Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Romantisme Itu Dahsyat Setelah Kesetiaan Teruji

14 Oktober 2020   08:14 Diperbarui: 14 Oktober 2020   09:16 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Tribunnews.com

Jika ada hal tertentu tidak disukai teman kita, maka jangan lakukan hal itu kepadanya. Dengan demikian, hidup kita aman dan tenteram. Memahami perilaku manusia dan makhluk hidup juga erat kaitanya dengan kepekaan sosial. Kepekaan kita sangat menolong untuk memahami orang lain dan alam sekitar kita.

Menyadari pentingnya pengetahuan tentang perilaku, maka saya tertarik dengan pertanyaan pendeta itu.  Ketika saya jawab pertanyaan  gadis cantik itu soal mengapa orang Batak  yang konon kurang romatis tidak bercerai dan jawaban saya karena setia tentu saja jawaban asal-asalan. Mengapa? Karena ketika itu muncul subjektifitas.  Walaupun subjektif, tetapi pertanyaan pendeta itu menjadi pertanyaan serius bagi saya.

Beberapa tahun yang lalu, saya melewati suatu desa di Lintong Nihuta, Kabupaten Humbanghas, Sumatera Utara. Seorang kakek dan nenek  pulang dari  gereja sepanjang jalan berpegangan tagan. 

Kakek dan nenek itu berjalan dengan bungkuk, usia kakek 82 tahun dan nenek itu 80 tahun.  Romantisme mereka saya videokan dan saya unggah di medsos. Unggahan saya itu mendapat respon yang luar biasa. Penonton video itu hingga 600 ribu  satu video. Satu  video  lagi  banyak juga,  sekitar 400 ribu yang menonton. Padahal, saya hanya videokan pegangan tangan kakek dan nenek yang sudah tua itu. 

Di pesta adat orang Batak, di kota dan di desa saya sering mengamati nenek yang usianya di atas 70-an tahun selalu mencari suaminya. Saya sering tanya, mengapa cari-cari suaminya?

Jawabnya hampir sama. Jawabannya adalah suaminya tidak makan jika tidak didampingi atau kuatir tidak makan jika tak diingatkan. Ketika makan dipesta, umumnya perempuan Batak yang sudah tua membantu suaminya makan dengan manambah nasi atau lauk ke piring suaminya. Romantis sekali. Tetapi, apakah mereka sadar bahwa mereka sangat romantis?.

Tahun 2008 tetangga kami, orang tuanya datang dari kampung. Orang tua mereka laki-laki umurnya 78 tahun dan ibunya 76 tahun. Suatu pagi si kakek jalan-jalan  di kompleks perumahan  dan tidak pulang.  

Si nenek (oppugn panggilannya dalam Bahasa Batak) begitu kuatir.  Kata si nenek sangat kuatir dan kelihatan sekali betapa dalamnya cintanya kepada suaminya.  Ketika suaminya ketemu, betapa bahagianya si nenek itu. Saya mendengar cerita dari tetangga kami itu bahwa kebahagiaan si nenek adalah menyiapkan makan suaminya, menyiapkan dasi, pakaian, sepatu suami jika ke pesta, ke geraja atau kemanapun menjadi kepauasan tersendiri. Kebahagian si nenek adalah mengurus suaminya walaupun sudah lelah pulang dari ladang.

Baru-baru ini ada seorang kakek sakit gula, jantung dan hipetensi diusia 75 tahun.  Si kakek dinyatakan positif Covid19.  Ketika si kakek dibawah ke rumah sakit, si nenek tidak mau pisah.  Kata si nenek, satu-satunya yang bisa merawat suaminya hanya dia. 

Jika ditinggal, pasti meninggal. Dalam Bahasa Batak dikatakan, "holan ahu do naboi mangattusi sahit ni i, mate namai molo so ahu  mangurus" ( hanya aku yang bisa mengetahui sakitnya, hanya aku yang bisa mengurusnya". Si nenek tidak pernah meninggalkan rumah sakit. Dan, si kakek sembuh dan nenek pun sehat-sehat saja.

Banyak sekali hasil pengamatan saya soal romantisme di masa tua. Pertanyaannya adalah mengapa tulisan ini  membahas seolah hanya perempuan yang romantis?. Bukankah romantisme itu harus laki-laki dan perempuan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun