“Kenapa suka?” tanyaku selidik
“Melatih kesabaran mas” Jawabnya
Aku sedikit terkejut mendengar jawabannya.
Aku melihatnya berjalan dan kemudian berlari menyusul teman-temannya yang berada jauh di depan. Tak kusangka ia menoleh lagi dari kejauhan. Melambaikan tangan pada kami para pengajar dan tersenyum seperti biasanya.
Ia mempunyai cerita sendiri dalam hidupnya yang membentuknya untuk bersikap sabar dan jarang bicara. Ketulusannya dalam belajar selama kami mengajar di sekolahnya adalah bukti dari dirinya yang serius ingin mencapai cita-citanya. Saya yakin Keterbatasan akses pendidikan dan financial tak akan mampu membendungnya meraih harapan-harapannya.
Sebuah harapan yang bagi sebagian dari kita dengan mudah kita peroleh dari pemberian orang tua. Cita-cita dan harapan adalah bentuk penghargaan Tuhan kepada manusia sedangkan manusia menghargai manusia lain dengan menghargai keragaman cerita yang ada pada setiap diri masing-masing. Bukankah hanya dengan banyak warna kita bisa menikmati indahnya pelangi?
– surabaya, september 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H