya yang tidak sedikit. Kegiatan tersebut akhirnya berjalan dan bisa dikatakan sukses, realisasi anggaranpun tidak sedikit bahkan jauh melebihi dari anggaran yang diberikan pemerintah desa, walaupun demikian kami merasa puas. Evaluasi dari hal tersebut, dengan simpulan kegiatan ini tidak bisa dijalankan setiap tahunnya, artinya untuk apa membuat event jika antara apa yang kita keluarkan tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan.
c. Â Hubungan Perilaku Herding Bias terhadap Pengelolaan Wisata Desa Tejakula
Perilaku keuangan Herding ialah saat informasi yang dimiliki seseorang lebih dipengaruhi oleh informasi atau keputusan publik, kelompok maupun orang lain dalam mengambil keputusan investasi. Hal ini terjadi dikarenakan si pengambil keputusan belum benar -- benar memahami bagaimana informasi baru tersebut menjadi suatu peluang atau hanya sebagai noise.
Melihat dari kenyataan dalam pengelolaan wisata desa Tejakula, si pengambil keputusan menurut pandangan saya terlalu lama berpikir dan terkesan menunggu respon dari publik. Masyarakat terlihat masih banyak yang belum siap dan takut akan adanya perubahan yang akan terjadi jika nantinya banyak wisatawan hadir ke desa juga masih menjadi suatu perbincangan hangat.
Belum lagi kebiasaan masyarakat desa yang suka meniru apa yang dilakukan masyarakat lainnya yang sudah terbukti berhasil. Contoh usaha nasi jinggo, awalnya di desa hanya ada satu pengusaha atau penjual nasi jinggo, tapi kini setiap persimpangan jalan kita bisa dengan sangat mudah menjumpai penjual nasi jinggo. Menurut saya ini menjadi fenomena nyata bahwa perilaku Herding terjadi di desa Tejakula. Artinya ketika ada orang lain yang berani mempelopori dan terlihat sukses atau berhasil, barulah masyarakat cendrung mengikuti dan meniru usaha tersebut.
IV. Â PENUTUP
a. Â Simpulan
Perilaku keuangan Overconfidience, over reaction dan herding bias ini sangat jelas terlihat dan dapat dirasakan dalam hal pengelolaan wisata desa Tejakula. Jika dipahami lebih mendalam bahkan dalam kehidupan bermasyarakat perilaku -- perilaku tersebut juga sangat sering dijumpai. Orang cenderung merasa yakin akan apa yang dimilikinya entah itu pengetahuan, pengalaman ataupun kemampuan dalam mengerjakan suatu hal yang memang sering dilakukan bahkan terkesan senang meremehkan kemampuan orang lain. Orang cenderung senang secara berlebihan merespon suatu kejadian di masyarakat, namun akan menirunya jika melihat orang lain tersebut berhasil.
b. Â Saran
Saran dalam pengelolaan wisata desa Tejakula dibutuhkan pemimpin desa yang mempunyai program nyata dan berani mewujudkanya. Pemimpin yang tahu apa yang harus dikerjakan dan paham apa saja potensi desa yang bisa dikembangkan. Visi jelas dengan Misi yang tepat, terukur dan bisa dikerjakan oleh semua komponen pendukung yang ada di desa Tejakula khususnya. Bisa berkerjasama dengan pihak -- pihak eksternal yang berhubungan dengan pengelolaan wisata desa. Kurangi dan kelola dengan tepat perilaku overconfidience, over reaction dan herding bias yang terjadi di Masyarakat.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Areiqat, A.Y. et al. (2019) "Impact of behavioral finance on stock investment decisions applied study on a sample of investors at Amman Stock Exchange," Academy of Accounting and Financial Studies Journal, 23(2), hal. 1--16. Tersedia pada: https://www.abacademies.org/abstract/impact-of-behavioral-finance-on-stockinvestment-decisions-applied-study-on-a-sample-of-investors-at-amman-stockexchang-8003.html.
Atiqoturrosyidah Humairoa dan Bagus Panuntun. (2022) "Perilaku Overconfidence, Loss Aversion, dan Herding Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi Pasar Modal pada Generasi Z." Selekta Manajemen: Jurnal Mahasiswa Bisnis & Manajemen E-ISSN: 2829-7547 | Vol. 01, No. 06, 2022, pp. 213-226 https://journal.uii.ac.id/selma/index
De Bond, W. dan Thaler, R. 1985. "Does Security Analysts Overreact?", The American Economic Review. Volume 80.52-57.
Pompian, M. (2016). Behavioral Finance and Wealth Management-How to Build Optimal Portfolios That Account for Investor Biases. Financial Market and Portfolio Management.
Shefrin, H. 2007. Behavioral Corporate Finance: Decision That Create Value. McGrawHill/Irw
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H